MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– MANUSIA –

Kemudian Mas Aniq diminta untuk urun roso tentang tema malam hari ini. Menurut Mas Aniq, mengelaborasi tentang lebah juga merupakan hal yang tidak mudah. Namun dicoba untuk sedikit menguruni cuplikan-cuplikan.Melihat lebah ada satu kata yang terwakili yakni kerumunan yang membawa manfaat. Berkumpul, membuat rumah lalu menghasilkan madu yang bermanfaat. Sebagai salah satu miniatur ciptaan Allah dapat menjadi ibroh untuk manusia. Ketika manusia berkerumun apakah membawa manfaat atau tidak. Ketika menjadi kerumunan, komunitas, atau publik kita sebut apakah akan menjadi publik yang bermanfaat atau tidak. Maka kerumunan manusia di dalam Al Qur’an disebut An Nas. Di dalam Al Qur’an pula juga terdapat manusia yang bermacam-macam. Ada yang disebut Al Anam, Al Basyar, Al Waro, Al Bariyah, dan Al Insan. Bentuk jamak untuk mewakili semuanya disebut An Nas. Menurut pandangan Mas Aniq, Al Anam merupakan manusia yang dilihat dari segi biologis. Misalkan manusia membutuhkan sandang, pangan dan papan. Membutuhkan asupan raga seperti makan, minum, tidur dll.

 

     Al Basyar merupakan manusia yang dilihat dari sosiologis atau bebrayan. Al Basyar bisa diartikan menumbuhkan kegembiraan, kebahagiaan. Maka kanjeng nabi disebut khoirul basyar. Nabi Muhammad merupakan sebaik-baik manusia yang menumbuhkan kebahagiaan, kegembiraan dan bebrayan yang baik. Seperti ketika di pondok ketika seorang santri memberikan sesuatu maka disebut gisyaroh, atau aweh bebungah (membagikan sesuatu untuk kegembiraan orang lain).

 

     Al Waro. Manusia yang dilihat dari sisi psikologis. Apakah seseorang mampu memotivasi, menumbuhkan jiwanya atau tidak.

 

     Al Bariyah, manusia yang dipandang dari segi intelektualitas. Dalam An Nahl terdapat beberapa pokok pemikiran misalkan tadzakkarun. Alladzikri ialah orang-orang yang dititipi “dokumen-dokumen keilahian”, mereka mampu menangkap realitas, atau apapun tajalli Allah masuk ke dalam frekuensi dirinya. Ada yang namanya gelombang pemahaman. Maka di Al Qur’an tertulis, jika ingin bertanya maka bertanyalah pada Alladzikri. Fas’alu alladzikri in kuntum la ta’lamun. File rohani yang paling penting ialah yang berhubungan dengan Allah, maka waladzikrullahiakbar.

Apapun yang berhubungan dengan realitas maka puncaknya adalah Allah. Dalam sangkan paraning dumadi, maka dumadinya adalah Allah. Allah sendiri pun realitas meskipun tak bisa dilihat, dibayangkan dll. Tan keno kinoyo sopo, tan keno kinoyo ngopo. Maka dalam Al Ikhlas, qul huallahu ahad. Hu sebagai simbol yang tidak tampak dan tidak terdefinisikan. Karena jika terdefinisikan maka akan menjadi terbatas. Maka jangan terpaku pada sebuah definisi. Tetapi untuk mempermudah maka disebut ahad dan shomad. Dia yang tunggal dan mengisi ruang, yang mampu memasuki ruang-ruang kejiwaan dalam diri manusia. Berasal dari kata wallahu, atau zat yang menghenyakkan (semacam terkejut).

 

     Al Insan. Manusia yang dipandang dari segi spiritualitas. Terdapat daya spiritualitas untuk menuju sangkan paraning dumadi.

