Secara tersirat, sebetulnya kami ingin berteriak lantang tentang sebuah kondisi. “Kembalikan Lumbung ku”.
Betapa tidak ?
Lumbung, yang ringkasnya adalah sebuah strategi penyimpanan yang didalamnya sangat menghitung dengan detail kuantitas pangan, kualitas pangan, ketahanan pangan, dan seterusnya. ketika berubah dimensi menjadi gudang gudang yang lebih besar, justru disfungsi menjadi penimbunan penimbunan, sistem kontrol yang amburadul. Bahkan pada titik tertentu acapkali terjadi kelangkaan, lalu import.
Ini memang sekedar teriakan Semut kepada Gajah. Maka langkah yang mencoba kami tekuni adalah terus bersilaturahim kepada semut lainnya. Dari silaturrahim itu kemudian didapatkan informasi informasi atau data data. Dari data dan informasi tersebut kemudian diolah untuk bisa menjadi…?, ya berani menjadi diri sendiri.
Ya Allah Ya Jami’ Ijma’na (Salah satu nomor wirid gugurgunung).
Alhamdulillah, pada awal tahun ini kegiatan tani gugurgunung akan bergandengan dengan rintisan kegiatan peternakan dan usaha pasca panen. Yang kemudian satu persatu dipersambung hubungkan dengan personal personal yang ahli dibidangnya masing masing, yang dengan bungah sumnyah mau mensuport kegiatan kegiatan keluwarga gugur gunung tersebut.
Adalah Mas Eko-Boja, suporting ide dan bahan pengolahan media tanam. Lalu Pak Ibnu – Tangerang, gagasan segar dan suporting mesin pengolahan hasil panen (Mesin Selep) . Kemudian Mas Didik – Simpul Maiyah Majlis Alternatif Jepara, pedagang beras yang siap memasok gabah dari dulur dulur tani Jepara dan lainnya. Serta rentetan peristiwa persambungan lainnya.
Kerumunan sudah terjalin, cluster kecil juga sudah nampak terbentuk. Sungguh betapa rentetan peristiwa yang menggembirakan. Yang kemudian peristiwa ini kami syukuri sebagai “LUMBUNG” – LUMebering BUNGah. Minimal untuk keluwarga gugurgunung, dan semoga kian Lumeber lebih luas lagi.
Nyuwun tambahing pangestu.