Sewindu….
Alhamdulillaaaaah …..
Majlis Gugur Gunung memang bukan sebuah simpul yang besar, terbukti bahwa personil yang terlibat tidaklah banyak, bahkan pada rentang pandemi 2020 kegiatan rutinan sinau bareng Majlis Gugur Gunung pernah dilaksanakan hanya oleh 2 orang saja. Namun bila dihitung secara bebrayan, Majlis Gugurgunung bukanlah simpul yang kecil, terbukti pernah menggelar acara sinau bareng dengan mengundang seluruh penggiat simpul Maiyah untuk memperkenalkan sebuah potensi penting pada dunia kesehatan tulang belakang yaitu, Zamatera. Juga pernah dibersamai oleh Mas Sabrang, Pak Eko Tunas, Pak Budi Maryono, Gus Aniq, dan banyak lagi tokoh lainnya. Serta sering sekali dibersamai dan membersamai simpul-simpul Maiyah terutama pada lingkup cluster. Sebuah simpul yang menurutku mempunyai karakter “WisMo” (Cumawis lan Momot = Tersedia dan Memuat). Sangat merdeka dari polaritas besar kecil, sedikit banyak, dan seterusnya. Serta sudah terbangun kesadaran bahwa rutinan sinau bareng Majlis Gugur Gunung adalah salah satu bagian dari “Ikhtiar Maiyah”. Jadi, besar atau kecil, banyak atau sedikit, sebisa mungkin Sinau Bareng Majlis Gugur Gunung tetap digelar.
Saya sendiri tergabung pada tahun ke dua, pada kurikulum/tema besar “Kembul Malaikatan”. Tepatnya pada sub Tema MAIYAH COMBAT. Tema yang secara emosional memperkenalkan ku pada pola unik gugurgunung itu sendiri, yaitu “Tancep Kayon”. Istilah tancep kayon sendiri bagi Majlis Gugur Gunung ialah mengerti kapan waktu yang tepat untuk mengakhiri sesuatu dan mau mengevaluasi kegiatan yang sudah berjalan selama kurun waktu satu tahun sebelumnya. Dalam rangka untuk tetap mengaitkan masa lalu dan masa sekarang untuk merumuskan langkah selanjutnya di masa depan.
Lebih dalam lagi bila dikaitkan dengan istilah dalam pagelaran pewayangan, seremonial tancep kayon ini ditandai dengan adanya penancapan gunungan/kayon pada posisi tegak. Sehingga saya juga menyimpulkan bahwa Tancep Kayon memang dalam rangka berakhirnya sesuatu, namun sesungguhnya juga dalam rangka menegakkan gunungan/kayon/hayyu/kehidupan. Pola ini yang kemudian melangsamkan suasana hatiku yang waktu itu juga sedang didera kesedihan atas meninggalnya Bapak tercinta, beberapa hari menjelang Tancep Kayon gugurgunung.
Sangat ingat betul, waktu itu kita berhimpun membawa kesanggupan dan kegembiraan masing-masing, yang oleh Mas Sabrang diistilahi sebagai POTLUCK. Mas Agus membawa Kembang Gunung; saya membawa Pandhan, Mawar, Melati, Kenanga, dan Kanthil; Mas Diyan bersama dengan Mas Dhika dan Mas Chafid yang tergabung sebagai Ki Wangker Bayu membawakan pagelaran wayang, serta seluruh yang hadir dengan membawa ekspresi kegembiraannya masing masing. Sungguh mencahaya.
Perjalanan selanjutnya kemudian kami sebut sebagai “Bedhol Kayon”. Sebuah tengara telah disepakati bersama untuk dimulainya lagi gelaran sinau bareng Majlis Gugurgunung. Kurikulum yang diangkat bisa berupa kurikulum baru, namun secara alamiah biasanya sub sub tema nya secara unik selalu saling berkelindan.
Demikian seterusnya sampai tak terasa Majlis Gugur Gunung sudah mengalami perjalanan selama 8 tahun atau se WINDU. Sebuah rentetan perjalanan yang mengendarai kurikulum tema Sandal Peradaban, Kembul Malaikatan, Serat Pamomongan, Laku Kasantikan 1, Laku Kasantikan 2, Sinau Gugur, Nuwuh Makmur, dan Insya Allah Windu Sakinah. Diwarnai oleh peristiwa pasang surut, jatuh bangun, rubuh tumbuh, gugur bangkit, dan seterusnya yang kemudian kami bundeli sebagai satu kesatuan peristiwa WINDU = kakaWIN dan reriDU. Sebagai sangu untuk terus mengakurasi menuju utuh, menuju MULAD.
Kasno, Cah Maiyah, Penggiat Simpul Majlis Gugurgunung. Janma Mitra Arcaloka – Mayaloka, Janma Tani, Janma Panyarik