CERITA HIDUP

Jika Allah masih mengizinkan kita bangun pagi ini, itu artinya cerita hidup kita belum selesai. Seburuk apapun keadaan hidup kita Allah punya rencana terbaik untuk kita, seberapa besar beban kita percayalah bahwa Allah pasti akan menolong kita asalkan kita juga meyakini hal tersebut. Di dalam keluarga gugurgunung saya menemui berbagai macam warna-warni kehidupan yang mengajarkan kita untuk terus berlatih menjadi manusia yang bermanfaat, mempunyai rasa belas kasih, sikap toleransi yang luas, tidak merasa tinggi dan selalu berusaha untuk rendah diri dan masih banyak pelajaran positif lainnya yang belum bisa saya tuliskan satu persatu.

 

Allah tidak akan menguji seorang hamba-Nya melebihi dari batas kemampuannya, maka kuatkanlah keyakinan kita bahwa kita mampu. Jernihkanlah pikiran agar kita bisa melangkah ke jalan yang diridhoi dan diberkahi. Ada saatnya kita duduk, berdiri, melangkah ataupun berlari sesuai dengan porsinya masing-masing. Kita tidak dituntut harus sama tapi kita bisa saling melengkapi. Di sini kita diajari untuk mengingatkan dan saling mengisi satu dengan yang lain agar kita semua bisa selamat dunia & akhirat. Sebab tak jarang kesalahan oranglain lebih kita pantau dan lupa pada kesalahan diri, tak urung bukan kebaikan yang diperoleh alih-alih kelalaian.

 

Saya sendiri juga masih terdapat kesalahan dan kekurangan yang mungkin saya sengaja atau tidak, yang saya sadari atau tidak sadari, mohon senantiasa diingatkan. Mungkin tulisan saya menyinggung dan terlalu melebar. Dengan hati yang dalam, saya memohon maaf kepada semua sedulur gugurgunung.

 

Edy Yulianto

Bapak tiga anak, Pengusaha, Perintis Pemberdayaan, calon juragan. Anggota keluarga gugurgunung

APRESIASI KAWULOWARGO

Majlis Gugurgunung simpul maiyah yang berada di daerah Ungaran, kabupaten Semarang, memang bukan sebuah simpul besar yang dihadiri ratusan bahkan ribuan jamaah di setiap edisinya, bahkan di beberapa edisi yang pernah saya ikuti hanya diikuti oleh lima sampai tujuh orang saja yang melingkar, kalau jamaah di simpul maiyah lain mungkin dari rumah sudah menyimpan kegelisahan dan pertanyaan-pertanyaan untuk disampaikan pada saat sinau bareng, lain halnya dengan jamaah gugurgunung, di sini penggiat simpul yang juga menjadi jamaah harus mempersiapkan segala sesuatunya terlebih dahulu mulai dari ruangan, tikar, makanan dan lain lain sebelum kemudian menyampaikan kegelisahan-kegelisahan dan pertanyaan-pertanyaan yang sudah dipersiapkan terlebih dulu di rumah masing-masing.

 

Mungkin karena jamaah yang sedikit itulah, gugurgunung punya tempat tersendiri dihati masing-masing jamaah, karena setiap jamaah di gugurgunung dapat saling mengenal dan langsung atau cepat akrab satu dengan yang lain, seperti seorang sahabat yang sekian lama berpisah dan mencari, akhirnya saling bertemu di gugurgunung untuk meluapkan rasa kangennya, oleh karena itu tidak heran walau hanya sedikit jamaahnya namun setiap edisi gugurgunung para jamaah betah untuk berlama lama duduk melingkar, bahkan ada yang sampai pagi menjelang karena merasa nyaman seperti di dalam rumah sendiri. bagi jamaah, majlis gugurgunung bukan hanya tempat untuk sianu bareng sebulan sekali saja, namun sinau bareng itu terus di lakukan setiap hari diluar rutinan di gugurgunung, masing masing mengimplementasikan dalam kehidupanya sehari hari dalam bidang yang di tekuninya. Kemudian saling membagikan apa yang ditemukannya dalam mengimplementasikan nilai nalai maiyah tersebut, sehingga setiap jamaah saling melayani dan menampung apapun itu dari sedulur yang lain.

 

Dalam jamaah gugurgunung tidak asing lagi dengan istilah wismo gugurgunung, menurut saya istilah wismo di sini bukan hanya sekadar untuk pemanis saja, namun memang benar benar ter implementasi dengan “cantik” dalam segala sapek kehidupan diantara sedulur-sedulur gugurgunung. Sependek pengetahuan saya tentang filosofi wismo ini salah satunya saya dapat dari Mas Agus, yaitu wismo dapat dimaknai sebagai “Cumawis lan Momot” atau melayani dan menampung, cumawis (tersedia, siap melayani, ngladeni ) melayani yaitu memahami bahwa posisi kita sebagai abdi yang mengabdi kepada Allah, tentunya harus siap melayani dengan sepenuh hati untuk menjalankan segala perintah-Nya, dan dengan dasar posisi Abdi Allah inilah kemudian kita sebagai manusia hendaknya saling melayani dalam rangka sama-sama tunduk dan mengabdi kepada Allah, sedangkan “Momot” adalah menampung dan menerima siapa saja tamu yang berkunjung ke wismo kita, dengan kesadaran bahwa tamu tersebut adalah abdi Allah juga yang sedang diperintah untuk datang ke wismo kita, maka hendaknyalah kita tampung untuk memberikan rasa aman dan nyaman.

