Srawung Eling

Manusia diperkenankan untuk membangun peradaban yang segemilang mungkin. Sehingga munculah berbagai peradaban manusia yang sangat unggul di atas bumi ini. Peradaban ini lantas musnah dan hanya meninggalkan puing-puing sebagai artefak hasil pencapaian peradabannya. Di antara peradaban yang hebat itu ada yang bahkan masih misteri dan tidak dapat dirumuskan oleh manusia sesudahnya. Kisah-kisah itu menjadi contoh bahwa kecanggihan yang dicapai suatu peradaban manusia akan menjadi hanya sekadar bangunan kertas yang diimajinasikan memiliki kecanggihan teknologi. Bangunan ini sangat rapuh dan mudah sekali musnah.

 

Kekuatan bangunan itu apabila disokong oleh rasa kemanusiaan yang tangguh, bening, dan beradab. Ketika kualitas itu pudar, maka pudar pula kualitas produk yang mereka hasilkan. Mereka tidak bisa mengandalkan ilmu yang ilmu itu justru terpakai untuk melupakan yang memiliki dan memberikan ilmu tersebut. Kehebatan ilmu yang dikaruniakan kepada kaum-kaum terdahulu seolah sudah sangat kuat dan tidak terbatas, sehingga sisa ketangguhan dan estetikanya masih bisa bertahan lama dan beberapa dapat disaksikan oleh manusia berabad-abad setelahnya.

 

Bisa jadi manusia selanjutnya iri dengan pencapaian yang dapat diraih pendahulu mereka, namun bisa jadi para pendahulu yang telah dimurkai oleh Allah itu justru mengidamkan atau merindukan kehidupan yang tidak perlu terlalu pandai namun masih memiliki ingatan serta tunduk kepada Tuhan. Ada satu kondisi dimana tidak terlalu pandai menjadi kesadaran motivasi dan ingat akan kelemahan diri, motivasi untuk terus berbenah dan sadar untuk tidak patut bersikap melampaui batas dan bahkan bersikap ingkar.

 

Tahun ini hampir usai dan bulan depan kembali Majlis Gugurgunung melaksanakan Tancep Kayon. Mari kita mengevaluasi diri bersama-sama dengan sinau bareng. Yang masih lemah dan kurang tidak untuk membuat kita ringkih, yang telah tumbuh dan kuat tidak untuk membuat kita angkuh.

Reminding Ekosofi

 

Kehidupan kita sebagai insan melewati beberapa fase. Ada tujuh fase mayor atau wajib yang telah sering kita jadikan bahan pasinaon. Dalam setiap fase ada beberapa fase minor atau sunnah. Dan pada setiap fase baik mayor maupun minor memiliki beberapa variable yang menarik. Justru bukan karena variable itu sederhana malainkan karena variable-variable itu kompleks.

Fase itu merupakan fase perjalanan hidup di dunia, atau ekosistem dunia. Sementara kita diajarkan bahwa ada beberapa alam yang berbeda-beda yang telah dan atau akan kita lalui. Setiap ekosistem menampilkan ekologi yang berbeda-beda pula. Meski demikian, kita dibantu melalui setiap alam tersebut dengan rumus yang berlaku dalam setiap alam. Yakni ekosofi. Mari kita bebarengan sinau mengingat kembali hal tersebut sebagai alat melewati setiap variable dan setiap fase baik mayor maupun minor.

 

Imanitas Imunitas

Tema ini kami sampaikan sebagai oleh-oleh acara Silaturrahmi Penggiat Maiyah 2021, dari Mbah Nun untuk kulawarga gugurgunung. Kemudian kami tadaburi untuk kami angkat sebagai bahan sinau bareng dalam rangka merespon beberapa peristiwa luar biasa yang sedang terjadi saat ini. Sekaligus sebagai bentuk upaya kami dalam rangka beradaptasi dengan kondisi tersebut.

 

Pandemi sudah masuk pada gelombang ke dua, yang ombaknya kian bergulung gulung, hempasannya kian memporak porandakan banyak hal. Varian virus, tingkat penyebaran, angka kematian, dan sebagainya, menyerupa gelombang besar yang berpadu dengan hempasan angin dan sambaran sambaran petir. Berdampak hampir menyeluruh pada hampir semua aspek keberlangsungan hidup. Rasa takut yang mencekam sampai kepada garis putus asa.

 

Pemerintah dengan segala perangkatnya, dalam satu tahun ini terus berjuang mengupayakan banyak hal. Satu simpulan universalnya adalah peningkatan Imunitas.

 

Dalam lingkaran Maiyah sendiri, Mbah Nun juga merasa khawatir, belas kasih, dan tidak tega dengan kondisi anak cucunya. Beliau menyampaikan, bahwa bekal hidup Beliau yang nomer satu adalah “rasa tidak tega”. Pijakannya adalah QS : Attaubah 128-129.

 

لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ

عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

 

Terjemah Arti: Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin. — Quran Surat At-Taubah Ayat 128

 

فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ

 

Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung”.

 

Yang kemudian Beliau sendiri sebagai inisiator untuk diadakannya silaturrahim dengan anak cucu Maiyah yang diselenggarakan di beberapa wilayah. Salah satunya untuk memastikan bahwa anak cucunya tidak dalam kondisi yang putus asa.

 

Memang banyak peristiwa yang sungguh mengantarkan kita pada kondisi yang sungguh tidak berdaya. “Tidak Berdaya”, ini bisa jadi pintu penting atau justru menjadi salah satu rumus penting manusia yang mengantarkan manusia pada bangunan kesadaran “lahaula walakuata illabillah”

 

Hal hal lain lagi yang disampailan Beliau adalah :

– Bahasa apa yang digunakan dalam Alqur’an?

– Apa itu ayat Muhtasyabihat?

 

Kita tidak dituntut untuk memahami atau mengerti sesuatu, namun kita diharuskan untuk meyakini sesuatu. Contoh, Alif Lam Mim… Ayat yang hanya Allah sendiri yang tahu artinya, namun kita diwajibkan untuk meyakininya. Bahkan boleh, Alif Lam Mim kita jadikan wirid, dalam rangka

 

ٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقْنَٰهُمْ يُنفِقُونَ

 

Terjemah Arti: (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.

 

– kita senantiasa dijaga oleh Malaikat Allah, namun sejauh mana kesadaran ini tertanam dalam diri kita. Maka juga boleh, setiap bangun tidur pagi, kita menyampaikan salam kepada Malaikat Allah, sebagai akurasi kesadaran dan keyakinan kita kepada Malaikat Allah.

 

Serta hal hal lain yang mengantarkan kami untuk kembali nyinauni tentang Iman, tentang Rukun Iman, yaitu :

  1. Iman kepada Allah
  2. Iman kepada Malaikat Allah
  3. Iman kepada Kitab Allah
  4. Iman kepada Nabi dan Rasul
  5. Iman kepada Hari Kiamat/hari akhir
  6. Iman kepada Qada dan Qadar.

 

 

 

Maka,

Bismillahirrohmaanirrohiim…

 

Iman+Imun = Aman

 

Aamiin, Aamiin, InsyaAllah

Aamiin, Aamiin, InsyaAllah

Aamiin, Aamiin, InsyaAllah

InsyaAllah, Aamiin, Aamiin