Ketika berkumpul dari kesemuanya maka jadilah An Nas yakni perkumpulan dari individu-individu. Setiap kerumunan bisa berdampak positif ataupun negatif. Bisa bermanfaat ataupun sebaliknya. Apakah perkumpulan tersebut berjenis kehambaan waro, insan, bariyah atau anam atau tidak menjadi penting untuk diidentifikasi. Gejala seperti ini sudah berlangsung sejak jaman Nabi Adam. Di jaman nabi Musa terdapat tiga lawan. Fir’aun, Haman dan Qarun. Nabi Musa juga memiliki partner yakni Nabi Harun dan Nabi Khidlir. Nabi Harun merupakan Nabi yang lihai berdiplomasi. Nabi Khidlir melawan Qarun dengan konsep gotong-royongnya. Ketika rakyat menggunakan konsep ekonomi gotong-royong maka Qarun akan lenyap sendiri dengan hartanya. Inilah pentingnya menjadi kerumunan yang baik. Kerumunan lebah yang menghasilkan madu. Madu yang diperas dari rumah atau sarangnya. Menurut Mas Aniq maka akan menjadi wal Asr atau sebuah perasan. Maka jika manusia menjadi sari maka menjadi manusia yang baik, dan rugi jika hanya menjadi manusia ampas.

Maka belajarlah menjadi kerumunan Nas yang berdampak positif. Bahkan dalam surat An Nas, untuk menangani manusia harus menggunakan tiga potensi Allah. Robbun, Malik dan Illah. Sesungguhnya Allah tidak akan mencabut berkahnya bumi kecuali ada orang yang dhalim. Jika ada kedhaliman yang terstruktur dan kesalehan yang tidak terstruktur maka kalahlah kesalehan. Jika sel-sel kesalehan tidak dirangkai secara struktur maka akan kalah dengan kedzaliman yang terstruktur.

 

 

Andhika Hedryawan

MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– POTLUCK – SWABOGA –

Sebuah “puasa” yang cukup panjang untuk menghadirkan mas Sabrang. Meskipun dalam setiap rutinan Mas Sabrang berusaha dihadirkan dalam bentuk nilai namun pada malam hari ini akhirnya berbuka juga. Bukan sekedar berpuasa namun rutinan kali ini juga bagai hari raya sebab menghadirkan beberapa tokoh. Tibalah giliran Mas Sabrang untuk diminta memberikan respon tentang Tema malam hari ini. Mas Sabrang pernah memberikan sebuah kata pengantar pada salah satu pustaka gugurgunung yang ditulis oleh Mas Agus. Ialah tentang potluck. Banyak istilah lain seperti halnya kenduren.

Potluck merupakan konsep turunan dari berkumpul-kumpul, pesta dlsb namun ada peraturan khusus dimana bukan hanya satu orang yang menyediakan makanan untuk semua orang namun justru masing-masing orang datang membawa makanan lalu diletakkan diatas meja dan boleh dimakan bersama semuanya. Merupakan konsep yang sangat indah sebab semua memiliki kesempatan untuk berkontribusi dan mencicipi apa yang dipersembahkan oleh orang lain. Serta tidak ada kewajiban untuk menghabiskan, tidak ada pula kewajiban untuk menyenangi salah satu suguhan saja. Sebuah pengalaman dari Mas Sabrang ketika berada di luar Indonesia, saat ber-potluck hanya menyuguhkan nasi goreng. Dikarenakan mereka jarang memakan nasi, maka justru laris dihabiskan oleh semua yang datang. Bukan karena enaknya tetapi justru karena uniknya. Potluck bukan masalah baik, buruk tetapi lebih kepada keikhlasan dalam memberi. Jika memang sesuatu yang diberikan dirasa kurang baik namun masih bisa dinikmati keihklasan dalam pemberiannya. Jangan takut ada yang suka dan tidak suka, sebab Tuhan pun ada yang menyukai ada pula yang tidak menyukai atau tidak mempercayai. Nabi Muhammad pun ada yang tidak suka dan tidak mempercayainya.

