MUSLIM

MUSLIM - 29 Mei 2017

MUSLIM

Muslim adalah manusia yang tunduk pada hukum semesta yang Tunggal. Semuanya telah sujud dan rukuk, artinya semuanya menjalankan tugas dengan anggun dan tidak melompat dari ril aturan bakunya. Yang bertugas bersinar (Matahari) sama-sama memiliki Tuan Kuasa yang sama dengan yang bertugas menggelapkan (Mendung / awan). Jika mereka menjalankan tugas dengan tingkat kedewasaan manusia pada umumnya sekarang, maka matahari dan awan akan berseteru dan menjadi musuh bebuyutan. Mereka akan saling hujat dan mencoba mencari dukungan dari pihak lain dengan mempertontonkan kebenaran dan derita yang ditanggung masing-masing akibat dari ulah lawannya. Namun, kenyataannya tidak demikian. Untunglah kedewasaan mereka yang tetap sejak awal dibuat hingga sekarang mengajarkan sikap tunduk dan pasrah pada tata hukum aturan yang Tunggal.

Matahari memang bertugas bersinar namun salah satu fungsi sinarnya juga adalah merangsang tumbuhnya tanaman setelah mendapat guyuran air hujan yang dibawa oleh awan mendung. Matahari tak lantas marah dan nyebar fitnah di sosmed atas ulah mendung yang menutupi sinarnya. Mendung juga tidak lantas jumawa merasa menang hanya karena berhasil menghalangi sinar Matahari. Mendung dengan efek menghalangi sinar Matahari itu adalah salah satu imbas dari tugasnya, bukan bertujuan mengalahkan Matahari. Mereka semua tunduk pada hukum semesta yang Tunggal.

Begitu pula yang terjadi pada diri kita, berapa banyak perbedaan yang mampu kita pantau? Kita merasa semuanya terintegrasi pada sebua hajat kerja yang sama bukan?. Padahal kita sangat tahu bahwa tugasnya mulut dan dubur sangat bertolak-belakang namun mereka terikat dan terkait dengan sangat erat dalam fungsi dan kerja. Segala hal yang berbeda-beda itulah Rahman yakni perbedaan yang menyunggi kemesraan yang sama. Oleh sebab itulah manusia merasa sangat perlu mengenal keluasan tentang sebuah perspektif. Mungkin sementara banyak yang menyangka dengan sangat kaku bahwa Muslim, Islam, adalah sebuah kelompok manusia yang melakukan peribadatan di Masjid atau semacamnya. Maka cobalah cerna bahwa pandangan itu keliru, bukan salah. Karena mungkin pandangan itu semacam pandangan ‘aliran sungai’ saja yang mungkin bisa menghadirkan kedalaman namun belum mempersembahkan keluasan bagai ‘genangan samudra’.

Bagaimana jika ternyata sebutan Muslim itu diperuntukkan bagi segenap titah yang telah rukuk dan sujud, tunduk pasrah terhadap sebuah hukum Tunggal? Rukuk akibat dari kesaksiannya menjumpai KeMaha Suci dan Maha AgunganNya. Dan Sujud akibat dari kesaksiannya pada Sang Maha Suci dan Yang Maha Tinggi. Baca : KESAKSIAN

Agus Wibowo

MASJID DAN SUJUD

MASJID DAN SUJUD - 30 Mei 2017

MASJID DAN SUJUD

Pada tahap berikutnya seseorang tidak hanya menyaksikan keagungan namun juga keluhuran. Akan ia jumpai kebaikan yang lebih baik dari dirinya, sehingga ia tampak kecil saja. Dan ada pula yang dengan kebaikannya itu ia justru benar-benar tampil selayaknya manusia tanpa harga dan nilai pada pandangan awam. Seseorang ini telah menemukan kesunyian sebagai semesta cinta tiada batas anatara dirinya dengan Sang Maha. Ini juga bisa disaksikan pada jenis perilaku pengabdian yang lain, tidak harus dari bleger manusia. Bisa dengan tumbuhan, bisa dari burung, bisa dari planet-planet, dan benda angkasa lainnya, hingga pada hal-hal kecil seperti dari semut, lebah, dlsb.

Bahkan, seseorang bisa menemukannya dari dirinya sendiri. Seperti jasa jantung yang tiada lelah berdenyut, kerja darah yang mengedarkan saripati makanan, jasa paru-paru, lambung, sel-sel, dan lain sebagainya dengan terus menerus dengan hasil kerja yang terbaik. Mereka tidak sedang tunduk pada kita, namun tunduk dan sujud pada Tuhan yang Maha Luhur. Mereka tersembunyi, terpendam, tak tampak, tak butuh pengakuan, namun tetap mempertahankan tugasnya tanpa reserve. Jika ada tugas-tugas mereka yang tersendat bisa jadi karena kita ikut andil membuatnya demikian.

