Tancep Kayon Majlis Gugurgunung 2022
Windhu Sakinah

Sungguh, Subhanallah Alhamdulilah Laailaahaa illAllah Allahu Akbar. Laa haula wala kuwwalata illa billahil aliyyil adziim.

 

Tancep Kayon, merupakan kesadaran  penting kulawarga gugurgunung, yang dihelat pada tiap akhir tahun, sebagai upaya menegaskan hal hal yang terkait selama rentang waktu 1 tahun Sinau Bareng. Dan Desember 2022 ini merupakan Tancep Kayon yang ke 8. Artinya, Majlis Gugurgunung sudah berkegiatan selama 8 tahun/Se Windhu. Perhelatan Tancep Kayon yang ke 8 ini akan digelar pada 24 Desember 2022 di Joglo Wisata Gunung Munggut, Pringsari – Ungaran. Dengan mengangkat tema WINDHU SAKINAH

 

Perjalanan sewindhu gugurgunungan telah mengendarai tema tema besar/Kurikulum pada tiap tahunnya. Diantaranya adalah :

  1. Sandal Peradaban.
  2. Kembul Malaikatan.
  3. Serat Pamomongan.
  4. Laku Kasantikan 1.

 

Yang belakangan ini, 4 tema pada 4 tahun pertama ini didominasi oleh kegiatan kegiatan berupa pengkayaan di wilayah intelektualitas, kontekstual, konseptual, dan sebagainya. Yang kemudian kami tengarai sebagai perjalanan “BUDI”.

Kemudian 4 tahun berikutnya adalah :

  1. Laku Kasantikan 2.
  2. Sinau Gugur.
  3. Nuwuh Makmur
  4. Windhu Sakinah.

 

4 tema pada 4 tahun ke dua ini didominasi oleh peristiwa dimana tema kontekstual dan konseptual yang kian merealitas menjadi perilaku. Optimalisasi peran skill atau keahlian keahlian khusus. Yang kemudian kami tengarai sebagai peran “DAYA”.

 

Dan taut antara BUDI dan DAYA adalah Padhu, Menyatu-padu. Sehingga tepat di tengah windhu kami diperjalankan untuk memadu dengan perhelatan seserius Tancep Kayon, pada bulun Juni tahun 2019 dengan tajuk “Masyarakat Lebah Memadu”

 

Majlis Gugurgunung juga senantiasa menyelaraskan langkah dengan dhawuh dhawuh Marja’ Maiyah. Tentunya semampu dan sesanggup sesuai dengan potensi yang dimiliki. Zira’ah, Shoum, Shodaqoh dan Revolusi Kultural dengan pertanian dari hulu hingga hilir sebagai pilihan laku. Serta kian solid pada ranah pemahaman bahwa Sinau Bareng adalah salah bentuk Ikhtiar Maiyah.

 

SeWINDHU perjalanan yang sarat akan peristiwa peristiwa menggembirakan (kakawin), dan juga dilengkapi oleh peristiwa peristiwa menyedihkan (reridhu). Menjadikan sebuah perjalanan yang kian utuh, yang Mulat.

 

Semakin mengakurasi kesaksian bahwa kesemuanya itu kita terima sebagai bentuk Cinta Kasih (mawaddah) dan Rahmat (warahmah) dari Allah. Sebagai bekal utama untuk perjalanan yang semoga senantiasa berada pada lintasan proses menuju ketenanangan dan ketentraman lahir sampai ke batin (sakinah).

 

Sehingga sewindu Tancep Kayon sebagai perpaduan BUDI lan DOYO, Kultural, berbudaya. Budi yang berdaya guna, dan Daya yang berbudi luhur, demikian harapan yang ingin digapai oleh pasinaon demi pasinaon selama ini.

