Majlisgugurgunung:: Ketika yang bathin dihadirkan ke alam yang sebuah keberadaaan dianggap absah jika terkonfirmasi panca indera maka ia disebut lahir. Sehingga pada saat masih ada yang belum terkonfirmasi secara inderawi bisa dianggap belum ada, tidak ada, atau tidak pernah ada. Dengan demikian keberadaan, di alam ini sangat sederhana yakni terindera atau tidak. Maka segala hal jika ingin dianggap ada, perlu ditampakkan agar bisa abash sebab telah dilegitimasi oleh salah satu atau semua Pancaindera. Alam bathin adalah bentuk yang meskipun utuh tapi masih dikandung. Sebuah permohonan maaf meskipun sudah sangat tulus dan ingin, selama masih belum diucapkan masih merupakan permohonan maaf yang bathin.
Pada tahapan berikutnya, justru tidak semuanya harus dilahirkan. Tidak semuanya pantas untuk dipertontonkan. Oleh sebab itu ada aurat dimana aurat sangat dianjurkan untuk ditutupi. Seakan-akan ada pesan yang tergaung bahwa aurat itu mengundang syahwat.
Pada tahapan berikutnya, aurat pun ternyata tidak hanya menyoal seputaran identitas feminim atau maskulin. Ia lebih kepada rasa malu, ada yang telah menutupi aurat namun merasa begitu malu jika mendapat pujian. Seakan-akan ia gagal mengemban tugas menutupi perbuatan baiknya dan harus menjadi tontonan banyak pihak. Karena prilaku terpuji ini aurat yang harus ditutupi agar Yang Berhak sajalah yang boleh menyaksikannya. Seakan ada pesan bahwa sikap terpuji itu mengundang fitnah.
Pada tahapan khusus ada justru yang tak terkonsentrasi pada apakah punya penutup aurat yang pantas atau tidak, mendapat pujian atau tidak, karena dalam kekhususannya auratnya adalah tugas utama dirinya yang hanya ia ketahui secara intim bersama Tuhan. Tak boleh disibak, dikuak, apalagi dipamerkan. Seakan ada pesanan teruntuk dirinya dari Sang Khalik untuk menjalankan tugas secara simultan tanpa perlu diganggu oleh urusan citra di mata manusia.
Pada tahapan jaman downgrade, aurat atau bukan, tidak begitu penting. Karena yang penting adalah untung atau tidak. Kapan menguntungkan menutupi aurat maka ditutup. Kapan saat menguntungkan membuka aurat maka dibuka. Jadi pesanan apa yang dikehendaki maka siap buka-tutup-tutup-buka. Seakan ia adalah lapak atau barang dagangan yang bisa dipesan konsumen dengan seleranya masing-masing.
Bulan Juli ini gugur gunung berusaha merayakan pertemuan dengan sebuah kupasan tentang Bathin, Lahir, Ada, Tidak ada, Boleh – Tidak boleh, dlsb di atas dengan dihantar sebuah Judul “MaskumbangMijil” yang dianggap bisa menjadi jembatan untuk memperluas dan memperdalam irisan-irisan tema di atas dari banyak sisi.
Maskumambang merupakan metrum yang tergolong dalam tembang Mocopat. Maskumambang merupakan urutan pertama tembang Mocopat untuk kemudian disusul dengan metrum tembang Mijil. Maksud tembang Maskumambang adalah penggambaran alam rahim yang dihuni oleh janin yang laksana emas terapung-apung (emas kang kumambang). Janin dalam alam rahim diposisikan tengah menjalani kehidupan yang sangat sakral, karena ia bukan sekedar mengembang dan menyempurnakan anatomi tubuhnya. Melainkan tengah menjalani proses penggemblengan ruhani berupa pengetahuan-pengetahuan yang kelak ia akurasi di alam dhahir. Oleh karena perjalanan janin yang demikian sakralnya, maka kualitasnya sangat mulia bagaikan emas sebagai symbol keindahan dan kemuliaan.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang seakan menggiring kita untuk kembali merefleksi nuansa alam rahim yang ketika berhasil menjaga keindahan prilaku akan membawa kepada kemuliaan diri. Hingga digambarkan ketika memasuki Syawal seakan memasuki fase lahir kembali layaknya bayi yang fitrah.
Mijil adalah metrum tembang Mocopat yang menggambarkan fase kelahiran. Mijil artinya keluar, hadir, muncul. Yakni munculnya si jabang bayi di alam dunia. Dengan demikian otomatis juga keluarnya si janin yang tadinya hanya bisa diraba-raba saat masih di alam bathin menuju lahir yang sudah bisa diindra secara kasat mata dan disentuh tanpa antara, tidak hanya sekedar ditebak-tebak, tapi sudah benar-benar bisa disaksikan.
Namun meski begitu, bayi belum menjadi bentuk utama seorang insan. Masih banyak yang belum berfungsi dari dirinya. Masing-masing akan berfungsi dengan “masa inkubasinya” masing-masing setahap demi setahap hingga sempurnanya akal kelak.
Dengan masa inkubasi tersebut maka ada lagi fenomena “mengandung” yang juga siap menunggu kelahirannya. Semakin sederhana maka semakin sedikit keperluan durasi pengeramannya. Semakin kompleks maka semakin panjang durasi inkubasi yang diperlukan.
Lantas apa yang masih tinggal di alam bathin di jabang bayi yang sudah lahir tersebut? Ialah mengkonfirmasi secara akurat setahap demi setahap kehidupan yang dijalani di alam dhahir, berkaitan dengan yang telah dipelajari sebelumnya di alam bathin. Pelajaran tentang Asma dan Sifat, ummul kitab, 3 Qul, dan rahasia derajat – semat – keramatnya masing-masing.
Ada 3 pengelompokan besar inkubasi ini. Yang pertama adalah yang memerlukan masa inkubasi paling pendek, yakni yang berkaitan dengan Fisik. Yang kedua yang berkaitan dengan Jiwa, memerlukan masa inkubasi madya, sedang, atau lebih panjang daripada fisik. Yang ketiga, yang berkaitan dengan Rasa yang disusun dengan unsure fisik dan jiwa, memerlukan masa inkubasi lebih panjang lagi. Namun apakah benar demikian? Jika benar maka perlu perluasan dan pendalaman penjelasan. Sedangkan jika masih belum benar maka pendapat ini bisa menjadi anak tangga yang diharapkan menggapai kebenaran yang lebih baik. Silakan hadir untuk bertanya, silakan hadir untuk menjawab, silakan hadir untuk menyanggah, silakan hadir untuk menambah, atau silakan hadir untuk hadir.