Tinggi rendah

Majlisgugurgunung:: Bisakah kau menjunjung kerendahan dengan merendahkannya?

Bisa. Cara ini digunakan oleh Iblis. Dia akan merendahkan dirimu maka dia akan dianggap rendah namun juga banyak yang menganggapnya kesatria.

Bisakah kau menjunjung kerendahan dengan meninggikannya?

Bisa. Cara ini digunakan oleh para Nabi dan Rasul. Dia tahu bahwa peradaban yang ia berada di dalamnya sesungguhnya rendah, namun ia tetap menata dan menemani dan meninggikan agar peradaban itu sedikit melek. Dia akan dianggap mulia namun juga banyak yang menganggapnya gila.

Bisakah kau menjunjung dirimu sendiri dengan ketinggian?

Tidak. Karena kau dan segala ilusi ketinggianmu tetaplah rendah.Continue reading

TIDAK SEDERHANA

Majlisgugurgunung:: Gudel : “Pak Yai, di monas mau ditunjuk petugas parkiran baru, ini tidak sederhana!sebagai seorang yang memangku jabatan penting dan bersejarah, simbol bangsa, dan sekaligus Museum Nasional perlu kita pastikan petugasnya harus amanah, jelas latar belakangnya, tidak kafir juga tidak munafik. Tidak boleh dibiarkan diemban oleh orang yang salah. Ini benar2 tidak sederhana pak Yai!”

Pak Yai : “Kamu tinggal di monas?”

Gudel : “Tidak Pak Yai”

Pak Yai : “Kamu sering parkir di monas?”

Gudel : “Tidak Pak Yai”Continue reading

Eling Minongko Upoyo

“Eling minongko upoyo tan kawur Lan netepi paugeran witrahing jalmo”
Dzikir iku eling, wong eling iku kasinungan doyo.
Yen lali iku kinemulan beboyo
Wong eling iku ora kudu kuat, gagah, sugih, pinter, kondhang, nduwe panguwoso.
Eling mono biso ditemu lan kaasto tumraping wong ringkih, aking, mlarat, ndhelik, nisto
Yen wis kebacut kuat, gagah malah iso lali mergo kudu nglanggengake kuate, gagahe
Semono ugo kang wis kebacut kondhang opo maneh kebacut rumongso nduwe kuoso
Sak gedhe-gedhene buto pidekso yen lali iku sayektine ringkih
Ringkih awit kinemulan beboyo kang samsoyo ngremboko saben ndino
Sak jalmo kang eling lan waspodo iku prasasat digdoyo tanpo wilangan
Digdoyo kang tanpo wilangan sayekti iku satemah amung kagungane Gusti Allah
Mulo pintero anggone ngudi ing eling.
Anging eling mono kudu bobot dzikrullah
Mengko yen wis kadhung keblasuk, kedlarung
leno ing bungah kang rumongso koyo2 wis nemu suwargo,
sing paling nduwe bobot dudu bondho, dudu rupo, dudu sandhang, dudu brono. Sing paling nduwe bobot yoiku eling mring Gusti Pangeran
Pawongan mukti ing paran mesthi kangen mulih omah. Continue reading

Sukun

Majlis Gugurgunung ‪#‎MGG0816.

Mukadimah Majlis Gugurgunung Sabtu malam Minggu 27 Agustus 2016

Sukun #MGG0816

Sukun #MGG0816

“SUKUN” Berawal dari sebuah sajian buah sukun kukus yang begitu nikmat, tiba-tiba mendorong hati untuk menelusuri kandungan hikam pada buah kaya kegunaan dan khasiat tersebut.

Kenapa dinamakan SUKUN? Apakah gabungan dari Su dan Kun? atau Dari Suku dan Nun? Dimana Nun memuai menjadi sekian rentang makna yang tidak lepas dari unsur Nur. Apapun itu diharapkan pembahasan tentang Sukun bukan pembahasan tentang makanan dan kandungan gizi lahiriahnya semata. Ini adalah eksperimen bahasan apakah benar dengan sebuah tema sederhana yang berkecenderungan lintas-lalu tetap akan menyambung kepada terbukanya pengertian dan pemaknaan baru yang berguna bagi tertuntunnya langkah.

Kehangatan menghasilkan energi. Energi cinta dihadirkan melalui kehangatan sajian. Kehangatan yang disajikan dengan keikhlasan dan ketulusan ikatan kekeluargaan. Majlis Gugur Gunung edisi Agustus menyajikan kehangatan melalui tema “Sukun”. Buah Sukun yang nikmat menambah rasa syukur dibarengi dengan hangatnya olahan buah Sukun. Disajikan dengan digoreng maupun direbus, Sukun cukup populer sebagai sajian yang nikmat ketika disantap saat hangat. Continue reading

Kampung ‘Kopen’

Majlisgugurgunung:: Kulangkahkan kaki semeter demi  semester, sekilo demi sekilo. Melangkah dan terus melangkah, hingga akhirnya aku kelelahan. Ku duduk dengan posisi bersila di bawah pohon beringin besar di tengah rimbunnya rimba. Kupejamkan mata sejenak, kunikmati sepi, hening dan sunyi ini. Sekilas terdengar suara lirih menyapaku; “siapa kamu? Kenapa kamu terus berjalan? dan kenapa sekarang kau terdiam bersila disini?”. Aku tetap diam tak menjawab, dan suara itu kembali terdengar; “siapa keluargamu? Dari mana asalmu? Sudahkah kau mengingat dan menjaga?”. Dan pertanyaan yang baru saja terucap  membuatku tersentak hingga kubuka mata.

Pertanyaan demi pertanyaan yang kudengar tadi membuat hati dan pikiranku runyam. Benar juga, ngapain aku capek-capek terus berjalan, tapi kalu tidak berjalan menyusuri tiap lekuk jalan bagaimana aku bisa mengingat? Bagaimana mau menjaga sedang mengingat saja aku masih terus lakkukan. Masih terus kucoba membuka tabir demi tabir yang menutupi ingatanku. Bagaimana pula akau mau menjaga sedang diriku sendiri aku belum tahu pasti siapa, apalagi keluargaku. Siapa keluargaku? Dari mana aku? Dari mana sangkan paranku?Continue reading