Musik
Irama Kehidupan ini terus bergulir dari peradaban ke peradaban, dari suka ke duka, dari duka ke duka, dari duka ke suka, dari sendiri ke jamaah, dari berjamaah untuk ke Tunggal. Arus materialisasi terus menggunung. Terus berdiri untuk lebih tinggi dari yang dianggap tinggi.
‘Kenikmatan’ pada pemahaman terkini terletak secara lebih utama pada suatu yang dibangun dhohir/fisik. Sedangkan kenikmatan bathin tertambat dan makin karam dalam lautan patron katon (nampak). Setiap pribadi makin terlatih untuk berdiri ->DIRI daripada bersama ->SAMA. Setiap diri memiliki kiblatnya masing-masing. Kebenaran dan sesembahan (baca : kecintaan terdominan dalam kontrol kebijakan/laku) hidup masing-masing. Seakan kiblat kehidupan sudah berpindah dari Ka’bah sebagai simbol titik sujud yang sama menjadi milyaran smartphone yang setiap pemiliknya punya tempat sujudnya masing dan tekun berthowaf kepadanya. Simbol titik sujud yang memusat menjadi titik sujud yang terberai.
Tidak hanya sekarang, sudah dari dulu benturan-benturan kehidupan seperti kerusuhan, kekejaman pembunuhan, eksploitasi manusia dan alam, dlsb sepertinya terjadi dikarenakan ‘rasa kepemilikan’ membuntal kesadaran bahwa ; yang dipunyai adalah titipanNya yang selanjutnya akan dihaturkan kembali kepada Yang Memiliki dengan kondisi sebaik mungkin. Hanya saja yang terjadi sekarang : ibarat musik bersuara tanpa harmoni, peralatannyapun rusak.
Ngaji : Gugur Gunung dan Majlis gugur gunung
Dari maiyah gugur gunung mencoba menanggapi keresahan, kekhawatiran kondisi sekarang ini yang sulit sekali untuk tidak saling benturan. Dalam ini teman-teman majlis gugur gunung mencoba memperdalam makna gugur gunung sebagai metode bebrayan yang luwes dan harmonis. Gugur gunung adalah khazanah leluhur yang sangat cantik dan efisien. Banyak makna dan pesan mendalam dalam ajaran gugur gunung tersebut. Semangat itu pula yang ingin diterapkan sebagai semangat pokok di majlis, maka gugur gunung pula dipilih sebagai nama untuk menengarai majlis ini. Sebagai introduksi singkat ; Majlis Gugur Gunung merupakan lingkaran warga Maiyah kabupaten Semarang yang secara rutin diselenggarakan setiap malam minggu terakhir pada bulan Masehi kecuali jika malam Minggu tersebut bersamaan dengan tanggal 25, maka gugur gunung ‘off’ untuk melingkar di Majlis Masyarakat Maiyah Gambang Syafaat. Selain itu, ada jadwal anjangsana yang diadakan setiap tanggal 19 malam 20 sebagai upaya mendekatkan jarak satu dengan yang lain.
Membaca : Sujud Kehidupan
Dimana seseorang mendapati dirinya tengah berada pada suatu perbuatan yang merundukkan dirinya pada Tuhan. Maka disitulah tempat ibadah. Ketika seseorang mendapati dirinya pada suatu perbuatan yang merebahkan lahir-bathinnya dihadapan Tuhan, disitulah masjid tempat bersujud.
Setiap manusia dianjurkan untuk pandai bersujud tidak hanya merunduk melainkan merebah dan meletakkan dalam simpuh tenggelam kepada Sang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Oleh karenanya setiap hati manusia telah diperangkati ‘masjid’ dalam luasan yang berbeda-beda. Setiap masjid dalam hati manusia ini akan menggabungkan diri dengan hati yang lain untuk membangun masjid yang lebih luas dan bercorak lebih beragam. Maka makin didapatkan imam masjid yang lebih tinggi yang mampu mengimami berbagi ragam corak tersebut. Area sujud ini terus bisa diperluas dan dihias hingga bersama-sama makmum kepada Imam tertinggi yakni Rasulullah SAW. Senyampang, tidak ada lagi makmum dan Imam. Yang ada adalah Sesembahan dan yang menyembah. Hanya ada Allah dan utusanNya. Hingga puncaknya hanya ada Allah.
