MAJLIS WIJAYA KUSUMA (MGG)

Tepat pada tahun ini 2022 sudah Sewindu katanya….dan iya benar sudah Sewindu maka dengan rasa bingung mencoba untuk menulis apa yang menjadi keharusan dalam sewindu MGG.

 

Saya pribadi dipertemukan dengan MGG pada tahun 2017 tepatnya pada tanggal  30 Desember 2017 pada saat Tancep Kayon dengan mengusung tema “Serat Pamomongan” dimana saat itu saya hanya COD an kembang Wijaya Kusuma (dikasih gratissssss ndaaa..) dengan Mas Yudi Rohmad, saat itu beliau bilang “kurang akeh? Sesok tak gawakke meneh seng akeh ketemu neng Tancep Kayon ya…”  pada saat beliau di Bangetayu.

 

Sebenarnya saya sering mendengar samar – samar tentang MGG dari om Didit dan om Kasno yang kebetulan satu panji bergambar burung hantu yang suka keluar malam, saat waktu kumpul dengan beliau yang sering membicarakan  tentang  MGG dengan suara yang tidak begitu jelas ditelingaku serta tentang Kembang Wijaya kusuma yang sangat jelas sekali karena sering disuara suarakan secara berulang ulang kali yang membuat telingaku menjadi kebanjiran yang akhirnya meluber jatuh tepat di rongga perut kanan atas dan memenuhi sebagian besar ruang di bawah tulang rusukku.

 

Dengan bekal kata- kata dari Mas Yudi dan iming-iming kembang Wijaya Kusuma seng wakehhhh secara diam diam kucari daerah mana Tancep Kayon itu, maklum saya belum sempat menanyakan ke mas Yudi langsung karena malu, tanpa pikir panjang kupegang hp lalu kusentuh layarnya dengan menggunakan jari jempol tangan kanan kemudian kusentuh sentuh sampai terangkai kata “Tancep Kayon” kemudian kusentuh gambar simbol kaca pembesar dan Alhamdulillah semua yang berhubungan dengan Tancep Kayon tersaji semua, satu persatu kucari dari atas sampai bawah kemudian kupilih barisan yang paling atas dengan harapan segera tahu dimana tancep kayon berada, barisan paling atas kebetulan tertulis Koran tempo.co dengan judul ‘Tancep Kayon’- Cari angin – Koran TEMPO 29 Nov 2009 yang berwarna biru kusentuh cling…

 

Putu Setia

 

Bagi yang gemar menonton pertunjukan wayang kulit, ada istilah tancep kayon. Arti sebenarnya adalah menancapkan kayon, yaitu wayang yang merupakan simbol gunungan. Makna simbolisnya adalah perpindahan adegan, misalnya, dari kisah para kesatria Pandawa menjadi kisah para Kurawa. Tapi tancep kayon juga bisa bermakna pertunjukan selesai. Penonton pulang dengan kesan masing-masing. Karena wayang adalah gambaran ”bhuwana alit” atau dunia y …..

Silahkan berlangganan untuk menikmati akses penuh artikel eksklusif Tempo sejak tahun 1971

 

Abaikan tulisan yang bercetak tebal di atas jika mengganggu … akhirnya saya putus asa gara-gara tulisan yang bercetak tebal di atas langsung hp kutenggelamkan ke dalam saku celana dan berniat tidak memakai hp lagi, selang beberapa menit hp berbunyi dengan nada tidak asing lagi yaitu nada kiriman pesan dari WA, lagi-lagi niat awalku tidak berjalan lancar niat tidak memakai hp aku langgar… sebentar sebentar niat tidak memakai hp? hp kan bukan baju yang bisa dipakai, Alhamdulillah niatku yang salah, “ngopi yuk mbah…” WA dari om Didit lalu kujawab Siap… tak lama aku sudah sampai di rumah om didit yang memang rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mertuaku kira-kira 500 m lebih  2 KM, tanpa basa basi kutanya “jare ngajak ngopi, ndi kopine?” om Didit “ngko sek banyune durung umup”  kenapa jika aku diajak ngopi om Didit langsung cus tidak lain adalah kopinya mantap, lagi pula di depan rumahnya ada yang jualan tela-tela. Sambil menunggu air mendidih ya biasa kita ngobrol dan sampai akhirnya saya tanya ke beliau “Dit tancep kayon kui daerah endi?” langsung dijawab “sesok tak terke rono” Alhamdulillah jawaban yang selama ini kutanyakan ke mbah google ternyata bisa dijawab dengan mudahnya serta terdengar merdu ditelinga suwun matur suwun.

 

Terima kasih sudah diperkenankan ikut serta dalam belajar bareng di majlis ini dan saya merasa tahu saya ini bukan satria baja hitam yang tinggal bilang berubah maka berubah menjadi satria atau Gatotkaca yang punya otot kawat balung wesi, saya Nardi yang selalu jujur dengan istri saat hari Sabtu terakhir selalu pulang pagi.

 

Majlis Gugur Gunung = Bunga Wijaya Kusuma

 

“Belajar Jujur terhadap diri sendiri,
kita bisa karena orang lain.”

 

Sunardi

“Bukan Satria Baja Hitam apalagi Gatotkaca.”

Penggiat Maiyah gugurgunung. Janma Tani mantri tanem, Janma mitra,

Facebooktwittertumblr
Posted in Windhu Sakinah.