Hampir tidak ada hal yang universal disukai oleh semua orang. Namun justru ada beberapa hal yang hampir tidak disukai secara universal. Seperti sakit, hampir setiap agama, golongan dll tidak menyukai apapun deskripsi dari sakit. Namun ada pula yang “menyukai” kesakitan karena dia memiliki konsep yang lebih besar dari kesakitan. Misalkan kesakitan dikeroki, bagaimana jika yang mengeroki adalah orang yang kita sayang. Maka akan ada pemaknaan yang berbeda dan konsep yang lebih besar dari semua tersebut. Sebab kesemua itu hanyalah sementara saja. Yang abadi bukanlah “ngeroki”nya tetapi yang abadi adalah cintanya. Potluck bukan urusan prestasi. Suguhan yang habis lebih cepat bukan berarti menjadi ranking satu, sebaliknya suguhan yang tidak termakan maka bukan pula menjadi prestasi yang buruk. Sebab yang membuat kadang kita tidak sadar ialah membuat tolok ukur dalam kehidupan kita sendiri. Sehingga menderita pun juga dalam tolok ukurnya sendiri. Tidak ada lomba motor tetapi membanding-bandingkan merk motor. Tidak dalam lomba hape tetapi iri ketika merk hape teman lebih bergengsi.

 

Potluck dipilih oleh Mas Sabrang sebab ada irisan yang besar dengan maiyah. Di maiyah memiliki konsep sinau bareng. Masing-masing membawa pengetahuannya, kerendahan hatinya namun semua tidak harus diterima dan diakui. Karena terkadang kita lupa ada garis tengah antara percaya dan tidak percaya yakni garis belum tahu. Sehingga akan susah mengakui dan mempercayai. Fenomena “belum tahu” dapat kita rekam terlebih dahulu untuk kita alami di ke depannya. Sebab segala sesuatu yang belum pernah kita alami, maka kita belum benar-benar tahu. Maka di dalam Islam menggunakan istilah bersaksi bukan hanya mempercayai, dan salah satu syarat kesaksian adalah dengan sebuah pengalaman. Seperti halnya saksi di pengadilan, maka ia harus benar-benar tahu bukan hanya sekedar “dengar-dengar”. Apakah pengalaman itu lewat indera seperti mata, telinga atau bahkan lewat jiwa dan seterusnya itu merupakan pertanyaan berikutnya. Namun yang terpenting ialah mengalaminya.

 

Mas Sabrang, seorang yang sudah sangat berpengalaman manggung di depan orang banyak. Pernah pula memiliki kegelisahan tentang baik buruk, benar salah pada awal-awal manggung. Bahkan kadang sebuah kesalahan dapat dianggap sebagai kesengajaan artistik, sehingga bukan salah tetapi merupakan sebuah percobaan dalam musik. Apapun argumentasinya asalkan yang tersampaikan ialah keindahan dan keikhlasannya. Sehingga marilah kita mulai kegiatan berkumpul ini dari banyak dimensi baik dimensi pemikiran, dimensi ilmu, dimensi keikhlasan juga dimensi kemauan mendengar dan menghargai siapapun yang menyampaikan apapun di atas panggung yang terpenting outputnya ialah kemesraan, kebahagiaan dalam kebersamaan yang panjang.

 

 

Andhika Hedryawan

MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– 8 (Delapan) Tawaran Gaji dari Tuhan –

Menilik sebuah kasus lumrah yang ada di sekitar kita. Terdapat gaji yang didapat dari profesi, oleh Mas Agus dianggap sebagai gaji aminah. Apakah kita pernah berpikir jika Allah memberikan dua tugas tersebut berarti mestinya ada dua gaji yang kita terima. Selain gaji profesi juga ada gaji peran untuk fungsi kita di dunia yang diletakkan Allah pada fitroh diri kita.Ada delapan gaji peran yang bisa kita ambil, sekaligus untuk memindai peran apakah yang sesungguhnya kita ambil di dunia. Di Jawa dulu ada delapan pilar dimana jika pilar ini lengkap di masyarakat maka akan menjadi masyarakat yang teguh dan saling mengisi satu sama lain.