Tancep Kayon Majlis Gugurgunung 2021
“Nuwuh Makmur”

Tentunya, betapa kami sangat bersyukur, Alhamdulillahirrobil ‘aalamiin. Pada kondisi yang sedemikian serba, kami masih diberi kesanggupan untuk menyelesaikan kurikulum sinau bareng sepanjang 2021 ini. Sungguh, Allah Maha Segala. Sedikit remind proses setahun kulawarga gugurgunung. Setiap awal tahun, kulawarga gugurgunung juga melaksanakan tradisi Bedhol Kayon, sebagai tanda dilanjutkannya kegiatan gugurgunungan dengan kurikulum baru untuk rentang 1 tahun. Syarat utama Bedhol Kayon tahun 2021 ini adalah “Kesabaran”. Dengan meniatkan bersama pola laku utama, antara lain :

– Sinau Bareng sebagai ikhtiar Maiyah.

– Sabar dan sholat

– Hizib Nashr

– Tahlil Nafas, dan

– Meneruskan “Revolusi Kultural” sebagai salah satu pilihan Daur, berupa kegiatan tandur/berkebun/bertani dan berdagang. Pola laku utama yang berupa anyaman antara dhawuh dhawuh Marja’ Maiyah dengan kegiatan kulawarga gugurgunung tersebut dalam kurun waktu satu tahun ini sudah terlaksanakan, dan sangat sadar masih jauh dari sempurna. Namun setidaknya kian menambah Imanitas dan Imunitas bagi kulawarga gugurgunung.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Proses yang melibatkan langsung persentuhan seluruh inderawi terhadap apa saja dan siapa saja ini sungguh sangat melelahkan. Kelelahan demi kelelahan yang ternyata justru meninggalkan jejak Sesrawungan yang Eling. Yang kemudian belakangan ini kami tadabburi sebagai salah satu komponen penting prototype peradaban yang pada masa silam disebut sebagai Delta Asrama, yaitu tempat melelahkan diri. Dimana para Brahmana mendedar sekian banyak keilmuan untuk membentuk jaringan-jaringan Ekosofis atau jaringan penentu kebijakan yang konon mampu memberikan kontribusi penting bagi kejayaan dan kemakmuran. Untuk itu, kami merasa perlu terus melakukan Reminding Ekosofis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dari sekian banyak rentetan peristiwa tersebut, kemudian kulawarga gugurgunung menengarai hal tersebut sebagai peristiwa “Nuwuh Makmur”

 

SEDEKAH DAN KEMAKMURAN

Bagi yang memiliki naluri bersedekah, itulah NUWUH.

Bersedekah adalah menghaturkan persembahan terbaik,
itulah ciri pertumbuhan yang sehat.

Masjid menumbuhkan mutu ruhani, sawah menumbuhkan pengabdian.

Mutu ruhani makmurkan sujud dan syukur.

Pengabdian makmurkan kemanusiaan.

Hutan tumbuhkan jiwa jelajah. Jiwa jelajah makmurkan kearifan.
Lautan tumbuhkan pelayaran. Pelayaran makmurkan pengetahuan arah.
Gunung-gunung menumbuhkan pendakian. Pendakian memakmurkan kegigihan,

Sungai menumbuhkan arungan. Arungan memakmurkan jalinan.

Tertawa tumbuhkan riang, riang makmurkan akrab.

Senyuman tumbuhkan indah, indah makmurkan kebahagiaan.
Rasa malu tumbuhkan martabat, martabat memakmur adab.

Tangis tumbuhkan iba, iba memakmur kasih sayang.

Kejujuran tumbuhkan kepercayaan,

kepercayaan memakmur ketentraman.
Itu semua Nuwuh Makmur (menumbuhkan kemakmuran).

 

Tubuh, akal, wawasan, ketidaktahuan, pengetahuan, hamparan, tenaga, pemikiran, rukuk, sujud, salam. Semuanya bernaluri tumbuh, dan oleh sebabnya sepantasnya dimakmurkan. Olehnya pula hamparan kehidupan berlangsung dengan makmur dan saling menyajikan hidangan terbaik. Akal setiap manusia tumbuh, ia memerlukan peristiwa guna kemakmuran akalnya. Kadang dijumpakanlah akal pada kesulitan untuk menemukan kemudahan sebagai rumus melanjutkan kehidupan.

