Nuansa Salam Nusantara I

Majlisgugurgunung:: Aywa : Kata Aywa sudah sangat tidak lazim didengar apalagi diucapkan. Kata sesungguhnya merupakan kata induk dari berbagai varian sapaan. Aywa adalah penggalan kata dari Rahayo : Rah – Ay – wa, Ra – Ha – Ywa. Rah adalah spirit atau kosmis atau jagat dan Aywa adalah keindahan. Maka Rahaywa secara sederaha bisa diartikan sebagai : “spirit keindahan”. Dari Rahaywa menjadi Rahayo ini kemudian berubah menjadi Rahayu.

HAyu : Sudah tidak lagi menjadi kata sapaan tapi sebagai kata sifat, yang berarti cantik, elok, indah, menggetarkan. Hal ini bersentuhan sebuah makna yang menyalurkan perasaan yang penuh gairah dan bersemangat.Continue reading

MOCO (Membaca)

Majlisgugurgunung:: Yen siro jalmo mesthi iso moco, yen siro iso moco mesthi nduweni seserepan. Yen siro nduwe seserepan mesthi tuwuh tumindak apepaes ing kabecikan. Moco iku ketemune panggraito tumrap ing uni. Uni iku iso awujud aksoro, ananging dudu mung aksoro netro. Ananging ugo aksarane poncondriyo. Alam ndunyo lan jagad rat iku hananing aksoro kang datan biso disewolo, podho joyonyo, mungguho prapto arupo bathang kewolo. Aksoro rinakit lan rinonce dadi pupuh. Sak akehing pupuh dadi podo. Isepen pupuh minongko tondho siro iku jalmo. Nuwun
Jika anda insan, pasti bisa membaca, jika anda bisa membaca pasti punya serapan. Jika anda punya serapan pasti tumbuh tindakan menghias pada kebajikan. Membaca itu bertemunya rabaan hati kepada suara. Suara itu bisa berwujud aksara, akan tetapi bukan hanya aksara mata. Melainkan juga aksara semua panca indra. Alam dunia dan Semesta diadakan sebagai aksara yang mustahil dielak, sama kekuatan satu dengan lainnya, meskipun hadir berupa bangkai semata. Aksara terakit dan terangkai menjadi pupuh. Banyaknya pupuh menjadi lembaran. Seraplah pupuh sebagai tanda bahwa anda insan. Nuwun

PRIYO UTOMO JOWO

majlisgugurgunung:: Sesungguhnya, meskipun dikatakan 5 perkara ini ditujukan bagi pria Jawa. Ternyata setelah dikupas, tak ada satupun yang menunjuk jenis kelamin.

  1. WISMO

Cumawis lan Momot

 Seorang pria, belum disebut pria sejati jika belum memiliki Rumah/Wisma. Namun Wisma yang dimaksud adalah kondisi mental seseorang yang mampu menjadi tempat persinggahan bagi oranglain. Mau dan mampu menerima. Semakin seseorang ini memiliki kondisi mental yang matang untuk mampu menerima oranglain maka kehadirannya bagai rumah bagi banyak orang yang ingin ikut singgah. Oranglain tidak memandang kehadirannya sebagai pihak asing, melainkan pihak yang seperti sudah dikenalnya sebagai tempat aman untuk berteduh. Semakin besar ‘rumah’ seseorang, semakin banyak orang merasa terlibat sebagai penghuninya.Continue reading