 

Pertama, tipikal Janma tani yakni jika orang lain di sekitar kita merasa ayem tentrem, aman sandang pangan maka kita akan berperan membantu di wilayah tersebut. Entah membuat lahan pertanian, peternakan dlsb. Inilah janma tani, dimana berperan untuk mendapati orang lain di luar dirinya aman di wilayah pangan.Kedua, janma undhagi. Janma tentang teknologi, kreatifitas. Maka pihak seperti ini mendapat gaji oleh Allah ialah ketika ia mendapati pihak-pihak selain dirinya menjadi kreatif, lebih mudah menjalankan tugasnya dlsb. Maka dia mempermudah orang lain dengan teknologi dan pemikiran yang dia kreasikan.Ketiga janma ujam dudhukan. Ialah janma yang berkonsentrasi di wilayah pengobatan dan kesehatan sehingga manusia di wilayah ini akan memperoleh gaji dengan mendapati orang lain selain dirinya menjadi sehat wal afiat, segar bugar untuk menjalankan aktifitasnya.Keempat janma baruna. Janma ini bisa masuk dalam ilmu falaq, ilmu perbintangan, ilmu astronomi, navigasi kelautan dlsb. Maka dia akan memiliki kebahagiaan ketika orang lain selain dirinya mendapatkan petunjuk-petunjuk.Kelima janma prajurit. Indikatornya ialah ketika ada orang lain yang kehidupannya aman, selamat, tidak terancam lahir batinnya. Sehingga tidak ada rong-rongan dari pihak luar. Maka dia akan menugasi dirinya dengan cara mengamankan lingkungan sekitarnya meskipun bukan keharusan baginya menjadi aparat sebab ini soal jiwa yang diperankan sesuai fitrohnya.Keenam janma mitra. Janma yang sangat senang ketika masyarakat yang dia temui menjadi masyarakat yang rukun, harmonis, saling berhubungan dan bekerja sama satu dengan yang lain. Sehingga dia akan melakukan upaya untuk merukunkan masyarakat.Ketujuh janma panyarik, Janma yang memiliki karakter dalam minat menemukan masyarakat yang makin berwawasan, mengalami perluasan cakrawala dan khazanah keilmuan.Kedelapan janma kawi, janma yang memperoleh gaji ketika masyarakat yang dia temui menjadi berwawasan menyeluruh yakni masyarakat yang mengetahui sangkan paraning dumadi. Sangkan adalah dari, paran itu saat dimana kita berperan, dan dumadi ialah awal mula kejadian. Pihak yang menggeluti di wilayah rohani.

Jika kita ingin mengambil salah satu dari delapan gaji tersebut atau bahkan bisa mengambil lebih dari satu maka bisa kita bayangkan masyarakat yang saling bantu membantu dengan takaran utama yakni keridhoan Allah. Hal ini yang terkadang tidak jumbuh dengan isu profesi dimana misalkan ketika ada orang sakit justru senang sebab penjualan obat menjadi lancar sehingga meskipun ia berada di wilayah ujam dudhukan namun tidak menjalankan perannya, atau senang membuat isu rucah di masyarakat demi mengegolkan sebuah proyek tertentu sehingga meskipun ia berada di janma prajurit sebagai aparat namun tidak pula menjalankan perannya, dlsb.

Maka tidak selalu sama peran ke-aminah-an dengan peran ke-abdullah-an. Misalkan seorang programmer mestinya berada di wilayah janma undhagi, namun ketika programmer diisi oleh janma tani maka akan membuat program yang mengedukasi, atau janma mitra maka akan membuat program yang menyenangkan, menghibur atau janma prajurit maka dia justru akan membuat security system. Sehingga tidak selalu sama, sebab jiwa yang ada di dalam tidak selalu persis dengan apa yang kita perankan di dunia. Maka mari mulai kita pindai, manakah gaji dari Allah yang menarik untuk kita ambil. Jika sudah menemukan, maka tekuni dengan sungguh-sungguh sehingga profesi tersebut akan menjadi piranti yang berwarna untuk pengabdian kita kepada tuhan.

