MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– 8 (Delapan) Tawaran Gaji dari Tuhan –

Menilik sebuah kasus lumrah yang ada di sekitar kita. Terdapat gaji yang didapat dari profesi, oleh Mas Agus dianggap sebagai gaji aminah. Apakah kita pernah berpikir jika Allah memberikan dua tugas tersebut berarti mestinya ada dua gaji yang kita terima. Selain gaji profesi juga ada gaji peran untuk fungsi kita di dunia yang diletakkan Allah pada fitroh diri kita.Ada delapan gaji peran yang bisa kita ambil, sekaligus untuk memindai peran apakah yang sesungguhnya kita ambil di dunia. Di Jawa dulu ada delapan pilar dimana jika pilar ini lengkap di masyarakat maka akan menjadi masyarakat yang teguh dan saling mengisi satu sama lain.

 

Pertama, tipikal Janma tani yakni jika orang lain di sekitar kita merasa ayem tentrem, aman sandang pangan maka kita akan berperan membantu di wilayah tersebut. Entah membuat lahan pertanian, peternakan dlsb. Inilah janma tani, dimana berperan untuk mendapati orang lain di luar dirinya aman di wilayah pangan.Kedua, janma undhagi. Janma tentang teknologi, kreatifitas. Maka pihak seperti ini mendapat gaji oleh Allah ialah ketika ia mendapati pihak-pihak selain dirinya menjadi kreatif, lebih mudah menjalankan tugasnya dlsb. Maka dia mempermudah orang lain dengan teknologi dan pemikiran yang dia kreasikan.Ketiga janma ujam dudhukan. Ialah janma yang berkonsentrasi di wilayah pengobatan dan kesehatan sehingga manusia di wilayah ini akan memperoleh gaji dengan mendapati orang lain selain dirinya menjadi sehat wal afiat, segar bugar untuk menjalankan aktifitasnya.Keempat janma baruna. Janma ini bisa masuk dalam ilmu falaq, ilmu perbintangan, ilmu astronomi, navigasi kelautan dlsb. Maka dia akan memiliki kebahagiaan ketika orang lain selain dirinya mendapatkan petunjuk-petunjuk.Kelima janma prajurit. Indikatornya ialah ketika ada orang lain yang kehidupannya aman, selamat, tidak terancam lahir batinnya. Sehingga tidak ada rong-rongan dari pihak luar. Maka dia akan menugasi dirinya dengan cara mengamankan lingkungan sekitarnya meskipun bukan keharusan baginya menjadi aparat sebab ini soal jiwa yang diperankan sesuai fitrohnya.Keenam janma mitra. Janma yang sangat senang ketika masyarakat yang dia temui menjadi masyarakat yang rukun, harmonis, saling berhubungan dan bekerja sama satu dengan yang lain. Sehingga dia akan melakukan upaya untuk merukunkan masyarakat.Ketujuh janma panyarik, Janma yang memiliki karakter dalam minat menemukan masyarakat yang makin berwawasan, mengalami perluasan cakrawala dan khazanah keilmuan.Kedelapan janma kawi, janma yang memperoleh gaji ketika masyarakat yang dia temui menjadi berwawasan menyeluruh yakni masyarakat yang mengetahui sangkan paraning dumadi. Sangkan adalah dari, paran itu saat dimana kita berperan, dan dumadi ialah awal mula kejadian. Pihak yang menggeluti di wilayah rohani.

Jika kita ingin mengambil salah satu dari delapan gaji tersebut atau bahkan bisa mengambil lebih dari satu maka bisa kita bayangkan masyarakat yang saling bantu membantu dengan takaran utama yakni keridhoan Allah. Hal ini yang terkadang tidak jumbuh dengan isu profesi dimana misalkan ketika ada orang sakit justru senang sebab penjualan obat menjadi lancar sehingga meskipun ia berada di wilayah ujam dudhukan namun tidak menjalankan perannya, atau senang membuat isu rucah di masyarakat demi mengegolkan sebuah proyek tertentu sehingga meskipun ia berada di janma prajurit sebagai aparat namun tidak pula menjalankan perannya, dlsb.

Maka tidak selalu sama peran ke-aminah-an dengan peran ke-abdullah-an. Misalkan seorang programmer mestinya berada di wilayah janma undhagi, namun ketika programmer diisi oleh janma tani maka akan membuat program yang mengedukasi, atau janma mitra maka akan membuat program yang menyenangkan, menghibur atau janma prajurit maka dia justru akan membuat security system. Sehingga tidak selalu sama, sebab jiwa yang ada di dalam tidak selalu persis dengan apa yang kita perankan di dunia. Maka mari mulai kita pindai, manakah gaji dari Allah yang menarik untuk kita ambil. Jika sudah menemukan, maka tekuni dengan sungguh-sungguh sehingga profesi tersebut akan menjadi piranti yang berwarna untuk pengabdian kita kepada tuhan.

