SAMBUNG ROHSO

Mendekati bulan Puasa biasanya banyak masyarakat kita melaksanakan tradisi-tradisi yang diturunkan oleh leluhur masing-masing. Salah satunya adalah Nyadran. Dimana tradisi ini biasanya diperingati di bulan Rajab atau Ruwah, atau bahkan keduanya. Rangkaian acara di dalamnya pun memiliki kesamaan di berbagai daerah yang melangsungkan tradisi ini, yakni sedekah bumi, zaroh makam leluhur, berdoa bersama, dan dilanjutkan makan bersama.

Jika dicermati dari asal kata nyadran = ny-sradan, Sradan berasal dari istilah Srada yang artinya adalah suci. Seiring berjalannya waktu, istilah sradan menjadi nyadran. Adapun kata sraddha, dalam bahasa Jawa Kuno memiliki makna sebagai perilaku suci untuk mengenang, mendoakan, ataupun memuliakan roh-roh leluhur yang sudah bersemayam di alam baka.

Apakah ini merupakan hasil elaborasi budaya (atau istilah tepatnya apa) dalam sarana dakwah, namun masih mengakomodir budaya sebelumnya? Kenapa hampir di semua daerah yang melaksanakan tradisi ini sepakat melaksanakannya di bulan rajab dan ruwah?

Marilah duduk melingkar dalam pertemuan rutin Majlis Gugurgunung yang bertempat di Madrasah Diniyah Hidayatul Mubtadi’in Bodean RT. 02 / III Klepu Pringapus Kab. Semarang pada malam minggu tanggal 28 April 2018 pukul 20.00-selesai.

Marilah melingkar melepas rindu, marilah melingkar mengupas waktu, marilah melingkar dan bertukar.

Andum Bebungah

Andum bebungah Hari kamis tanggal 11 – 5. – 2017, bertepatan dengan hari libur Nasional, dulur-dulur Gugurgunung mengadakan andum bebungah. Kegiatan ini tidak lain sebagai wujud terimakasih kepada warga sekitar taman bermain Qomaru Fuady dan sekaligus memohon maaf jika dalam melaksanakan kegiatan majlisan yang biasanya sampai malam yang mungkin menimbulkan suara-suara yang dapat menganggu warga.Continue reading

Nuansa Salam Nusantara II

Majlisgugurgunung:: Beberapa aspek salam yang telah diaplikasikan secara turun-temurun

  1. Permisi atau memohon ijin, dengan konsep bahwa kemanapun mengalami perjumpaan sangat dianjurkan untuk mengajukan ijin, meskipun hanya berjumpa saling berpapasan. Hal ini dengan asumsi bahwa kehadiran kita akan menjadi pengunjung bagi dunia pihak lain, begitupun sebaliknya. Maka sebagai yang hadir hendaklah menyampaikan ijin sebagai ikrar bahwa kehadirannya tidak untuk mengusik kehidupan yang lain.
  2. Mengabarkan bahwa hari ini adalah hari yang indah, adalah karena keberadaanmu yang ikut memperindahkannya. Dengan asumsi bahwa sebuah peristiwa hari akan menjadi indah karena segala unsur di dalamnya memangku harmoni dan saling mengindahkan. Keberadaan seseorang yang juga bagian dari unsur hari merupakan faktor yang sangat diakomodir karena dianggap ikut menentukan apakah hari akan indah atau kurang indah.
  3. Mendoakan bahwa dalam setiap kejadian yang indah hendaknya terserap dalam sanubari masing-masing orang untuk lebih terdorong mengembangkan keindahan dan mengemban langkah dalam konsep keindahan. Ini semacam doa keselamatan, bahwa hari senantiasa diawali dengan butiran-butiran dan tetesan-tetesan bening layaknya embun. Maka diharapkan hilangnya embun bukan karena menjadi keruh namun karena menguap menyatukan diri kepada dinamika hari.
  4. Semangat, bahwa setiap hari ataupun setiap perjumpaan layaknya pertemuan sinar fajar mentari kepada penghuni bumi. Dengan kemudian diekspresikan bagi para burung untuk menyalurkan gairah semangat tersebut dalam kicauan suaranya. Burung juga digolongkan sebagai aves (secara filologi berkait dengan ava, aiva, ayva, aywa, dlsb), dimana ayam termasuk di dalamnya. Kita semua tahu bahwa ayam sebagai salah satu golongan burung yang paling dini merespon hari dan menebarkan salam kegembiraan.
  5. Spirit harmoni, jika sapaan-sapaan ini terimplementasikan dengan apik dalam hiruk-pikuk kehidupan maka akan cepat terjadinya harmoni.

Continue reading

Nuansa Salam Nusantara I

Majlisgugurgunung:: Aywa : Kata Aywa sudah sangat tidak lazim didengar apalagi diucapkan. Kata sesungguhnya merupakan kata induk dari berbagai varian sapaan. Aywa adalah penggalan kata dari Rahayo : Rah – Ay – wa, Ra – Ha – Ywa. Rah adalah spirit atau kosmis atau jagat dan Aywa adalah keindahan. Maka Rahaywa secara sederaha bisa diartikan sebagai : “spirit keindahan”. Dari Rahaywa menjadi Rahayo ini kemudian berubah menjadi Rahayu.

HAyu : Sudah tidak lagi menjadi kata sapaan tapi sebagai kata sifat, yang berarti cantik, elok, indah, menggetarkan. Hal ini bersentuhan sebuah makna yang menyalurkan perasaan yang penuh gairah dan bersemangat.Continue reading