Berguru Dengan Markesot

berguru dengan Markesot

berguru dengan Markesot

Majlis_Gugurgunung Reportase 30 April 2016- Bertempat di Gedung Taman Bermain Qomaru Fuady – Balongsari, Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Cangkruk Budidoyo di majlis gugur gunung diawali dengan pembacaan doa yang ditujukan kepada Rasulullah SAW, sahabat, keluarga, pepunden wilayah balongsari serta seluruh muslimin muslimat yang dipimpin oleh Pak Tri Mulyono. Suasana khusyu’ terasa sekali selama pembacaan doa. Dilanjutkan dengan pembacaan munajat jama’ah maiyah yang kali ini dipimpin oleh Mas Tyo. Dengan lantunan indahnya mampu membawa jama’ah hanyut dalam suasana penuh cinta.

Diskusi dimulai pembacaan mukadimah dengan tema Berguru Dengan Markesot oleh Mas Dian yang berikutnya akan direspon lebih lanjut untuk diperdalam dan diperluas oleh jama’ah.Continue reading

Maiyah Combat (Ora Nekat Ora Kuat)

maiyah combat

maiyah combat

Jika di dalam hidup sesungguhnya untuk memperoleh sebanyak-banyak pengalaman tentang fenomena kebaikan dan kesabaran, cara apa yang terbaik untuk memperoleh pengalaman tersebut? bisa jadi sebanyak-banyak menemukan titik pertarungan pada setiap jengkal kehidupan. Pertarungan yang memperhitungkan kemungkinan kita akan menggunakan akal atau tidak, dlsb sehingga dalam jengkal peristiwa itu kita akan bertambah pengalaman menemukan kebaikan atau menemukan ketidakbaikan diri kita sendiri. Dalam pertarungan harus pula nekat, dalam arti memiliki tekad yang kuat. Nekat memiliki dasar yang dalam, tertancap kuat dan pegangan yang kokoh. Tak mudah dirobohkan apalagi dicabut, lantas pegangan macam apa yang sekuat itu? dimana letaknya?

Insan Seiring Kodrat Syukur

majlisgugurgunung:: Kematangan ruhani seseorang berlangsung sesuai dengan kualitas syukurnya. Ada yang bersyukur dengan karunia keindahan jasadiah pada dirinya, ada pula yang sudah bertolak menjadi syukur karena jiwanya teruntai dalam kasih sayang dengan jiwa yang lain, ada pula yang bersyukur karena diberi pengalaman untuk mengenal Gusti Allah yang tak terjangkau jasad maupun Jiwa melalui serangkaian dinamika adegan hidup.

Berusaha mengurai tinggalan Ki Hajar Dewantara dengan teori pendidikannya dijumbuhkan dengan patokan usia dalam petung Jawa juga dengan fase kematangan ruhani sesuai Ulul Azmi. Continue reading