MADU LUMEBER TUMETES

Sabtu terakhir bulan ini jatuh pada 27 Februari 2021. Pasca hujan deras pada malam yang sesungguhnya Purnama, esoknya semesta benar benar cerah parasnya.

 

Gunung Ungaran tampak gagah diantara bentangan langit biru dan barisan awan-awan putih seperti arak arakan para Pitara.

 

Gelaran acara rutinan pada Februari yang bertepatan dengan wulan Rajab ini telah menyiapkan 3 rancangan konsep acara :

  1. Edisi khusus Rajab berupa pembacaan Tawasul, lengkap dengan Dzikir, Munajat, Sholawat, serta pembacaan hizib.

: sebagai respon atas semakin maraknya sebaran fitnah, hujatan, adu domba, dan sejenisnya, oleh beberapa akun sosial media, yang secara serampangan menyertakan nama Mbah Nun.

 

  1. Menyiapkan tema “Madu Tumetes Lumeber”, sebagai bahan diskusi atau sinau bareng.

 

  1. Menggarap kebun bersama.

 

Sampai hari H belum terpilih konsep rancangan mana yang akan kami gelar. Menjelang jam pelaksanaan, beberapa jamaah mengabarkan datang menyusul. Acara tetap dimulai tepat waktu dengan peserta sangat terbatas. Sehingga pilihan pertama yang kami ambil adalah memulai acara dengan pilihan rancangan nomer 1. Sekitar satu jam lebih acara terselesaikan dengan sangat khusuk. di Gubug Mbodro Pakaryan, di bentangan kebun atau sawah yang beberapa petak siyap dipanen, dan beberapa petakan lain siyap ditanami, dan di samping semaian bibit yang siap ditanam. Seolah kesemuanya itu menjadi satu kesatuan yang berjamaah. Ternyata kehadiran-kehadiran yang tak terbatas lagi-lagi menemani keterbatasan kami.

Satu dua dan seterusnya kemudian mulai berdatangan dan langsung melingkar. Kondisi yang pas sekali untuk menggelar rancangan acara yang nomer 2.

Masing masing mulai ngelinthing kretek, menyulutnya, lalu mencecap kopi. Mukadimah segera dibacakan untuk disimak bareng bareng. Pas satu batang kretek. Lalu disambung dengan batang kretek berikutnya untuk merespon tema tersebut. Mas Agus mengawali dengan beberapa ulasan dan sekaligus pantikan. Baru setengah batang kretek ke dua, diskusi baru pada bahasan mempelajari hitungan besaran zakat dari hasil panen kami, namun harus terhenti (atau mungkin justru tersambung) oleh adegan seorang Mbah penjual gedhek atau kepang dari anyaman Pring Apus yg dijajakan dengan cara dipikul dan berjalan kaki, melintas di kebun kami, lalu mampir menawarkan dagangannya tersebut. Kami persilahkan pinarak, ngunjuk kopi, dan ternyata masih kiyeng udut kretek. Ngobrol alakadarnya, kami serempak menyimak. Mbah, berusia 90 tahun, berdomisili di Salatiga, seorang pedagang gedhek anyaman pring apus yang menjajakan hasil karyanya sendiri, dengan cara dipikul dan berjalan kaki.

Bara tepat di hampir pangkal kretek kami, kemudian kami cecek tegesan kami masing masing. Sekaligus negesi tema pada rutinan kali ini. Kehadiran Mbah tersebut meneteskan “Madu” yang menyehatkan pada kami yang muda muda ini untuk segera kami lumeberkan.

 

Kami segera melepas sarung, dan pakaian lainnya untuk segera berganti pakaian kerja, bersepatu boot, bercaping, dan mengambil cangkul, sabit, pelubang mulsa, alat kocor, dan lain lainnya. Semua obah pada perannya masing masing.

Acara dipungkasi pada jam 17:00, sembari mengemasi hasil panen dua tandhan pisang, bebereapa unting kacang panjang, dan pare. Sebagian kami konsumsi sendiri, sisanya kami bawa ke pasar sebagai rintisan latihan dagang.

Nyuwun tambahing pangestu. 🙏🙏🙏

 

Kasno

Dimana Langit Dipijak, Disitu Bumi Dijunjung

Majlisgugurgunung:: Malam Minggu terakhir di bulan ini tanggal 24 september 2016 merupakan malam rutin untuk Majlis maiyah gugurgunung Ungaran berkumpul dalam acara Cangkruk Budidoyo. Bertempat di Taman Bermain Qomaru Fuady, Balongsari, Ungaran.