Area tersebut haruslah memiliki pusat sebagai pusaran utama, dengan seorang Imam yang utama. Imam ini yang akan mengajari dan mengajak semua kebenaran _yang puncak kebenarannya tersunggi di kepala masing-masing orang_, disujudkan ke sebuah rumah yang Allah menjadi Tuan Rumahnya, yakni yang ada dalam hatinya masing-masing. Seorang yang berbeda kepala bisa mudah terjebak kesempitan, namun hati satu dengan hati yang lain memiliki semesta kesamaan yang jauh lebih luas. Setiap hati memiliki kadar sujudnya masing-masing, bisa sebagai bagian dari makmum sebuah
masjid kecil yang ringkas dan lugas. Ada pula yang menjadi bagian dari makmum sebuah masjid yang qudus, yang lebih jauh perluasan pemahaman sujudnya dalam memurnikan diri. Bisa juga menjadi bagian makmum dari sebuah masjid yang tercegah dari prilaku fasik dan mungkar secara lahir maupun bathin. Namun ada pula yang seperti sedang mendirikan pilar masjid secara mandiri (fardhan).
Peristiwa peribadatan masjid hati ini tidak termanifestasi secara kuantitatif berupa tampakan visual yang mawujud. Melainkan pada kualitas sujudnya, sehingga seseorang yang berada dalam ketangguhan dalam mencegah pada perbuatan yang menodai kasih sayang secara mumpuni akan memiliki kualitas sebagai makmum Masjidil Haram meskipun dia berada jauh terpencil secara jasad dari Masjidil Haram. Dia bisa berada di Timur maupun di Barat, namun kemanapun melangkah ; hatinya senantiasa menghadap kepada Masjidil Haram, karena prilakunya menunjukkan secara akurat kemana kualitas sujudnya tersebut berada. Masjidil haram telah berhasil dia masuki sebagai pilihan area sujud yang aman dalam hatinya. Pilihan ini bukan tanpa ujian, sebab harus pandai menerapkan kerelaan secara utuh, harus rela melepaskan baju-baju diri, senantiasa sadar sedang disaksikan dan senantiasa bergaung dalam hatinya bahwa setiap langkah adalah langkah yang menuju pada upaya mendekat memenuhi panggilan Gusti Allah SWT. Meski cara tersebut sebuah laku yang berat, namun nampaknya leluhur kita bahagia mengambil sikap ini. Hal ini terekam dalam anjuran gugur gunung.
nge-Game : 5 Metode Gugur Gunung
Di dunia adalah permainan dan senda gurau. Maka lazimnya ada peraturan. Peraturan mendasar adalah adanya kompetitor, lawan tanding. Dan lawan tanding yang tersulit adalah diri sendiri. Gugur Gunung biasa diidentikkan dengan kerjabakti, yaitu bersama-sama bahu membahu melebur, membangun tanpa mengedepankan identitasnya masing masing. Semua berhak mengambil bagian untuk membersihkan got, babat suket, dlsb. Kalau dipandang secara maknawi Gugur Gunung tidak hanya sekedar kerjabakti. Spirit Gugur gunung berada dimana saja asalkan tercipta fenomena melebur meluruh, menggabungkan diri dalam kinerja sosial yang manfaat dan selamat. Gugur gunung memiliki makna yang menegaskan fenomena kepercayaan dan rasa aman antara satu pihak dengan pihak lain, pribadi satu dengan pribadi lain, manusia satu dengan manusia yang lain. Dari hal-hal tersebut, Majlis Gugur Gunung mencoba membuat rumusan sebagai berikut :
- Ojo rumongso becik, Jangan merasa baik. Bahwa kamu bukan pihak paling benar maka kamu akan aktif merintis prilaku-prilaku yang bermuatan kebaikan dengan tekun & sabar mengambil hikmah. Kebaikan itu semacam simpul yang seyogyanya di letakkan di belakang bukan disodor-sodorkan di depan. Yang di depan adalah output dari kesimpulannya. Sekaligus alat uji apakah kesimpulannya sudah cukup presisi sebagai formula yang benar ataukah masih memerlukan revisi agar outputnya semakin bisa diterima. Dalam melihat sesuatu lazim dalam perbedaan sudut pandang, karenanya sangat lumrah jika terjadi perdebatan bahkan perselisihan. Didunia ini ada yang sangat berdasarkan dhohir, ada juga yang sangat berdasarkan bathin, kebenaran makan makanan enak yang bersifat dhohir ; berdasarkan lidahnya masing-masing. Namun ada