Fisik pun tumbuh, ia memerlukan asupan yang baik, yang menyehatkan dan berasal dari asal-usul yang tidak mencederai siapapun. Atas kebutuhan kemakmuran, maka fisik atau tubuh memerlukan kesempatan bertindak-tanduk dengan bermanfaat bagi sebanyak-banyak hajat kebaikan.

Ada bermacam sedekah (persembahan). Sebagai bukti bahwa bersedekah memiliki kekayaan cara yang berbeda-beda, kesamaannya hanya satu, yakni menjunjung kebenaran. Yang mana menjunjungnya bisa dengan keindahan atau bisa pula dengan kesederhanaan. Bisa dengan kemegahan atau kebersahajaan. Bisa dengan kelembutan maupun keperkasaan. Bisa dengan pengetahuan ataupun ketidaktahuan.

Langit bersedekah kepada bumi melalui turunnya hujan, bumi bersedekah dengan mengerami biji, matahari bersedekah dengan panas yang menumbuhkan. Tumbuhan bersedekah dengan dimakan binatang atau dipanen manusia. Binatang bersedekah kepada manusia dengan daging, susu, keindahan, kesetiaan, ataupun tenaganya. Manusia bersedekah dengan menjaga dan memelihara keberlangsungannya. Inilah Nuwuh Makmur (menumbuhkan dan kemakmuran).

 

MAKMURNYA PERYATAAN

Persembahan itu sebagaimana persentuhan, persentuhan itu nyata dengan beragam cara, tidak selalu tentang bersentuhnya kulit kepada kulit, kendatipun hanya dengan ungkapan perasaan yang dinyatakan kepada sanubari penerimanya.

Banyak cara untuk saling menyentuh, manusia kepada sesama manusia, hati kepada hati,

manusia kepada bumi, jiwa tanam kepada tandus, kepandaian kepada kebodohan,

kaya kepada miskin. Sehingga pernyataan adalah nyata bisa terus tumbuh dan bisa membawa suluh. Inilah Nuwuh Makmur (menumbuhkan dan kemakmuran).

 

KEMAKMURAN RASA

Kian banyak aneka rasa dicecap makin kaya pula  pustaka rasa disimpannya. Kepekaan hati dan perasaan, tumbuh. Makin banyak ia kelola beragam rasa, kian kaya hatinya bertabur semesta rasa, hingga makin sedaplah pula pribadinya yang tersaji masak, digemari banyak pihak. Sebab rasa dengan segala jenis pertunjukkannya, untuk meneguhkan pengertian rasa sejati, yang rasa tersebut menyemarakkan cinta merayakan kesaksian akan Cinta Tuhan yang telah terhampar secara memesona. Inilah Nuwuh Makmur (menumbuhkan dan kemakmuran).

 

DITUMBUHKAN DIMAKMURKAN

Seiring meningkatnya seseorang dalam menghikmahi hidupnya, tumbuh pula keprigelan berfikirnya, wawasan pun tumbuh. Cita-cita juga tumbuh. Harapan tumbuh jua. Semuanya memerlukan pertumbuhan yang makmur, bukan sekadar pertumbuhan yang tanpa arah, melainkan pertumbuhan thoyibbah dalam langkah perbuatan karimah. Inilah Nuwuh Makmur (menumbuhkan dan kemakmuran)

 

PERIBADI YANG MAKMUR

Kata-katanya indah, perbuatannya indah.
ekspresinya terkemas Subhanallah,
rasa syukurnya terbungkus Alhamdulillah,
keteguhannya dipeluk la ilaha ilallah,
gerak-geriknya dalam dekapan Allahu Akbar,
kesadarannya tersirami La Haula Wala Quwwata Illa Billah.