 

saya teringat waktu itu tancep kayon tahun 2017 dengan tema serat pamomongan, dan kami bertiga (saya, Chafid, Dika) mencoba untuk menampilkan sebuah pertunjukan wayang kardus dengan lakon Bimo Suci, yang dimana sebenarnya kami bertiga tidak punya basic di dunia pedhalangan dan pewayangan, sempat terpikirkan oleh saya“kewanen iki nda ..?” karena kami tahu kalau pada acara tancep kayon tersebut akan dibersamai oleh Gus Aniq, Mas Muhajir, Bapak Kyai Zainal Arifin, dan Jodho Kemil, sudah tentu akan banyak sedulur sedulur yang akan datang pada edisi tancep-kayon tersebut. Tapi dengan dasar Cumawis itulah kami bertiga seakan punya kewajiban untuk ikut melayani sedulur sedulur semua, tentunya yang kami cawisaken bisa dikatakan hanya kejujuran di pentas, karena kalau mau dilihat dari segi penampilan tentunya kan jauh dari kata bagus, namun jauh sebelum pementasan itu dimulai di keluarga gugurgunung sendiri sudah terjalin saling melayani, dimana alat-alat yang kami gunakan untuk pementasan sudah dipersiapkan oleh sedulur-sedulur yang lain, mulai dari wayang kardus, Geber, Debog, lampu porot, dan lain lain sudah dipersiapkan oleh dulur dulur semua untuk kelengkapan pementasan. Dan kenapa saya katakan istilah Wismo ini ter implementasikan dengan cantik , karena di akhir pementasan yang alakadarnya itu, respon para sedulur semua diluar ekspektasi kami bertiga, sedulur semua yang hadir memberikan tepuk tangan yang meriah seperti bersedia “momot” kejujuran penampilan kami dan sangat mengapresiasi atas penampilan tersebut, dan momen-momen seperti itu juga pernah terjadi saat pementasan teater dhahar bareng kanjeng Nabi di Jepara dan pembacaan puisi di Jombang, dan banyak lagi momen momen yang lain yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

 

Kami di majlis gugurgunung paham bahwasanya Majlis Gugurgunung bukanlah simpul maiyah yang besar, namun majlis gugurgunung juga paham bahwasanya untuk menjadi karakter Wismo dalam melayani dan menampung tidak dipersyarati besar kecilnya kemampuan, selama kita masih dititipkan kemampuan untuk bermanfaat bagi sesama, maka sudah sepantasnyalah kita harus memberikan manfaat yang baik untuk sesama dengan dasar wujud pengabdian kita sebagai abdillah.

 

Dwi Dian, Jajar wangkerbayu, anggota keluarga gugurgunung

BEBUNGAH

Derek ijin urun geh,

Mengutarakan seklumit kata” ttg perjalanan derek MGG,…

 

Dan di awali,..

Alhamdulillah estu , matur suwun sanget karna bisa di ijinkan gabung di Mgg yang dimana merupakan salah satu simpul” dari beberapa simpul yang lain yang ada di Nusantara,.. nggak besar emang jk di bandingkan dg yang lain, pertemuan hanya beberapa, tp bkn nikune,..  lingkup kecil tp umur di bandingkan yang lain lebih tua,… Dan tentunya di majelis dan simpul yang lain akan ngajeni rasa seperti itu,..

 

Dan maaf jk seringnya blm bs ndherek setiap ada pertemuan ada kegiatan di mgg , hanya bisa bermuwwajahah lewat group,🙏 estu tidak mengurangi rasa hormat dan cinta tentunya terhadap dulur” sedanten….

 

‘’ kulo kiambak trs terang awal ikut dalam sebuah pencarian, setelah awale mengenal mbah Nun lewat youtube” penasaran akhire mencari dapat di GS.. 2/3 ikut dan pas ada mbah Nun mbah Tejo , yang materi yang tak garis bawahi wekdal niku.

 

“Awakmu iku di kei opo karo gusti Allah, isomu opo lakonono,..sampai kwe di golek i wong liyane… Istilahe berdaulat kalau dak salah.

 

Dan awal ikut mgg pencarian dari fb” ug terdekat dimana, akhire ketemu di MGG ini,.. lewat admin dulu di arahkan dan pas ada pertemuan di belakang warungnya mas Agus.. pas kalih dulur” Jepara.. dan lanjut ikut lagi di pertemuan tutup tahun ‘Tancep Kayon’ di balai pertemuan Klepu.

 

Dan kenang-kenangan sampai sekarang yang masih,.. dari mas Kasno. Bunga Wijaya kusuma . Yang selalu menemani ketika melek gebyare wingi .  Yang mana bentar lagi akan mekar menampakan kecantikane🙏

 

Dan untuk majelis gugur gunung sendiri..