Tepat pukul 21.00 WIB Mas Dian sebagai moderator membacakan susunan acara. Dimulai dengan menyanyikan tembang Gugurgunung bersama seluruh jama’ah, lalu pembacaan al Fatihah dan wasilah untuk kanjeng Nabi Muhammad SAW, sahabat, aulia, leluhur, Bapak maiyah Muhammad Ainun Nadjib, serta untuk seluruh jama’ah yang dipimpin oleh Mas Tyo, dan dilanjutkan dengan pembacaan munajat maiyah yang dipimpin oleh Mas Jion. Lalu karena ada beberapa jama’ah yang baru pertama kali hadir maka dilakukan perkenalan terlebih dahulu untuk lebih meningkatkan kemesraan paseduluran.

Cangkruk Budidoyo Majlis Gugur Gunung

Cangkruk Budidoyo Majlis Gugur Gunung

Usai jama’ah membaca buletin bulanan yang telah dibagikan, dimana berisikan reportase bulan lalu dan mukadimmah edisi bulan ini kemudian ditambahkan sedikit oleh Mas Mufid dari maiyah Bahurekso Kendal; Continue reading

Dimana Langit dipijak, DisituBumiDijunjung

Mukadimah Majlis Gugur Gunung

Edisi 24 September 2016

Dimana Langit dipijak, Disitu Bumi Dijunjung

dimana-langit-dipijak-disitu-bumi-dijunjung

dimana-langit-dipijak-disitu-bumi-dijunjung

Sebuah kata mutiara yang dibalik. Dengankondisi model dancarahidup yang sudahbanyakterbalik, tampak kata-kata mutiara akan menjadi kehilangan makna kecuali jika dibalik.  Masyarakat kita sebelumnya sangat menjunjung tata karma, dan menghormati kebudayaan oranglain dimana ia bertempat. Masyarakat kita telah mampu mengalahkan atau menggerus atau menggugurkan identitas pribadinya untuk bisa menyatu dengan lingkungan baru yang ia tinggali.

Namun sekarang, fenomenanya justru tidak seperti itu. Ada keinginan yang begitu kuat untuk tampil, tampak di permukaan, kondang dengan cara apapun. Baik dengan prestasi maupun dengan minus prestasi. Bagaimana caranya dimanapun berada untuk menampilkan diri. Semakin controversial semakin baik karena imbasnya sama, terkenal atau menjadi viral. Banyak istilah untuk menjembatani sikap individualistic sepertiitu, seperti : jadilah dirisendiri/be yourself, narsis, selfie, sosialita … Beberapa bagian idiom mengandung anjuran yang positif namun yang pasti, baik itu anjuran positif maupun negative akan memiliki dampak distorsi.Continue reading

MOCO (Membaca)

Majlisgugurgunung:: Yen siro jalmo mesthi iso moco, yen siro iso moco mesthi nduweni seserepan. Yen siro nduwe seserepan mesthi tuwuh tumindak apepaes ing kabecikan. Moco iku ketemune panggraito tumrap ing uni. Uni iku iso awujud aksoro, ananging dudu mung aksoro netro. Ananging ugo aksarane poncondriyo. Alam ndunyo lan jagad rat iku hananing aksoro kang datan biso disewolo, podho joyonyo, mungguho prapto arupo bathang kewolo. Aksoro rinakit lan rinonce dadi pupuh. Sak akehing pupuh dadi podo. Isepen pupuh minongko tondho siro iku jalmo. Nuwun
Jika anda insan, pasti bisa membaca, jika anda bisa membaca pasti punya serapan. Jika anda punya serapan pasti tumbuh tindakan menghias pada kebajikan. Membaca itu bertemunya rabaan hati kepada suara. Suara itu bisa berwujud aksara, akan tetapi bukan hanya aksara mata. Melainkan juga aksara semua panca indra. Alam dunia dan Semesta diadakan sebagai aksara yang mustahil dielak, sama kekuatan satu dengan lainnya, meskipun hadir berupa bangkai semata. Aksara terakit dan terangkai menjadi pupuh. Banyaknya pupuh menjadi lembaran. Seraplah pupuh sebagai tanda bahwa anda insan. Nuwun

Kisah Muhajirin yang kau ada di dalamnya

MajlisGugurGunung:: Di suatu langit yang disebut sebagai langit ketiga. Diberangkatkan para arwah yang telah besyahadah sebelumya. Maka, dengan syahadahnya itu ia termasuk orang yang berhak untuk mendapatkan pengalaman kehidupan dengan menjalani sebagai makhluk yang beridentitas sebagai manusia. Bukan hanya beridentias namun juga berakal, berfikir, dan memiliki kehendak bebas. Dan, atas syahadatnya itu setiap yang dilahirkan di langit ketiga ini adalah muslimin. Yakni orang yang berserah diri, menebarkan salam, menyampaikan kabar gembira, hidup dalam kedamaian.Continue reading