Setiap niatnya untuk menyempurnakan salam,
istirahatnya tadarus, masa senggangnya terlantun puji-pujian,

anjurannya sabar dan sholat,
ajakannya adalah bangkit secara berjamaah,
puncak kegembirannya adalah menebarkan kedamaian seluas-luasnya.

Inilah Nuwuh Makmur (menumbuhkan dan kemakmuran).
Setiap tetes kenikmatan memberikan pertumbuhan, dan hanya sedikit yang menyadarinya.

 

TAKMIR YANG MEMAKMURKAN

Kemakmuran Tanah ditandai kesuburan, keasrian.
Manusia adalah takmir yang memakmurkannya sehingga terkelola dan memberikan manfaat lebih mumpuni.

Kemakmuran Air terlihat pada kejernihan dan gemericiknya yang menyembuhkan segala jenis kehausan. Manusia adalah takmir yang menjaga aliran dan mencegah dari sabarang pengeruhan.

Kemakmuran Angin tersiar oleh setiap hembusnya nan sejuk, murni, menerpa bermacam kerontang dan penat. Manusia adalah takmir yang menjaga kemurniannya tetap tertebar segar tidak cemar.

Kemakmuran Api membawa khas menghangatkan dan mematangkan, ia hadir dengan maksud mengungkap rasa yang sebelumnya terselubung zona nyaman. Manusia adalah takmir yang mengelola gelora jilatanya agar tak membumi-hanguskan keadaan.

 

HATI MASJID TERMAKMURKAN

Kemakmuran Masjid adalah untuk menggemilangkannya dengan perilaku sujud, kalimat-kalimat yang thoyib serta perbuatan yang mengedepankan kearifan dan membelakangkan pengingkaran. Tiap-tiap orang memiliki masjidnya, sehingga kenapa setiap langkahnya dianjurkan dalam rukuk dan sujud.

Tiap-tiap orang menjadi takmir bagi masjidnya masing-masing, masjid yang berada di dalam hatinya, masjid yang menyertai nafasnya, masjid yang terhampar dalam setiap jangkah kakinya, masjid yang seiring dengan umur, yang mendekapnya dalam siang dan malam.

Umur seseorang adalah masjid yang tergelar, dimana tiap-tiap orang melakukan sujud dan rukuk disepanjang umurnya. Siapa saja yang berkepentingan dengan umurnya tersebut, patutlah tiap-tiap orang merasa perlu memakmurkannya sebagaimana masjid dimakmurkan.

Tancep Kayon kali ini digelar di Pelataran Kali Tuntang, Dusun Dawung, Desa Candirejo. Desa Wisata yang menamakan dirinya “Pesona Garda”. Mengingatkan tentang sebuah bumi perdikan Banyubiru yang mandiri dan memiliki daya juang yang tinggi. Marilah dengan hati dan tangan terbuka, kami mempersilahkan kehadiran siapa saja sebagai apa saja dari mana saja, untuk melingkar bersama, tumbuh bersama, menuju pada makmur bersama. Lahaula wala quwwata illa billahil‘aliyiil adhiim.

 

 

 

Tim Pawon Sinau Bareng

Tancep Kayon Majlis Gugur Gunung 2020
“Sinau Gugur”

2020 merupakan lanjutan dari tahun tandhang. Juga dimulainya rintisan pilihan daur kulawarga gugurgunung yaitu “Revolusi Kultural”. Dengan memilih jalur culture atau pertanian sebagai salah satu upaya yang ditempuh.

Lantas dunia diterpa pandemi. Untuk menghormati berbagai aspek, maka rutinan secara formal sempat jeda. Sehingga tak banyak tema yang bisa diangkat dalam sinau bareng tiap bulannya. Namun justru sangat banyak sekali tema tema “non formal” yang dapat kami jalani, melalui kegiatan bertani maupun berkebun tersebut. Lingkaran sinau bareng yang tadinya rutin sebulan sekali, justru menjadi lebih repetitif dalam hitungan hari atau maksimal minggu. Berupa lingkaran lingkaran kecil yang justru nandangi tema-tema besar.

