MAWAS DIRI PADA PAGI

MAWAS DIRI PADA PAGI - 15 Juni 2017MAWAS DIRI PADA PAGI

Pagi tidak bosan mengajarkan kebeningan. Kembali menyuguhkan kesejukan dan kesegaran. Ia ibarat sebuah bayi yang suci. Pada kedatangannya tidak banyak makhluk melakukan perbuatan maksiat, hampir semuanya bermanfaat. Orang bangun mencuci muka, menyucikan diri, menjalankan peribadatan, menyapu halaman, menuju sawah, mempersiapkan diri pada hari yang memerlukan kesiapan. Pagi mengantar dengan begitu indah setiap hari. Jika cerah, cahaya merekah, kicau burung bersahutan meriah. Inilah keindahan yang bisa dirasakan hampir pada semua makhluk. Jika pagi dihantar dengan mendung, kesenduan tak terbendung, rasa malas merundung, inilah ketidak-indahan pagi yang bisa dirasakan hampir oleh semua insan. Namun, jangankan mendung jikapun rerintik hujan, atau bahkan hujan sekalipun, sesungguhnya pun keindahan. Ialah, keindahan yang hampir tidak bisa ditemukan oleh yang sudah memuncaki pada satu bilah keindahan saja. Keindahan yang tersembunyi hanya akan bisa dikuak oleh pihak yang tidak berpihak, keindahan yang sunyi hanya bisa dijumpai oleh pihak yang tak hanya ingin kenal kepada ramai dan tetap asing kepada sunyi. Ia akan merangkul kawan sunyinya untuk menerangkan rahasia keheningan. Pagi menerangkan tentang makna teruji dan terpuji.

PETUAH PAGI KEPADA KAKI

Tidurmu adalah tudung, tahukah engkau tudung itu?

Jika kau kesulitan memahami tudung pahamilah ia merupakan kain

Yang menutupi perempuan yang kau anggap cantik.

Tatkala tudung itu terbuka, kakimu tak terasa melangkah mendekatinya

Tapi kau bukan mendekati tudung

Kau mendekati rupa yang memakai tudung itu

Kau terkesima akan cantiknya dan kamu bisa lupa bahwa

Yang kau ingin dekati sesungguhnya bukan rupa.

Tapi cinta.

Agus Wibowo

Facebooktwittertumblr
Posted in Kembang Gunung.