Dalam mukadimmah juga sudah tercantum bahwa Allah tidak akan berhenti mengutus malaikatnya ke dunia untuk menemani hambanya yang mau memperingatkan bahwa Allah maha esa dan meningkatkan ketakwaan agar manusia tidak tergesa-gesa menentukan hari akhir. Jika ada hari awal kita memulai sesuatu sampai purna maka akan menjadi hari akhir. Tetapi tidak bisa kita putuskan kapan hari akhirnya. Hari akhir sesungguhnya selalu berada di dalam kekuasaan Allah. Sehingga tidak bisa kita mengatur waktu, kita hanya bisa mengisi waktu. Sehingga hanya Allah yang bisa mengatur waktu. Kita hanya mengoptimalkan waktu dan mengisinya dengan hal-hal yang bermanfaat.Jika Allah akan mengirim malaikat kepada hambanya, maka kategori seperti apakah yang akan dikirimkan malaikat ini. Di dalam An Nahl sudah disebutkan beberapa ayatnya.

Ada sembilan catatan menurut Mas Agus. Tafakkarun yakni pihak yang senang memikirkan kekuasaan Allah melalui fenomena-fenomena jasadiah yang dia temui.Ta’qilun yakni orang yangsenantiasa mengetahui kebenaran lain yang tidak harus ditengarai dengan tanda-tanda jasadiah. Seperti burung yang terbang, kenapa? Padahal banyak unggas yang punya sayap juga namun tidak bisa terbang. Tetapi akal ini harus terakomodir untuk mengendalikan nafsu. Jangan malah terbalik menjadi mengakomodir nafsu dan mengendalikan akal sebab justru akan menjadi ngakali.Tadzdzakkarun Dimana kita harus mengambil pelajaran dari sesuatu dengan syarat yakni harus ingat. Sebaik-baik mengingat ialah mengingat Allah. Senantiasa kita harus kaitkan ingat menjadi fenomena terjaga bukan sekedar fenomena lumrah yang kita pahami sebagai layaknya manusia.Tasykurun Ialah orang-orang yang bersyukur. Dengan kita diberi penglihatan, pendengaran, hati dlsb untuk memudahkan hidup kita.

Hal inilah yang ditangkap oleh Mas Agus untuk menjadi indikator-indikator ketika kita memang ingin menjadi pihak yang dipilih oleh Allah untuk mendapatkan kiriman-kiriman malaikat dimana malaikat tersebut membantu kita untuk memiliki keberanian untuk menyampaikan keahadan Allah dan ketakwaan. Sadar atau tidak sesungguhnya kita hanya ingin mengabdi kepada Allah.Harapannya adalah ketika beranjak kesana kita akan berjalin sebagai masyarakat yang saling bermanfaat satu dengan yang lain dengan tetap menjunjung sisi keadilan.

 

Andhika Hedryawan

MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– Tatanan Sosial = tatanan diri yang membesarkan tubuhnya –

Tatanan sosial seperti ini tidak hanya ditengarai dengan adanya kelompok-kelompok sosial yang menegaskan diri di wilayah tersebut. Tetapi yang utama yakni masing-masing pihak mengerti bahwa kita hidup di dunia ada dua tugas yang perlu kita jalankan yaitu sebagai abdillah dan sebagai khalifah.Disini Mas Agus mencoba mentadabburi dengan peristiwa kelahiran rasulullah. Dilahirkan dari seorang ayah bernama SayidAbdullah, ibu bernama Siti Aminah dan terlahir bernama Ahmad dan periode berikutnya bernama Muhammad. Sebelum menjadi nabi, rasulullah sudah mendapat julukan Al-Amin.

Orang tua kita boleh bernama lain. Tetapi ketika rasulullah hadir berfungsi untuk menyempurnakan akhlak, maka kita harus berusaha menyempurnakan akhlak kita dengan terpuji. Ketika berhubungan secara sosial yang berfungsi menampung seperti ibu. Maka perilaku utamanya ialah aminah. Dalam bersosial kita harus jujur, memegang teguh pendirian, dan menjaga amanah yang diberikan pada kita secara konsisten dan konsekuen. Maka dengan perilaku kita demikian semoga mendapat label yang dapat dipercaya, minimal sebagai miniatur Al Amin. Kemudian urusan kita yang vertikal yakni ketauhidan kepada Allah, kita harus menggunakan pola abdullah. Menjalankan fungsi kita secara sungguh-sungguh baik sebagai prajurit, pekerja ataupun ratu bertanggung jawab kepada Allah secara pengabdian. Jika tatanan sosial dibangun dengan kecenderungan saling amanah maka akan tercipta tatanan sosial tidak menyuburkan ruang khiyanah. Setiap pihak akan mendapati dirinya hidup dalam tubuhnya sendiri namun lebih besar bernama masyarakat.

