Reportase 1: Keluarga Al Fatihah

Semesta Anggara Kasih

Selasa Kliwon, 13 Juni 2023. Sederetan bilangan Hari, Pasaran, dan Tanggal, ini mungkin nampak biasa saja. Tapi tentu tidak bagi kami anak cucu Maiyah yang teruntai pada simpul Majlis Gugurgunung – yang bersentral kegiatan di tlatah Ungaran. Kombinasi tanggal tiga belas dan hari Selasa Kliwon kali ini dipenuhi perasaan penuh luapan kegembiraan dan kasih sayang.

Sejak pagi cuaca pun cerah, gunung-gunung di sekitaran Ungaran yang tampak begitu anggun dan tampil jernih tanpa ditabiri awan. Hari tersebut juga burung prenjak sudah nggancer di dahan-dahan pohon Kelengkeng. Bagi masyarakat Jawa kicau burung prenjak dianggap sebagai tanda bahwa ia ikut menantikan kehadiran seseorang yang akan hadir pada hari tersebut. Udara pun sejuk dengan langit yang biru terang dan tampil cerah setelah tadi malam menurunkan hujan cukup basah.

Selasa Kliwon adalah Hari Anggara Kasih. Banyak dipahami oleh masyarakat Jawa sebagai hari perwujudan Kasih Sayang dengan nilai kerto aji dino menjadi sebelas, penjumlahan nilai Selasa dengan nilai kerto aji: tiga dan Kliwon dengan nilai kerto aji: delapan, jadilah sebelas. Sebelas adalah tetenger, maesan, tanda letak koordinat kasih sayang Allah kepada hamba-Nya dan tanda letak pengabdian hamba kepada Tuhan-Nya. Posisi kasih Sayang ini diserap energinya secara baik di tiap hari Selasa Kliwon.

Selain dari Selasa Kliwon sang Anggara kasih. Simbol kasih sayang ini masih diwakilkan lagi pada tanggal tersebut yakni tigabelas, dengan angka ‘satu’ dan ‘tiga’. Bila mengacu pada Al Fatihah (Induk/Ibu Al Qur’an) Ayat 1 adalah Bismillahirrohmaanirrohiim. Ayat 3 adalah Arrohmaanirrohiim. Ada Arrohmaan dan Arrohiim pada ayat 1 dan diulang di ayat 3. Oke, mari kita anyam persambungan tersebut. Dan kita runtut peristiwanya. Tentunya ini pola Tadabbur saya, dan tentunya lagi adalah Tadabbur kelas ndek ndekan, atau bisa juga ming nggathukke Otak dan Ati, atau Otak Ati Gathuk, dan sejenisnya, dst.

Hari itu adalah jadwal dimana Mbah Nun ngersakke menyambangi anak cucunya di Ungaran. Ini murni perwujudan kasih sayang Beliau kepada anak cucunya. Agenda yang memang lebih intens dilaksanakan selama kurun waktu 2 (dua) tahun belakangan ini, beliau menyambangi anak cucunya pada simpul-simpul Maiyah seluruh dunia. Perwujudan kasih sayang tersebut tentu kami sambut dengan sangat bahagia yang mengantarkan pada perayaan rasa syukur yang luar biasa. Perwujudan kasih sayang juga teranyam dengan sedekah Beliau berupa serial Tadabbur Harian Mbah Nun tentang Alfatihah.

Pagi merekah, merekah pula hati kami semua. Sejuk khas udara pagi pada musim kemarau. Keluarga gugurgunung saling berkabar tentang persiapan tugasnya masing-masing. Dari sektor Revolusi Kultural, Om Nardi selaku imam pertanian mengabarkan kalau melon sudah siap panen, bisa dipetik untuk suguhan Mbah Nun.

 

Pak Tri juga memanen Ikan Nilanya.

 

Mas Santoso dari sektor petani Palawija dan Ternak Unggas, menyedekahkan satu ekor Kalkun dan bernampan-nampan jajanan khas desa.

 

Mas Koko dan Pak Satriyo, sektor bidang usaha jajanan, menampilkan Lumpia dan Sosis.

 

Tak ketinggalan pula Ibuk-Ibuk yang dibantu Mbak-Mbak, menyajikan salah satu makanan khas Ungaran yaitu Gendar Pecel dan kudapan khas lainnya.

 

Semua kudapan terkoordinir di Art Cafe, sebuah Warung Makan kepunyaan Ibunda Mas Agus Wibowo. Yang memang dipersiapkan secara patut untuk menyambut kedatangan Mbah Nun, sekaligus sebagai tempat transit. Om Didit dan Mas Dhika siaga pada kesiapan armada. Mas Ganjar pada dokumentasi. Dan yang lain pada persiapan lokasi acara.

Dari sektor kesenian, Gus Arul turut ambil bagian dengan seperangkat sound system, lengkap dengan group rebananya yang tergabung dalam MMA (Majlis Majazi Al-Hasan).

Juga para perangkat keamanan mulai dari Linmas dan Babinkamtibmas turut sigap dan siaga menjaga acara dari pra sampai acara selesai. Para Ulama dan Umaro, serta para Sepuh, pinisepuh dari tingkat Desa sampai Kecamatan turut nyengkuyung, mangestoni, dan Tut wuri atas apa yang menjadi hajat Kulawarga gugurgunung tersebut. Ejawantah atau perwujudan kasih sayang yang mengantarkan pada raya syukur, kemudian beranak-pinak kasihsayang-kasihsayang lainnya atas seluruh kelengkapan unsur-unsur, begitu tampak manfaat dan tanggung jawab dari masing-masing unsur tersebut. (Ini yang belakangan kami pahami sebagai definisi Keluarga). Kulawarga kecil gugurgunung yang membangun bebrayan ageng (besar) kepada Kulawarga lainnya, secara alamiah membentuk Kulawarga besar, dan sepakat untuk terus berupaya menjadi Kulawarga Akbar.

Hiruk-pikuk kesibukan pagi itu dan pencurahan perhatian dari setiap person di dalam keluarga gugurgunung dan disengkuyung pula oleh pihak-pihak lain merupakan lembaran kegembiraan awal yang seolah menjadi kelasa atau tikar untuk mewadahi kebahagiaan-kebahagiaan berikutnya. Tentunya memang demikian yang diharapkan, bahwa semua anak-cucu Maiyah Ungaran sedang membuncah perasaan bungah karena hendak ditiliki oleh Mbah Nun, betapa tak terkira rasa bahagia kami. Majlis gugurgunung otomatis menjadi panitia dan shohibul hajah kegiatan ini. Pembagian tugas telah dilakukan dan semua yang dimandati telah memulai bukan hanya sejak pagi itu, namun ada yang telah memulai sejak seminggu sebelumnya. Namun pagi itu suasana tampil secara apik, rampak dan serempak bahu-membahu njunjung keceriaan bersama, kami benar-benar sedang “nduwe gawe”. Semakin siang semakin bertambah pihak yang hadir dan mendaulat diri untuk ikut bantu-bantu. Semakin sore semakin banyak lagi yang berduyun-duyun hadir, bukan hanya dari internal keluarga gugurgunung namun telah dihadiri pula oleh sanak-kadang Maiyah dari simpul lain. Ada yang hadir untuk membantu kesiapan di ruang transit, ada pula yang membantu ke lokasi acara untuk ikut terlibat membantu proses persiapan lokasi.

___Bersambung ke reportase 02

 

 

 

Reportase oleh: Kasno MGG
Dokumentasi: Koko Nugroho

Facebooktwittertumblr
Posted in reportase.