Dalam mukadimmah juga sudah tercantum bahwa Allah tidak akan berhenti mengutus malaikatnya ke dunia untuk menemani hambanya yang mau memperingatkan bahwa Allah maha esa dan meningkatkan ketakwaan agar manusia tidak tergesa-gesa menentukan hari akhir. Jika ada hari awal kita memulai sesuatu sampai purna maka akan menjadi hari akhir. Tetapi tidak bisa kita putuskan kapan hari akhirnya. Hari akhir sesungguhnya selalu berada di dalam kekuasaan Allah. Sehingga tidak bisa kita mengatur waktu, kita hanya bisa mengisi waktu. Sehingga hanya Allah yang bisa mengatur waktu. Kita hanya mengoptimalkan waktu dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat.Jika Allah akan mengirim malaikat kepada hambanya, maka kategori seperti apakah yang akan dikirimkan malaikat ini. Di dalam An Nahl sudah disebutkan beberapa ayatnya.

Ada sembilan catatan menurut Mas Agus. Tafakkarun yakni pihak yang senang memikirkan kekuasaan Allah melalui fenomena-fenomena jasadiah yang dia temui.Ta’qilun yakni orang yangsenantiasa mengetahui kebenaran lain yang tidak harus ditengarai dengan tanda-tanda jasadiah. Seperti burung yang terbang, kenapa? Padahal banyak unggas yang punya sayap juga namun tidak bisa terbang. Tetapi akal ini harus terakomodir untuk mengendalikan nafsu. Jangan malah terbalik menjadi mengakomodir nafsu dan mengendalikan akal sebab justru akan menjadi ngakali.Tadzdzakkarun Dimana kita harus mengambil pelajaran dari sesuatu dengan syarat yakni harus ingat. Sebaik-baik mengingat ialah mengingat Allah. Senantiasa kita harus kaitkan ingat menjadi fenomena terjaga bukan sekedar fenomena lumrah yang kita pahami sebagai layaknya manusia.Tasykurun Ialah orang-orang yang bersyukur. Dengan kita diberi penglihatan, pendengaran, hati dlsb untuk memudahkan hidup kita.

Hal inilah yang ditangkap oleh Mas Agus untuk menjadi indikator-indikator ketika kita memang ingin menjadi pihak yang dipilih oleh Allah untuk mendapatkan kiriman-kiriman malaikat dimana malaikat tersebut membantu kita untuk memiliki keberanian untuk menyampaikan keahadan Allah dan ketakwaan. Sadar atau tidak sesungguhnya kita hanya ingin mengabdi kepada Allah.Harapannya adalah ketika beranjak kesana kita akan berjalin sebagai masyarakat yang saling bermanfaat satu dengan yang lain dengan tetap menjunjung sisi keadilan.

 

Andhika Hedryawan

MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– Tatanan Sosial = tatanan diri yang membesarkan tubuhnya –

Tatanan sosial seperti ini tidak hanya ditengarai dengan adanya kelompok-kelompok sosial yang menegaskan diri di wilayah tersebut. Tetapi yang utama yakni masing-masing pihak mengerti bahwa kita hidup di dunia ada dua tugas yang perlu kita jalankan yaitu sebagai abdillah dan sebagai khalifah.Disini Mas Agus mencoba mentadabburi dengan peristiwa kelahiran rasulullah. Dilahirkan dari seorang ayah bernama SayidAbdullah, ibu bernama Siti Aminah dan terlahir bernama Ahmad dan periode berikutnya bernama Muhammad. Sebelum menjadi nabi, rasulullah sudah mendapat julukan Al-Amin.

