Pagi tidak bosan mengajarkan kebeningan. Kembali menyuguhkan kesejukan dan kesegaran. Ia ibarat sebuah bayi yang suci. Pada kedatangannya tidak banyak makhluk melakukan perbuatan maksiat, hampir semuanya bermanfaat. Orang bangun mencuci muka, menyucikan diri, menjalankan peribadatan, menyapu halaman, menuju sawah, mempersiapkan diri pada hari yang memerlukan kesiapan. Pagi mengantar dengan begitu indah setiap hari. Jika cerah, cahaya merekah, kicau burung bersahutan meriah. Inilah keindahan yang bisa dirasakan hampir pada semua makhluk. Jika pagi dihantar dengan mendung, kesenduan tak terbendung, rasa malas merundung, inilah ketidak-indahan pagi yang bisa dirasakan hampir oleh semua insan. Namun, jangankan mendung jikapun rerintik hujan, atau bahkan hujan sekalipun, sesungguhnya pun keindahan. Ialah, keindahan yang hampir tidak bisa ditemukan oleh yang sudah memuncaki pada satu bilah keindahan saja. Keindahan yang tersembunyi hanya akan bisa dikuak oleh pihak yang tidak berpihak, keindahan yang sunyi hanya bisa dijumpai oleh pihak yang tak hanya ingin kenal kepada ramai dan tetap asing kepada sunyi. Ia akan merangkul kawan sunyinya untuk menerangkan rahasia keheningan. Pagi menerangkan tentang makna teruji dan terpuji.
PETUAH PAGI KEPADA KAKI
Tidurmu adalah tudung, tahukah engkau tudung itu?
Jika kau kesulitan memahami tudung pahamilah ia merupakan kain
Yang menutupi perempuan yang kau anggap cantik.
Tatkala tudung itu terbuka, kakimu tak terasa melangkah mendekatinya
Tapi kau bukan mendekati tudung
Kau mendekati rupa yang memakai tudung itu
Kau terkesima akan cantiknya dan kamu bisa lupa bahwa
Yang kau ingin dekati sesungguhnya bukan rupa.
Tapi cinta.
Agus Wibowo