juga makanan tidak begitu enak di lidah pun sangat terasa enak disaat dimakan bersama sama, sebab ada kebersamaan bathin yang memperluas area kenikmatan. Jika pandangan kebenaran makanan enak itu ditentukan pada lidah pastilah banyak menuai kesalahan, harus punya kebenaran bathin bahwa Tuhanlah yang menyajikan ini semua. Dan dihadapan Tuhan kita bukanlah apa-apa, tak mempunyai kebenaran apapun selain dariNya. konteks ini bisa diartikan syahadat dan orang yang melakukan syahadat disebut musyahadah. Yaitu sebuah kesaksian kepada Tuhan bahwa sebenar apapun makhluknya, Tuhanlah yang mengetok palu untuk mengesahkannya. Ngendikane Mbah Nun “carilah yang benar bukan cari siapa yang benar dan dalam mencari yang benar maka berlandasanlah bahwa Allah yang menentukan kebenaran”. Kalau bahasa Al-Qur’annya kembalilah pada Allah.
- Umur kuwi terbatas. Sadarilah bahwa umurmu singkat, maka kamu akan tekun menabur benih manfaat demi anak turun yang akan memperpanjang ‘usia’mu di bumi. Setiap makhluk punya keterbasan dalam menjangkau suatu hal, oleh karenanya penjangkauan itu perlu ketersediaan untuk melanjutkan jangkauan-jangkauan yang lebih tak terjangkau. Karenanya perlu adanya menanam benih kebaikan. Kebaikan itu merawat, menumbuhkan, mendekatkan sehingga dapat berpelukan, mengasih sayangi sehingga datang anugerah dll-nya. Sedang keburukan itu merusak, mematikan, memusnahkan, menjauhkan sehingga tak bertemu, sombong sehingga laknat yang datang. Tinandur becik ini tidaklah harus dalam kuantitas besar, namun sejangkauan tanganpun akan sangat diperlukan agar ada regenerasi kebaikan-kebaikan yang nantinya akan membesar dan mendapatkan pinayungan Allahu Akbar. Sebagaimana sholat bahwa yang ditanam adalah kebaikan dan bisa mencegah fasahk (kerusakan) walmunkar (keburukan), Iqomatussholah bisa diartikan orang yang berdiri lalu membungkuk menanam padi sebagai simbol keperluan persedian untuk meneruskan kehidupan dan ladangnya kalau tidak salah dinamakan kafir (tanah yang tertutup rumput). Wallahu a’lam
- Iso ngelila ake Lila/lilo. Kamu adalah pihak yang memiliki bakat ‘memiliki’ dan ‘menguasai’, maka pijakanlah langkahmu berangkat untuk ‘rela’ dan ‘merelai’ Lilo adalah bahasa jawa yang bermaksud rela atau ridhlo. Karenanya ‘lilo’ juga merujuk pada lillahi ta’ala. Setiap orang pasti mempunyai ketertarikan pada hal yang dikiranya pas untuk dirinya. Maka tak heran jikalau ingin memiliki berbagai keinginan, dalam orang jawa mengatakan milik nggonane kancane, tonggone, mase, adike, dan lain-lainnya. Tuhan pun mempunyai nama Al mulk (kuasa) Allah berkuasa atas segala atas apa saja yang dikehendakinya. Dan jikalau manusia merasa mempunyai sifat memiliki/ketertarikan maka akan mengalami beban yang berat, ketersiksaan bathin dalam memisahkan dhohir/fisik dikarenakan didunia ini tidak ada keabadian. Bumi ini dalam bahasa arab adalah ardhi, maka orang yang berinjak di ardhi adalah harus melakukan ridho, Tuhan mengajarkan adanya zakat bisa juga diartikan agar ada kerelaan/lilo untuk belajar memisahkan diri dari rasa memiliki, sehingga bisa bersih dari sifat kepemilikan dunia. Dan nantinya bisa mengatur semua keinginan dengan kejernihan hati dan pikiran sehingga tidak menjadikan keruh suatu keadaan.
