Kidang Kencana

Duk rikolo ing uni
Tatkolo Buto Marico membo arupo Kidang Kencono Dewi Shinta kepincut sak naliko Kamongko Kidang mau sak temene Buto Yoiku utusane Rahwono
Saiki Kolo Marico membo dadi Kadang Kencono Sak akehe Romo lan Shintane podho kepincut Ora nduwe panggrahito dene si kadang kang moncer muncar Kinelap ing prodo kencono sak temene bebayan Kang mengkone bakal nggondhol kautaman bebrayan
Majlis gugurgunung
26 Agustus pukul 12:36 ·

Continue reading

Semesta Mendukung

Majlis Maiyah Ungaran | 25 Agustus pukul 8:39 ·

Simbah : Senang sekali melihatmu menjadi seperti yang kau cita-citakan. Tampakanya kini kau sudah hidup dalam cita-cita itu sendiri. Jika sebelumnya masih berupa angan-angan. Kini kau sudah bernafas di dalamnya
Cucu : Pangestune Mbah, ini adalah dukungan semesta. Sebuah rencana baik mendapat jawaban yang baik pula.
Simbah : Iya benar ngger, semesta bukan hanya mendukung rencana baik, tapi rencana apapun. Baik rencana A, B, maupun C, dan seterusnya. Semesta akan mendukungmu. Jika kemudian engkau berhasil memasuki rencana A seperti yang kau cita-citakan, itu belum bisa langsung disebut sebagai baik atau tidak baik. Sebab baik dan tidak baik masih akan mengikuti kewaspadaan akalmu dimanapun posisimu, pada koordinat apa, dan sedang menjadi apa, pada saat apapun, semua bertitik tolak dari kehandalanmu menjaga nilai yang kau pegang teguh sebagai wujud pertanggungjawabanmu pada asal-usul dan jalan pulang.

Continue reading

Kampung ‘Kopen’

Majlisgugurgunung:: Kulangkahkan kaki semeter demi  semester, sekilo demi sekilo. Melangkah dan terus melangkah, hingga akhirnya aku kelelahan. Ku duduk dengan posisi bersila di bawah pohon beringin besar di tengah rimbunnya rimba. Kupejamkan mata sejenak, kunikmati sepi, hening dan sunyi ini. Sekilas terdengar suara lirih menyapaku; “siapa kamu? Kenapa kamu terus berjalan? dan kenapa sekarang kau terdiam bersila disini?”. Aku tetap diam tak menjawab, dan suara itu kembali terdengar; “siapa keluargamu? Dari mana asalmu? Sudahkah kau mengingat dan menjaga?”. Dan pertanyaan yang baru saja terucap  membuatku tersentak hingga kubuka mata.

Pertanyaan demi pertanyaan yang kudengar tadi membuat hati dan pikiranku runyam. Benar juga, ngapain aku capek-capek terus berjalan, tapi kalu tidak berjalan menyusuri tiap lekuk jalan bagaimana aku bisa mengingat? Bagaimana mau menjaga sedang mengingat saja aku masih terus lakkukan. Masih terus kucoba membuka tabir demi tabir yang menutupi ingatanku. Bagaimana pula akau mau menjaga sedang diriku sendiri aku belum tahu pasti siapa, apalagi keluargaku. Siapa keluargaku? Dari mana aku? Dari mana sangkan paranku?Continue reading

Sang Pejalan

Majlisgugurgunung:: Dalam guyuran hujan deras seorang pemuda berjalan dengan mantap menembus rimba yang lebat di salah satu daerah di pulau jawa. Langkahnya mantap dan badannya gagah, seolah air hujan adalah keringat yang ia kucurkan selama perjalanan hingga membasahi sekujur tubuhnya. Melangkah dan terus melangkah sendiri menapaki sunyinya rimba yang semakin masuk semakin rimbun dan berkabut.

Arya namanya, berperawakan tinggi besar dan cukup kekar. Matanya sangat tajam membelah apa yang ada di depannya, dengan jambang yang tumbuh lebat menambah tegas perawakannya. Dia bukan kesatria juga bukan Begawan atau resi. Dia hanya pejalan yang selalu melangkahkan kaki sesuai tuntunan hatinya. Dia terus berjalan dari satu desa ke desa lainnya, dari satu rimba ke rimba lainnya.Continue reading