HULU – HILIR

Hulu – Hilir sesungguhnya adalah kemelekatan. Senantiasa terhubung oleh jaringan jaringan yang komplek dan detail. Juga personal personal yang bertanggung jawab merawat dan mengelola bangunan atau jaringan jaringan tersebut dengan baik. Sehingga kebutuhan kebutuhan hilir bisa sedemikian terpenuhi secara merata dan aman.

 

Realitas di lapangan tentunya akan sangat variatif. Berkurangnya debit atau kapasitas, dan ketidak merataan distribusi, adalah hal hal yang berkemungkinan terjadi. Penyebabnya juga sangat variatif dan bisa dilacak. Misal, kebocoran jaringan, kerusakan bangunan bangunan, kelalaian personil yang bertugas, dan lain lain. Bila sudah ketemu penyebabnya, lantas dilakukan normalisasi. Hingga normal kembali.

 

Narasi ini ditulis dengan membayangkan proses aliran air dari hulu hingga hilir. Tentunya sangat dipersilahkan untuk menggeser analogi tersebut pada kasus lainnya. Semisal kasus minyak goreng, dan kasus pangan lainnya. Monggo.

 

Leuit/Lumbung

Adalah hal yang kemudian kami lacak informasinya. Sebuah teknologi leluhur yang kini masih diterapkan oleh saudara saudara Badui, Cipta Gelar, dan beberapa daerah di Jawa Barat. Bangunan kecil yang sederhana namun terukur segala sesuatunya ini sangat diterapkan di masing masing keluarga. Teknologi yang mampu menyimpan pangan sampai rentang  waktu puluhan tahun bahkan hingga ratus tahun. Sebuah peradaban yang tekun memproduksi dengan cara menanam, jeli memanagemen dan canggih dalam menyimpan, tidak gairah menjual, namun juga tidak kelabakan membeli, apalagi mengantri, dan termanipulasi harga.

 

Keluwarga gugurgunung sedang dalam rangka membangun miniatur tersebut. Senyandaknya sesuai dengan kemampuannya. Dibersamai dengan dulur dulur sesuai dengan kompetensinya masing masing.

 

Beberapa yang sudah terintis antara lain :

– Produksi Beras Suegerr

Berupa depot penggilingan gabah, yang diimami oleh Mas Edi, yang menghasilkan beras, sekam, dan bekatul. Untuk dibeli oleh keluwarga gugurnunung sendiri sebagai kebutuhan pangan, ternak, dan kebun.

 

– Konsep teknologi pengering dan penyimpanan

Sebuah konsep gudang yang dilengkapi dengan mesin pengering. Ide ini dicetuskan oleh Pak Ibnu Asngadi yang juga merupakan Begawan Undhagi Maiyah.

 

-Tanam Padi

Sebuah kegiatan tani gugurgunung di lahan Mbodro Pakaryan, setelah sekian periode melaksanakan kegiatan menanam sayur dan buah, kini berlanjut menanam Padi. Diimami oleh Om Nardi.

 

Tanam Padi sendiri, disimpan sendiri, diproduksi sendiri, lalu dikonsumsi sendiri.

 

Beras – Teknolgi Pengering – Tanam Padi. Sebuah peristiwa alamiah yang kami alami, yang semoga dalam rangka diperjalankan menelusuri informasi dari Hilir sampai ke Hulu. Harapannya, kelak kian membentuk jaringan Hulu – Hilir yang lekat, yang Mulad.

 

Nyuwun tambahing pangestu. 🙏🏼

WIDYA DESA
– Murid Mencari Guru –

Ada momentum dimana seseorang akan ‘mengalami’. Maka dari yang ia alami tersebut jadilah pengalaman. Dari pengalaman itu terjadilah ilmu. Pada sekumpulan ilmu terjadilah pengetahuan. Pengetahuan baru semakin menjadi kelengkapan data untuk diterapkan. Penerapan pengetahuan menjadi pengalaman. Pengalaman menjadi ilmu. Terus seperti itu. Setiap penerapan ilmu menjadi data baru sehingga ia kembali menjadi pengetahuan secara lebih kaya dari sebelumnya. Kekayaan itu menjadi kekayaan pengetahuan.