 

 

Andhika Hedryawan

MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– Menyambut Robbun Ghofur –

Kembali ke tema, Mas Agus yang baru saja menyulut rokok kemudian diminta oleh Mas Kasno untuk mengenalkan sedikit tentang Majlis gugurgunung dan juga memberikan pantikan-pantikan tema untuk didiskusikan dalam sinau bareng kali ini.Mas Agus sangat bersyukur bahwa keinginan bersama untuk berkegiatan Sinau Bareng malam ini bisa digelar di Gintungan. Malam ini menjadi sangat indah, sebab dihadiri oleh banyak pihak. Bukan hanya Mas Sabrang tetapi juga Mas Aniq, Pak As’ad, Mas Kafi, juga semua tamu-tamu pada malam hari ini bisa jadi juga merupakan tamu istimewa. Memang dalam lingkaran Majlis gugurgunung biasanya hanya sedikit namun malam hari ini cukup banyak pula yang turut melingkar.Terima kasih turut dihaturkan oleh Mas Agus kepada pihak-pihak Gintungan yang sudah repot untuk “menggelar tikar”, hal ini merupakan tanda bahwa sebuah keluarga tidak mungkin untuk tidak merepotkan satu sama lain, yang penting tidak membebani.

Sebuah penyampaian dari Pak Kiai Mahrun di depan merupakan sebuah pantikan yang sangat baik bahwa kita harus ibroh kepada ciptaan Allah yang bernama lebah. Dimana rumah lebah tidak pernah merusak yang lainnya bahkan di dahan yang kecil, di gunung-gunung, pepohonan, rumah-rumah.Menurut Mas Agus pribadi bahwa ini merupakan tanda yang diberikan oleh Allah pada kita semua. Manusia bisa bersociety seperti lebah atau semut, sebab An Naml dan An Nahl diberikan ruang khusus di Al qur’an.Mukadimmah malam hari ini diberi judul Masyarakat Lebah Me-Madu, berawal dari tulisan Tahaduts bin Ni’mah yang awalnya diberi judul peradaban robbun ghofur. Jika mau menjadi tatanan sosial masyarakat jangan hanya mengejar thoyib. Jangan pula hanya mengejar gemah ripah loh jinawi tetapi juga pengampunan dari Allah. Hal inilah yang biasa dikesampingkan. Pandangan umum tentang thoyib biasanya otomatis robbun ghofur. Padahal belum tentu ketika banyak gedung-gedung indah, segalanya menjadi mudah ialah robbun ghofur.

Sebab peradaban masa lampau di era Fir’aun persoalannya bukan hanya pada infrastruktur tetapi dia menuhankan dirinya. Hal ini lah yang menjadi persoalan berat. Maka di Gambang Syafaat diberikan ruang khusus untuk mendiskusikan tentang haman. Haman ini juga merupakan kawannya Fir’aun. Sehingga menjadi tengara bahwa mestinya manusia tidak hanya mengejar bangunan yang seolah itu sekedar rumah singgah, tetapi juga menganggap bahwa di dalamnya terdapat generasi kita yang harus kita isi dengan kemakmuran yang disengkuyung bersama-sama. Ada yang berposisi sebagai pekerja, ratu, prajurit dlsb.

 

Andhika Hedryawan

MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– Rahasia Tuhan dibalik Sinau Bareng –

Pak Carik malam ini turut membersamai pula, dan oleh Mas Kasno seketika diberi kesempatan untuk menyampaikan sesuatu. Pak Carik menceritakan bahwa baru pertama kali di Gintungan diadakan majlisan dengan kemasan seperti ini. “Biasanya ya ngaji pake peci, sarung, gak ada yang gondrong-gondrong” demikian salah satu respon beliau terkait sinau bareng di maiyah. Pak Carik dulunya merupakan murid dari Pak Kiai Mahrun. Di Mushola yang sama pula, meskipun bentuknya kali ini sudah lebih modern. Pak Carik juga sedikit penasaran tentang alasan pemilihan tempat ini. Menurutnya banyak tempat yang lebih bagus, “apakah akan ada rahasia yang terbuka?” Demikian sambil tertawa. Namun beliau juga penuh harap bahwa apapun yang akan terkuak atau terjadi setelah ini senantiasa mendapat barokah dari Allah SWT. Sedikit bercerita bahwa semenjak dahulu Pak Kiai Mahrun selalu berharap mushola ini menjadi sebuah tempat yang bermanfaat dengan berbagai kegiatan. Mungkin kegiatan ini menjadi salah satu bentuk doa yang dahulu terucap itu.

