Reportase 19an Periode Juli 2017
SEPI ING GAWE, RAME ING LAMBE
Sore itu jum’at tanggal 21 Juli 2017, hujan begitu lebatnya di sekitar Krapyak sampai Tugurejo, seolah hujan tahu bahwa nanti malam di rumah kang Jion ada acara Majlisan rutin 19an, sehingga sewaktu acara nanti beratmosfir sejuk dan adem.
Selepas Isya’ muncul foto yang di unggah oleh shohibu bait di Group WA Gugurgunung dengan tag “Kloso Sampun Ginelar” (Tikar Sudah Tergelar) mengisyaratkan kami untuk bergegas menuju kediaman kang Jion yang berada di Tugurejo Semarang. Satu persatu dulur-dulur Gugurgunung berdatangan merapat melingkar, tak luput pula tetangga sekitar kediaman kang Jion ikut melingkar bersama kami semakin menambah kemesraan dalam persaudaraan.
Tepat pukul 21.00 wib acara dibuka oleh Mas Norman yang sekaligus sebagai pembawa acara pada malam hari itu, acara dimulai dengan do’a wasilah yang dipimpin oleh mas Amri, kemudian Sholawat Munajat Maiyah yang dipimpin oleh kang Jion, dan selanjutnya acara diteruskan dengan sesi Kondo Takon (Diskusi) dengan tema bebas.
Ada bahasan yang menarik dalam sesi Kondo Takon di majlisan 19an malam hari itu, yaitu tentang ” Kaluarga” yang dijabarkan oleh Mas Agus Wibowo, dimulai dengan memahami tentang makna ” Ingwang” , ” Ingnyong ” atau ” Uwong ” itu bukan hanya sebagai penyebutan diri sebagai uwong/manusia tetapi juga memahami bahwa manusia juga sebagai bentuk ruang yang hampa yang bisa diisi, dengan begitu kita menjadi tahu akan kebutuhan, akan diisi apa ruang yang kosong ini?, disinilah keluarga mempunyai peran untuk mengisi tatanan/ paugeran. Hal yang ditanamkan adalah sikap kontributif, sepi ing pamrih, rame ing gawe (senyap dalam rasa pamrih, namun meriah dalam kontribusi). Konsep ini kini malah sama sekali berubah menjadi seolah-olah Sepi ing gawe, rame ing lambe (Sepi kontribusinya, namun meriah dalam omongan). Salah satu cicilan tatanan dalam keluarga yang pernah dibahas dalam majlisan Gugurgunung adalah deret umur, dari usia tunggal sampai dengan usia dak-dak-an ( suwidak/enampuluh).
Kembali ke keluarga, dimana komponen satuannya adalah “uwong”. Uwong yang individu menjadi Kawulo bersama individu yang lain. Orang satu dengan yang lainnya bergabung menjadi Warga, Kawula mempunyai arti abdi, kepada siapa ngawulanya? Kepada Rojo Gung Tanpo Tandhing (Allah Al Malik, Malikinnas, Ilahinnas, Maliki yaumi diin) Ejawantah dunianya : kerajaan yang dipimpin oleh Rojo Gung Binathoro (Raja Agung yang ternaungi sifat ketuhanan). Maka pakem utama dari Kawula Warga atau kaluarga adalah pengabdian kepada Tuhan.
Dari keluarga mekanisnya berkembang untuk berpadu. Ada pihak yang ditunjuk sebagai pemimpin yang memadukan, memadu keluarga yang satu dengan yang lainnya. Memadhu mirukun, memadhu hangrengkuh dan memadhu misungsun, dimana kita sudah mengenalnya dengan sebutan “Dukun”, “Dukuh” dan “Dusun”, yang pernah dibahas dalam acara Gugurgunung. Ini bukan penyebutan wilayah melainkan penyebutan person atau penyebutan orang yang mempunyai kemampuan untuk menyusun, merukunkan dan merengkuh yang ditunjuk oleh sekian keluarga untuk menjadi Ki Dukun, Ki Dusun atau Ki Dukuh.
Yang agak “sial” nasibnya adalah ki Dukun dikarenakan adanya pergesaran makna, yang sekarang ini urusan Dukun hanya diwilayah perklenikan, pengasihan, santet atau tenung atau bisa dikatakan sebagai paranormal, padahal urusan ki Dukun jauh dari itu, urusan ki Dukun lebih kepada urusan kemasyarakatan.
Dari dukun, dusun, dan dukuh tingkatnya naik lagi menjadi kaluhuran atau kaluhurahan, berkembang menjadi Kademangan, Kadipaten dan kemudian menjadi Keratuan. Ketika pada tingkat keratuan ini, keratuan kembali menjadi orang/uwong yang disebut sebagai “Wongso” atau bangsa yang sebegitu banyaknya orang adalah orang yang satu atau manunggal.
Tak terasa malam semakin larut bahasan tema tentang Keluarga ini menghanyutkan kami ke bahasan-bahasan selanjutnya yang belum bisa kami untai dalam rangkuman reportase ini. Tepat pukul 02.00 wib acara ditutup dengan bacaan Alhamdulillah, segala puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan keluangan waktu dan tempat kepada kang Jion dan yang terus menerus memberikan tetesan ilmu kepada kami lewat majlisan 19an Majlis Gugurgunung.
Normansyah