 

Kekayaan pengetahuan dikumpulkan dari sekian ilmu dari sebanyak-banyak pihak yang bergotong-royong membangun pengetahuan. Setiap individu yang berpengetahuan akan merasa perlu menyumbangkan pengetahuannya yang berasal dari persentuhan diri pada pengalaman. Individu yang berpengetahuan merasa perlu memiliki pendamping atau mitra yang sama-sama berpengetahuan. Oleh sebab demikian orang yang memiliki pengetahuan membutuhkan oranglain yang sama-sama mengetahui untuk menegaskan bahwa dirinya tidak sendirian.

 

Jika kemudian individu ini menggumpal menjadi masyarakat, maka terciptalah masyarakat berpengetahuan dan terus belajar bersama dengan aplikasi dan kreatifitas agar ilmunya teraplikasi dan pengetahuannya semakin luas. Pengetahuan seperti penampang sedangkan ilmu seperti tiang pancang. Tanda-tanda masyarakat berilmu adalah sikap utamanya saling membantu, melengkapi, dan menambal kebocoran pada himpunan yang ia singgahi.

 

Jika, individu saja menghendaki mitra atau pendamping yang sama-sama berpengetahuan, maka demikian pula masyarakat yang berpengetahuan. Mereka akan mencoba melakukan perluasan dan membangun ikatan kepada masyarakat lain yang memiliki corak dominan memperhatikan dan merawat pengetahuan. Masyarakat yang lebih berpengetahuan akan mengajarkan kepada masyarakat lain.

 

  1. Masyarakat jasad akan membangun singgahan jasadiah
  2. Masyarakat ideologi akan membangun ruang idealis
  3. Masyarakat spirit akan membangun mutu/ bobot spiritualitas.

 

Masyarakat berpengetahuan juga memiliki kesadaran penangkaran atau pembenihan. Sepak terjangnya memiliki mental bawah sadar untuk mendukung sustainabilitas ilmu pengetahuan yang menjadi aset masyarakatnya agar tetap survive. Agar ilmu tidak punah disamping setiap bertambahnya masa diasumsikan sumberdaya makin kaya. Sehingga pembangunan tidak hanya sepotong dari tiga unsur manusia, melainkan membangun secara lebih utuh ranah-ranah kemanusiaan primer (jawad, jiwa, ruh). Maka bukan hanya berkutat pada kemegahan jasad, tak pula pada euforia ideologi, ataupun tingkah polah spirit yang simbolis.

 

Setiap terkumpulnya sebongkah ilmu pengetahuan dari masyarakat akan menghadirkan pengertian baru. Didapatlah kesabaran, kebijaksanaan, keadilan, demikian rumus pada setiap pemanunggalan.

Wismo (Cumawis lan Momot)

Wismo (Cumawis lan Momot)

Wismo (Cumawis lan Momot)

Majlisgugurgunung:: Wismo (dibaca dalam ejaan jawa) atau omah (rumah) sudah menjadi kebutuhan primer bahkan menjadi impian oleh setiap orang tentunya.

Membangun wisma tentunya tidak mudah, diperlukan daya dan upaya baik tenaga maupun biaya. Namun disini kita tidak sedang mengulas bagaimana membangun omah dengan biaya yang murah Efektif, efisien, durabble bahkan tahan gempa. Tetapi disini kita akan mencoba membangun diri kita sebagai wismo ( cumawis lan momot) yang memposisikan dan mempersiapan jiwa dan diri kita sebagai wismo.Continue reading

Songolasan Awal Tahun ke-3 Majlis Gugur Gunung

Majlisgugurgunung:: Songolasan majlis maiyah gugur gunung di kediaman mas hernowo Ungaran hari Jum’at tanggal 20 Januari 2017.

Setelah evaluasi tancep Kayon majlis maiyah gugur gunung dan sebelumnya dibuka dengan wasilah oleh mas Patmo Putro Dilanjutkan dengan munajat yg dipandu mas Mujiono Jion.
Evaluasi tancep Kayon dgn tema kembul malaikatan, di tawarkan kepada jamaah, tentang keberlangsungan majlis maiyah gugur gunung kedepan. Untuk evaluasi mas Agus mengungkapkan secara pribadi beliau merasa sangat gunggung manah, bangga dan Bombong. Mulai dari persiapan acara maupun pelaksanaan tancep Kayon.Continue reading