Kulo ngibaratken  dari..

Gugur > jatuh, berjatuhan gunung, > sesuatu yang besar, tinggi yang gak bisa di entengkan ….

Dari ungkap tsb,.. berjatuhan dan ketinggian..

 

Jadi teringat kata”ne sinsei Guy guy gurunya rock lee,..😁..

“Untuk melindungi sesuatu yang cukup berharga di hidupmu.!! Terkadang pengorbanan di butuhkan…

“Karna daun” yang berguguran dan berjatuhan dari pohon, mereka tidak jatuh tanpa suatu alasan dan tujuan,.. mereka akan menjadi nutrisi dan vitamin untuk daun yang segar” berikute .

 

Jadi kagem MGG,.. namung saget ndherek dungakaken mugi” tansah kompak, dasar cinta dalam setiap langkah,..

Perbedaan harus, karna semua cmn nama,.. dan indukan tetep kelapa.”..

 

Ngapuntene dan ngapurane jk kata” ne belepotan,… Karna tak pandai nulis dan merangkai kata”…

Seklumit memanfaatke waktu di sela nglirer melek sak wuse aktivitas teng kandang🙏

“PiON’02 sy siap di dawuhi kalih dukani pokok e.. sangoni geh purun.  He hee

🤝🤝🤝☕🙏

 

Santosa, Janma Tani mantri ingon, juru boga, juru mitra. anggota keluarga gugurgunung

GUGUR GUNUNG DAN GUNUNGAN WAYANG

Sebenarnya sulit bagi saya untuk menuliskan tentang majelis gugur gunung, karena terlalu luas dan mendalam keilmuan dan laku keilmuan nya. Dan apalagi saya sejak tahun akhir tahun 2015an hingga sekarang saya,  tidak jangkep/intens  berkumpul mengikuti acara majelisan gugur gunung, namun kerinduan itu menghantarkan nginguk-inguk tulisan atau sekadar gambar khasanah khas majelis gugur gunung.

 

Setidaknya perkenankan saya lewat tulisan ini menulis tentang majelis gugur gunung., nuwun sewu.

 

Gugur gunung itu unik, berisi orang orang yang pandai dalam bidangnya masing-masing, mereka punya wilayahnya masing-masing sehingga terumuskan 5 teori bermasyarakat maiyah gugur gunung; tidak merasa paling benar, merasa diri dalam kegelapan, menabung kerelaan, saling mencahayai, dan yang satu lupa, hehehe…..  karena menyadari adanya perbedaan maka tergali lah kesadaran titah manusia setidaknya ada 8 golongan manusia, yaitu janma/padepokan tani, prajurit, ujam dhudhukan, baruna, panyarikan, mitro, dan  pandita/kawi. Atau mungkin dalam jagat alitnya  disebut (cupu manik asto gino; dewaruci) yaitu kori muladhara, kori wilata, kori wilata, kori annahata, sabdo, ajna, sahasrara, dan kori attala dwipa. Mereka mempunyai tugas masing masing untuk keselarasan jagat alit sampai jagat gedhe.

Seiring dengan perjalanan waktu, gugur gunung menjadi gunungan tancap kolo atau waktu sebagaimana dalam gunungan wayang, belajar dari  gerbang yang dijaga dua penjaga, yang loro-lorone atunggal dualitas yang bersifat maskulin dan feminim, sebagaimana gunungan wayang, ada pintu, air prawitosari, pohon kala, namun yang menarik adalah pohon waktu ini bukan lagi berbentuk sosok hewan, melainkan simbolis cahaya –  cahaya sebagai simbolis sifat dan karakter hidup. Sungguh menarik, gunungan ini sesuai zamannya (ilmu sains berkembang). Zaman mitos  yang yang terlogikakan oleh ilmu energi, jaman yang sebenarnya manusia akan mengenal dirinya lewat keajaiban keajaban cipta, rasa, karsa, karyanya. Memahami pemikiran pemikiran, perasaan, pengalaman empiris dan perilaku keselarasan. Dan yang tak kalah menariknya lagi meminjam istilah pertumbuhan buah kelapa, kini blulok sudah menjadi kelapa (sempurna, bersari, berhakikat). Pintunya gunungan tidak hanya blulok/ satu, melainkan lima. Blulok, cengkir, degan, kendo, tuo).

 

Amri, kawimudho, mantri sholawat majlis gugurgunung, juru mitra.

GUYUP RUKUN

Sebuah kebanggaan bisa jadi bagian kawulowargo Gugur Gunung simpul maiyah Ungaran. Sengaja saya cari ketika jadi warga Ungaran, Alhamdulillah ketemu Gugur Gunung. Matur nuwun saget nderek sinau.  Sinau di GG pengalaman baru bagi saya karena semua rasa terlibat.  Mugi tansah guyup rukun, matur nuwun sederek sedoyo sampun sabar ngajari kulo 🙏🙏🙏

 

Satrio, anggota keluarga gugurgunung, janma mitra, juru boga.