
Sebagai landasan informasi, bahwa tema ini merupakan sesi ke dua Simulakra yang pada awal tahun Muharram kemarin menjadi tema bahasan demi bekal menjalani tahun baru dengan kondisi yang tentu akan berkembang. Perkembangan baik ‘hanya’ menyiapkan syukur. Sedangkan perkembangan ‘tidak baik’ perlu menyiapkan bukan hanya syukur, namun juga sabar, tangguh, mawas diri, dan terlebih lagi adalah terus bersambung kepada Allah SWT dan meneladani Rasulullah SAW.
Simulakra II ini bukan seri kedua dari tema simulakra sebelumnya, ini adalah tema yang menebalkan, mengurai kembali, mengingat kembali, agar hal yang terjadi dan akan terjadi bisa tetap membawa hati kita menetap dalam keadaan taqwa (waspada) dan dzikir (ingat).
Remind,
Simulakra: Dunia Bayangan yang Menjadi Nyata
Istilah simulakra mengacu pada realitas tiruan dunia di mana representasi menggantikan kenyataan itu sendiri.
Kita hidup di tengah banjir citra, algoritma, dan narasi buatan:
Manusia lebih percaya pada simbol daripada substansi, nilai digantikan oleh citra, kepalsuan direpetisi sampai orang percaya namun kebenaran dikubur sampai orang lupa.
Bejo, Eling lan Wadpodo
Bejo:
Dalam konteks simulakra, Bejo bukan sekadar nasib baik, tapi kemampuan menyelaraskan diri dengan irama semesta yang sesungguhnya, bukan irama buatan algoritma.
Ia bukan kebetulan, tapi buah dari harmoni dengan hukum ilahi yang bekerja di balik segala fenomena.
Orang yang bejo tidak tertipu oleh ilusi dunia, sebab ia membaca tanda-tanda dengan intuisi, bukan asumsi.
Ia berjalan dengan takdir, bukan terseret arus simulasi.
Eling:
Kesadaran Asal dan Tujuan.
Dari mana asal diri ini ?
Untuk apa diri ini berjalan?
Ke mana arah tujuan diri ?
Kepada siapa kita mengabdi — Tuhan, ego, atau sistem?
Waspodo:
Dalam era simulakra, waspodo menjadi kemampuan membaca motif di balik narasi, melihat niat di balik informasi, dan mengenali perbedaan antara energi yang murni dan yang manipulatif.
Orang waspodo tidak sinis, tapi jernih. Ia tak menolak dunia, tapi menjaga diri untuk tidak kehilangan kompas.
Mari melingkar, merubah keresahan menjadi rumusan tindakan tindakan antisipatif. Sama sama mengaktivasi kepekaan dan kewaspadaan terhadap hati kita, pikiran kita, segala fenomena atau peristiwa yang kita alami, terutama kewaspadaan terhadap posisi kita di hadapan Allah SWT.