- Rumongso peteng. Kamu adalah kegelapan & boleh nambah porsi cahaya, maka tak perlu kau sangka mampu mencerahkan, sebab kau sendiri bersandar pada pemilik Cahaya. Cahaya bisa berarti jikalau dalam keadaan gelap, jikalau ada banyak cahaya dalam malam cahaya yang terangnya kecil tidak lagi berarti disekeliling cahaya yang terang benderang. Jadi untuk mendapatkan cahaya. seseorang/majlis harus bisa dalam memposisikan diri dalam kegelapan agar mendapatkan cahaya/pencerahan. Dalam Puasa diajarkan menahan diri dalam kesilauan-kesilauan dunia. Orang puasa memposisikan berjarak dengan kesilauan itu,menghayati nilai-nilai Tuhan lalu bersyukur atas segala yang diberikanNya. Cahaya akan terlihat jelas fungsinya jikalau ditempat yang gelap. Dengan kesadaran bahwa kita dholim, akan menjadi peranti paling memenuhi syarat hadirnya Nur Muhammad yang terang benderang, yakni cahya yang menjadi suluh kehidupan. Menyibak kelamnya siang, menguak gulitanya malam.
- Yen kabeh kuwi ono seng nyekseni. Kamu menyadari bahwa prilaku besar kecilmu senantiasa disaksikan, maka tak perlu kamu menilai oranglain seakan-akan kau bertugas sebagai pengawas kehidupan. Semua itu ada yang menyaksikan dan hidup tidaklah sendiri. Aku ingin sekali berpuisi namun tak bisa buat. Hehe. Sekiranya begini :
Rumput bisa menjadi jawaban keresahan bagi perut kambing. Namun apakah aku bisa menjadi jawabanmu kekasih.
Bulan memeluk dengan cahayanya dimalam hari pada hati seseorang yang gundah gulana mengarungi hidup yang serba mbingungi. Seakan berkata segelap apapun keadaanmu tetaplah menghibur dengan segala apapun yang kau miliki walau hanya 1 ayat yang kau punyai.
Nah begitulah syair. Sebagaimana di syair tadi alam ini pun akan menjadi saksi kita dalam menjalani kehidupan, adakah kerinduan sangat berat kau lakukan untuk kembali kepada Allah, adakah penolakan-penolakan dirimu dengan goda syaitan atau dalam haji disimbolkan dengan lempar jumroh. Apakah seberapa yang kau jalani dan sejauh apapun itu kau hanya dalam usaha untuk kembali pada posisi fitrahmu atau disebut thowaf.
Demikianlah, metode dia atas tidak untuk menjadi jawaban pada persoalan sosial, maka tidak perlu berharap bahwa metode rumusan tersebut di atas cespleng merampungkan kedirian-kedirian. Yang bisa diharapkan adalah diri sendiri untuk memilih metode tersebut atau tidak. Maka, rumusan ini menjadi cespleng atau tidak terletak di ruangprivilege masing-masing pribadi. Jika dirasa memenuhi syarat ‘kepentingan dan ketentraman’ silakan dipilih, jika ‘tidak’ bebas pula untuk diabaikan.
Allah Al Jamii’ (Yang Maha Menghimpun); yang suka musik berkumpul/dikumpulkan dengan yang suka musik, yang suka ngaji akan berkumpul/dikumpulkan dengan yang suka ngaji, orang yang suka membaca akan bertemu dan yang sama-sama suka membaca, orang suka game akan berkumpul/dikumpulkan dengan yang suka game dlsb. Yang suka musik, ngaji, membaca, ngegame sekaligus pun juga tidak akan dibiarkan terpisah. Maka atas kehendak Allah kesamaan tersebut akan saling didekatkan berangkai dan dihimpun. Wallahu a’lam
Amri – warga masyarakat maiyah Semarang