Membedah Puitisnya Laku Puasa Mbah Nun
Hari Rayya di sini tentunya bukan yang dimaksudkan sebagaimana hari raya pada umumnya. Ini adalah salah satu ekspresi bahasa kegembiraan anak cucu Maiyah simpul Gugurgunung dalam rangka memperingati Milad Mbah Nun yang ke 71.
Mbah Nun menurut kami adalah pribadi dengan satu tirakat utamanya adalah “puasa”. Esensi nilai puasa bila disampaikan dalam bentuk apapun akan terasa seperti Puisi. Pilihan bahasanya bisa jadi kadang sangat sederhana dan lugas, namun kandungannya senantiasa luas dan mendalam, indah seperti puisi. Output yang bisa anak cucunya serap diantaranya adalah ketangguhan, konsistensi, kepekaan, kedisiplinan, proporsional, keakurasian, mulat, universal dan seterusnya dan seterusnya.
Karya-karya Mbah Nun sangat kompleks dan multi ragam: nasionalis, kritis, berani, konsisten dan relevan, mencerahkan, dst. Yang kesemuanya tetap dalam bingkai kebaikan, kebenaran, dan keindahan. Bingkai inilah yang kami simpulkan sebagai puisi. Beliau senantiasa melahirkan ruang kegembiraan, kebersamaan yang erat dan hangat, keharuan, cinta, dan seterusnya. Sebagaimana nuansa hari rayya.
Mbah Nun, menampilkan kepribadian dengan intonasi yang kadang tegas dan tak jarang lembut dengan susastra yang indah. Kaya akan kandungan nilai, selalu nggedekke ati, menggembirakan, mengharukan, mencerahkan, dst. seperti nuansa hari rayya. Maka Kelahiran/Kehadiran Beliau, kami anggap sebagai “Hari Rayya Puisi”, yang esensi nilainya lahir dari tirakat Puasa.
Edisi bulan Mei kali ini keluarga gugurgunung akan membuka tema semi workshop yang mencoba mengurai ‘lembaran-lembaran puisi’ Mbah Nun. Bagi yang ingin hadir diharapkan berkenan membawa karya puisi dan membacakannya. Apabila tidak bisa membawa puisi karya sendiri, bisa membawa satu dari sekian banyak puisi yang pernah ditulis Mbah Nun. Monggo berkumpul di malam minggu terakhir bulan ini (25 Mei 2024), kita bermunajat, bertawashul, sinau bareng. Kita berpuisi bersama dengan suasana rayya.