2020 juga merupakan fenomena yang dahsyat. Keluwarga Gugurgunung dipertemukan dengan orang orang yang pintar namun juga berperangai minteri atau ngakali. Hadir orang orang dengan bergaya penolong namun ternyata culas yang justru tega mengambil keuntungan dari keadaan susah oranglain. Juga orang-orang yang tega mencelakai dengan kedok ahli mengobati. Berpenampilan alim ternyata lalim. Ahli tani ternyata hama nyata yang menggerogoti kebon maiyah kami dari dalam.

Betapa tahun ini keluarga kecil ini dikepung oleh caci maki, hujatan, fitnah-fitnah keji, upaya-upaya perpecahan. Sinau dan Sholawatan di rumah diawasi. Sinau dan Sholawatan di kebun dicurigai sesat. Tanaman kebun kami dicemooh. Saat kemarau di wanti wanti, katanya air ini untuk petani sini. Saat kami bikin sumur untuk mengupayakan air sendiri, dicemooh dan ditertawakan. Saat hujan, air dilimpaskan dan digelontorkan ke kebon kami. Saat sawah kami tergenang air dan bacek sehingga tanaman kebun kami jamuran, ditertawakan lagi. Disepatani terus menerus. ‘Cikal’ dan ‘Bakal’, sepasang anak kambing yang kami angon di kebun, dan sempat menjadi mata pelajaran bagi anak-anak dari kulawarga, gugur juga tega dicuri. Ada pada saat panen raya kebon kami dihantam kebijakan rendah serendah-rendahnya harga pasar. Saat harga pasar tinggi, kami dihinggapi berbagai masalah hama.

Reridu sebagaimana hujan yang deras menghujam. Namun kami mencoba terus berupaya menderas hudan hudan. Kakawin Adalah pasangan Reridu. Kami belajar bagaimana tanaman beradaptasi dengan lahan, dengan cuaca, dengan musim, dengan waktu, dengan hama, dan seterusnya sangat banyak sekali. Kami menemukan variabel-variabel. Kami mencoba menganyam pola-pola. Kami berupaya tekun niteni gejala gejala.

Bahkan dengan itu semua kami diperkenankan merintis berbagai bidang keahlian. Diantaranya : Sistem pengairan sawah, dimensi bedengan, pola tanaman, identifikasi tanaman, nyemai benih, fermentasi pupuk, meramu obat-obatan untuk tanaman, dan sebagainya sangat banyak sekali. Kami sungguh panen “Cara”. Memang banyak persoalan yang teridentifikasi sebagai kesulitan yang seolah hendak mendorong untuk mundur namun pada segala gelaran ini pula senantiasa dibarengi dengan kenikmatan yang datang bertubi-tubi sehingga mengencangkan niat dan menyorong langkah untuk kembali melipatkan rasa syukur.

Kakawin ternyata juga turun sebagaimana hujan yang deras menghujam. Kami kian tekun menderas hudan hudan. ‘kakaWin reriDu’ atau WinDu adalah sebuah putaran waktu dengan segala fenomenanya. Sangat berat karena kurikulum yang idealnya ditempuh dalam kurun waktu 8 (delapan) tahun ini, harus mengalami percepatan waktu tempuh hanya dalam 1 (satu) tahun. Benar benar berat, sangat menguras energi, memeras pikiran, mengaduk-aduk perasaan, jiwa, raga, dan lain sebagainya. Namun inilah cara yang kami pahami bahwa Allah hendak mendewasakan kami dan menarik langkah-langkah kami dalam kereta Iradah-Nya yang anggun dan penuh kejutan. Dan inilah revolusi kultural sehingga ada medan laga yang tentu harus dimasuki dan mengadapi dalam mripat rahmat kepada gelap maupun terang.