Semakin seseorang mampu menemukan keluhuran, semakin ia akan tergerak untuk merundukkan dirinya. Ia sembunyikan wajahnya dan mencoba bercermin pada bumi. Hingga setiap jengkal per jengkal bagian dari hamparan adalah pertemuannya kepada Tuhan yang Maha Luhur. Dan setiap pertemuan demi pertemuan itu, melatihnya untuk senantiasa bersujud yakni hati yang tertunduk dan bersimpuh di hadapan Tuhan yang Maha Tinggi. Maka hamparan apapun yang ia singgahi tiba-tiba menjelma menjadi masjid yakni tempat bersujud.

Agus Wibowo

KESAKSIAN

KESAKSIAN - 28 Mei 2017

KESAKSIAN

Kesaksian akan mempertemukan seseorang pada 2 hal

Yang pertama : Menjumpai keagungan

Yang kedua : Menjumpai Keluhuran

Bahkan kesaksian seperti ini bisa diperoleh dengan alat apapun. Bisa dengan kesenangan atau hobi sekalipun. Seseorang yang menggemari sesuatu pasti berkecenderungan untuk mendekatinya. Kemudian ia mulai kenali dan pelajari bagian-bagian dan seluk beluk dunia yang ia gemari itu untuk membuat ia terlibat di dalamnya. Setelah terlibat, ia akan menjumpai kenyataan bahwa apa yang ia gemari itu menyajikan keagungan dimana ia makin dituntut untuk belajar dan merunduk.

Seseorang yang menggemari dunia pancing akan ketemu dengan ahli pancing yang tampak agung dengan kemampuannya itu. Seseorang yang menggemari kopi akan ketemu dengan berbagai fenomena rasa dan racikan kopi yang begitu beragam, sehingga dunia kopi ternyata jauh lebih agung dari yang ia kira sebelumnya. Begitu selalu dalam hal apapun. Namun kegemaran-kegemaran itu bisa jadi masih berskala sektoral, sedangkan ada yang berskala universal.

Begitupun pada seseorang yang menggemari kebaikan, menggemari berbuat baik, dan menggemari untuk meningkatkan mutu kebaikan dalam dirinya. Hal ini bisa jadi orientasi dalam skala universal, lintas lokal sektoral, regional, nasional.

Seperti lazimnya para pemula, seseorang yang sedang baru mengenal dan menggemari dunia pancing, ia akan merasa menjadi sosok pemacing handal yang tiba-tiba berkelas advance. Kenyataan yang akan memberikannya kesadaran bahwa ia masih sangat pemula dan perlu belajar lebih banyak dunia yang ia kagumi itu.

Ini tidak jauh berbeda dengan seseorang yang sedang menggemari kebaikan, para pemula akan merasa telah berbuat baik melampaui siapapun. Ia merasa pantas untuk diteladani dan merasa pantas untuk dikenang selamanya. Kenyataan yang akan menunjukkan padanya bahwa kebaikan itu tiada hingga dan akan ada pihak-pihak agung yang mampu menunjukkan kualitas kebaikan lebih dari dirinya tanpa perlu berkoar-koar meminta pengakuan. Disinilah perjumpaan kepada keagungan, orang yang menyaksikannya akan merasa malu dan merundukkan kepala.

Agus Wibowo

AQIDAH

AQIDAH - 27 Mei 2017

AQIDAH

Sebagai seorang Muslim sesungguhnya harus mencapai kedewasaan untuk memahami perbedaan dan menerima dengan kadar proporsional dalam menghadapi pertentangan. Muslim harus mengejawantahkan sikap pasrah ini dengan diukur oleh kehendak Allah swt bukan diukur pada kehendak atau bahkan seleranya sendiri. Setiap muslim perlu belajar untuk mengerti bahwa segala apa yang terhampar pada alam kehidupan adalah ilmu.Continue reading

AGAMA

AGAMA - 26 Mei 2017AGAMA

Agama adalah anutan, apa yang kau anut dalam alam pikiran dan hatimu itulah agamamu, karena ia menjadi orientasi utama dalam menentukan sikapmu. Dalam Islam disebut Diin, Diin juga memiliki arti perhitungan.Continue reading