Putra Pak Kiai Mahrun yakni Ust. Shobirin juga sedang merintis sebuah pondok pesantren berbasis tahfidzul qur’an. Namun dengan konsep yang sedikit berbeda. Sebab diajarkan pula skill yang mampu mendukung tingkat kreatifitas santri untuk diterapkan kelak usai menjadi hafidz qur’an dan hidup di tengah-tengah jaman yang semakin sulit ini. Harapan-harapan yang tentu di-amin-i oleh semua yang hadir.Kemudian ada pula Mas Kafi yang diminta untuk turut merespon. Terpantik dari pertanyaan Pak Carik tentang rahasia apakah yang akan terkuak juga menimbulkan rasa penasaran bagi pribadi Mas Kafi.

Sedikit merefresh sebelum memasuki pembahasan lebih lanjut. Mas Yoga seorang performer dari Majlis gugurgunung membawakan sebuah lagu. Lagu dari Baraswara yang berjudul Pancarona dipilih untuk dibawakan.Hanya sejarak lima jengkal dari Mas Sabrang, Mas Yoga nampak sangat canggung. Namun di ruang pemakluman ini baik, benar memang bukan hal utama sebab keindahan lebih diapresiasi oleh dulur-dulur yang merasa bungah dan terhibur.

 

Andhika Hedryawan

MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– Anteng Meneng Manfaat –

Usai pembacaan doa wasilah dan munajat, Mas Kasno memperkenalkan sekilas tentang Majlis gugurgunung kepada jamaah. Sebab cukup banyak jamaah yang baru hadir pada malam ini. Dilanjut pula dengan pembacaan mukadimmah, yang dipersilahkan oleh Mas Kasno kepada mas Satrio. Mukadimmah tersebut merupakan bentuk tadabbur oleh Mas Agus terhadap surat An Nahl. Mukadimmah ini nantinya dapat dikaji bersama lebih meluas sebab konteks majlisan ini adalah sinau bareng, dimana semua bisa memberikan kontribusi berupa respon untuk tema malam hari ini. Menariknya tema malam ini juga akan sedikit diulas oleh Mas Sabrang Mowo Damar Panuluh. Sebuah kebahagiaan yang lama dirindukan bagi kami yang menanti kehadiran beliau secara jasadiah di sini. Ada pula Pak As’ad dari Suluk Surakartan Solo, Mas Aniq dari Ponpes RKSS Semarang yang juga seorang penggiat di simpul Gambang Syafaat, kemudian Mas Kafi sekeluarga bersama sedulur-sedulur Majlis Alternatif Jepara, juga Pak Kiai Mahrun dan Ust. Shobirin.

Pak Kiai Mahrun kemudian diminta untuk sedikit menyampaikan tentang gelaran acara pada malam hari ini. Pak Kiai Mahrun menyampaikan bahwa sekitar 40 hari yang lalu beberapa sedulur dari Majlis gugurgunung mengadakan acara disini, namun bertepatan dengan meninggalnya orang tua dari Pak Mahrun sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan anaknya yakni Ust. Shobirin baru pulang dari Lampung tadi pagi dan baru menyampaikan tentang kegiatan malam hari ini. Beliau merasa bahagia, bangga, bersyukur serta mengucapkan selamat datang kepada semua yang hadir. Beliau meminta maaf bahwa tempat yang disediakan hanya ala kadarnya saja. Kemudian beliau merasa senang dengan majlisan “pengajian” seperti ini meskipun tidak ada yang sarungan, pecian namun yang terpenting ialah niat dan hatinya.

Sedikit merespon tentang tema, penuh harap agar kita semua bisa mencontoh dengan makhluk yang bernama lebah. Madunya yang memiliki banyak manfaat, kekompakan yang luar biasa juga mendiami sebuah tempat tanpa merusak lingkungan tetapi juga memiliki kewaspadaan yang tinggi dimana dapat menyengat atau ngentup apabila diganggu. Anteng, meneng, lan manfaat.

 

Andhika Hedryawan