Hasil panen dari kerja keras keluwarga gugurgunung tersebut awalnya ingin kami tengarai sebagai “Gemah Ripah” pada pagelaran Tancep Kayon. Namun urung. Kemudian kami lebih memilih “Gugur” sebagai tengara kurikulum tahun ini. Tahun yang mungkin akan menjadi momentum yang paling diingat-ingat sepanjang perjalanan gugurgunung selama ini. Tahun yang juga sangat pedih oleh banyaknya peristiwa tanggal. Oleh anggota keluarga gugurgunung yang kini hanya menyisakan separo. Juga tahun dimana orang-orang yang kami cintai dan sangat mencintai kami sedang menjalani puncak proses dicintai Allah. Ialah Beliau Syeikh Kamba, Ki Seno, Pak Iman, dan tokoh-tokoh lainnya, laksana barisan besar yang diperbondong-bondongkan kondur dengan iringan rebana dan lantunan sholawat Mamak Camana.

Gugur bukan kematian, bukan kemusnahan, bukan kebinasaan. Gugur adalah kesadaran menunaikan fase paran. Tancep Kayon Majlis Gugur Gunung dengan tema besar “Sinau Gugur” ini kami rancang dengan sangat sederhana. Bahkan untuk menghormati dan saling menjaga keadaan, kami tidak mengundang nara sumber sebagaimana tradisi gelaran tancep kayon tahun-tahun sebelumnya. Namun, tentunya kami juga tak mungkin sanggup menolak kehadiran kehadiran para dulur-dulur yang ingin membersamai gelaran acara ini. Maka bagi yang belum bisa hadir, ijinkan kami menghadirkan panjenengan semua dalam gelembung cinta dan kasih-sayang.

Mari Sinau Gugur, bersama Majlis Gugur Gunung, di lembah kaki Gunung Ungaran. Pada plataran situs Air Suci Komplek Candi Gedhong Songo. Semoga Allah mengijinkan.

 

Nyuwun tambahing pangestu. 🙏🙏🙏

“Tancep Kayon” Majlis Gugurgunung 2019
Laku Kasantikan

Setelah bulan lalu majlis gugurgunung libur sinau bareng dikarenakan membersamai kegiatan “jegur sawah” di Jepara. Sekarang bertepatan dengan bulan Desember bulan penutup dalam satu tahun yang bertepatan juga dengan “Tancep Kayon” yang digelar oleh majlis gugurgunung. “Tancep Kayon” menjadi momentum mengevaluasi langkah serta memutuskan apakah pada tahun depan perlu di mulai lagi (bedhol kayon) atau berhenti. Salah satu indikator dalam pengambilan keputusan adalah apakah majlis gugurgunung memberi manfaat pada yang lain atau tidak. Pada tanggal 28 Desember 2018 “Tancep Kayon” diselenggarakan di “Bina Lingkungan Congol”. Sebelum acara sinau bareng dimulai pada siang hari sedulur-sedulur majlis gugurgunung mempersiapkan tempat terselenggaranya acara tersebut. Sekitar pada pukul 16.00 WIB Mas Agus mengajak sedulur sedulur untuk berziarah ke makam Mbah Benowo dan Mbah Basyaruddin yang berada dalam satu kompleks pemakaman. Ziarah ini sudah menjadi satu tradisi paket Tancep Kayon sejak diadakan pertama kali.