Orang tua kita boleh bernama lain. Tetapi ketika rasulullah hadir berfungsi untuk menyempurnakan akhlak, maka kita harus berusaha menyempurnakan akhlak kita dengan terpuji. Ketika berhubungan secara sosial yang berfungsi menampung seperti ibu. Maka perilaku utamanya ialah aminah. Dalam bersosial kita harus jujur, memegang teguh pendirian, dan menjaga amanah yang diberikan pada kita secara konsisten dan konsekuen. Maka dengan perilaku kita demikian semoga mendapat label yang dapat dipercaya, minimal sebagai miniatur Al Amin. Kemudian urusan kita yang vertikal yakni ketauhidan kepada Allah, kita harus menggunakan pola abdullah. Menjalankan fungsi kita secara sungguh-sungguh baik sebagai prajurit, pekerja ataupun ratu bertanggung jawab kepada Allah secara pengabdian. Jika tatanan sosial dibangun dengan kecenderungan saling amanah maka akan tercipta tatanan sosial tidak menyuburkan ruang khiyanah. Setiap pihak akan mendapati dirinya hidup dalam tubuhnya sendiri namun lebih besar bernama masyarakat.

 

 

Andhika Hedryawan

MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– Menyambut Robbun Ghofur –

Kembali ke tema, Mas Agus yang baru saja menyulut rokok kemudian diminta oleh Mas Kasno untuk mengenalkan sedikit tentang Majlis gugurgunung dan juga memberikan pantikan-pantikan tema untuk didiskusikan dalam sinau bareng kali ini.Mas Agus sangat bersyukur bahwa keinginan bersama untuk berkegiatan Sinau Bareng malam ini bisa digelar di Gintungan. Malam ini menjadi sangat indah, sebab dihadiri oleh banyak pihak. Bukan hanya Mas Sabrang tetapi juga Mas Aniq, Pak As’ad, Mas Kafi, juga semua tamu-tamu pada malam hari ini bisa jadi juga merupakan tamu istimewa. Memang dalam lingkaran Majlis gugurgunung biasanya hanya sedikit namun malam hari ini cukup banyak pula yang turut melingkar.Terima kasih turut dihaturkan oleh Mas Agus kepada pihak-pihak Gintungan yang sudah repot untuk “menggelar tikar”, hal ini merupakan tanda bahwa sebuah keluarga tidak mungkin untuk tidak merepotkan satu sama lain, yang penting tidak membebani.

Sebuah penyampaian dari Pak Kiai Mahrun di depan merupakan sebuah pantikan yang sangat baik bahwa kita harus ibroh kepada ciptaan Allah yang bernama lebah. Dimana rumah lebah tidak pernah merusak yang lainnya bahkan di dahan yang kecil, di gunung-gunung, pepohonan, rumah-rumah.Menurut Mas Agus pribadi bahwa ini merupakan tanda yang diberikan oleh Allah pada kita semua. Manusia bisa bersociety seperti lebah atau semut, sebab An Naml dan An Nahl diberikan ruang khusus di Al qur’an.Mukadimmah malam hari ini diberi judul Masyarakat Lebah Me-Madu, berawal dari tulisan Tahaduts bin Ni’mah yang awalnya diberi judul peradaban robbun ghofur. Jika mau menjadi tatanan sosial masyarakat jangan hanya mengejar thoyib. Jangan pula hanya mengejar gemah ripah loh jinawi tetapi juga pengampunan dari Allah. Hal inilah yang biasa dikesampingkan. Pandangan umum tentang thoyib biasanya otomatis robbun ghofur. Padahal belum tentu ketika banyak gedung-gedung indah, segalanya menjadi mudah ialah robbun ghofur.

Sebab peradaban masa lampau di era Fir’aun persoalannya bukan hanya pada infrastruktur tetapi dia menuhankan dirinya. Hal ini lah yang menjadi persoalan berat. Maka di Gambang Syafaat diberikan ruang khusus untuk mendiskusikan tentang haman. Haman ini juga merupakan kawannya Fir’aun. Sehingga menjadi tengara bahwa mestinya manusia tidak hanya mengejar bangunan yang seolah itu sekedar rumah singgah, tetapi juga menganggap bahwa di dalamnya terdapat generasi kita yang harus kita isi dengan kemakmuran yang disengkuyung bersama-sama. Ada yang berposisi sebagai pekerja, ratu, prajurit dlsb.

 

Andhika Hedryawan