 

“Tancep Kayon” kali ini dirawuhi oleh Gus Anik dan Pak Budi Maryono yang menjadi narasumbernya. Malam yang khidmat dengan menunjukan pukul 21.30 acara dimulai oleh Mas Kasno yang memberikann sedikit penjelasan tentang tema yang diangkat yaitu Laku Kasantikan. Konsep “Tancep Kayon” sebenarnya sederhana tapi tiba-tiba menjadi mewah karena kerawuhan sedulur sedulur yang ikut melingkar bersama.”Tancep Kayon” dimulai dengan bacaan basmalah yang dipimpin oleh Mas Kasno sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan tawasul dan sholawat oleh team bala swarna. ”Tancep Kayon” kali ini selain mas Kasno, juga dimoderatori oleh Mas Dian yang sedikit memberi arti bahwa laku kasantikan diawali dengan rekasa (susah) dulu, sebagai contoh orang tua yang mencari rejeki untuk keluarganya itu termasuk laku kasantikan. Mas Dian juga membagi para sedulur menjadi 4 kelompok supaya mudah ketika memberikan respon/pertanyaan. Sebelum ke pertanyaan/respon para sedulur Mas Azam terlebih dulu memberikan opini tentang laku kasantikan yaitu orang yang melakukan/menjalani sesuatu yang sudah dilakukan dengan indah melalui proses. Semua laku tidak mudah pasti ada proses dan pengorbanan. Jadilah diri sendiri, cari sejati diri. Mas Kasno juga memberikan opininya laku kasantikan secara universal yang bisa diterima oleh siapapun misal (rindu, riang gembira dst).

Pukul 10.45 Mas Fidoh perform yang dilanjutkan Mas Azam nyanyi Lir ilir. Mas Agus juga ikut andil dalam beropini tentang laku kasantikan yang mana laku kasantikan dilanjutkan karna belum matang mempelajari kasantikan. Menurut Mas Sabrang dan Mbah Nun maiyah itu “prasasat koyo unta” yang pandai cari mata air, menyimpan air dan bisa bermanfaat untuk yang lain. Dahulu ketika jaman Nabi Muhammad hijrah banyak umat Islam yang menawarkan kediaman untuk singgah Rasulullah, tetapi Nabi Muhammad memilih ikut berhentinya unta karena unta yang mempunyai kepekaan dalam hal menemukan sumber air dengan nalurinya. Dalam bahasa Arab, unta disebut Jamal (cantik). Laku kasantikan = laku unta; karena bukan figur unta yang dinilai cantik tapi fungsi unta tersebut yang bisa mencari, menyimpan air dan bermanfaat untuk yang lain. Tak ubahnya kita, ketika kita tidak dapat mencari, menyimpan kebeningan, kesejukan yang bermanfaat bagi yang lain maka bisa dikatakan kita disfungsi. Terminologi kecantikan tidak disematkan pada fisik cantik tapi pada fungsi cantik. ”Tancep Kayon” evaluasi selama setahun menjadikan kita cantik/buruk. Bentuk laku kasantikan 2019 merupakan lanjutan dari laku kasantikan 2018 yang mengandung penegasan banyak hal. Cantik = bentuk syukur yang dikonversi dalam kemanfaatan yang dilapangkan. Cantik juga memiliki kandungan yang sama dengan sakti dan bisa juga untuk merugikan orang lain karena Cantik bisa menembus ruang paling dalam seseorang. Kita bisa membuat bahagia dengan kebermanfaatan kita, minimal bisa melihat orang lain bahagia dan kita juga ikut bahagia. Seperti tenis meja; permainan ini merupakan simbol sufistik yang mengajarkan pada kita jika mendapat sesuatu secara lincah segera diberikan kepada orang lain. Laku kasantikan dalam menang atau kalah bisa seperti memimpin diri sendiri agar makin cepat menemukan fitrah. Semakin baik fitrahnya terpelihara akan mengembalikan keberadaan dirinya sebagai insan yang menggembirakan. Semisal seperti bayi yang mana ia masih dalam keadaan fitrah. Keberadaannya tidak mengancam orang lain tapi justru memberi ketenangan bahkan kesenangan pada orang lain, itulah tampilan menang yang cantik. Setelah Mas Agus cukup memberikan beberapa opininya tentang laku kasantikan dilanjutkan dengan respon para sedulur yang melingkar. Respon pertama berupa pertanyaan yang ditanyakan oleh Mas Rahmat yaitu laku kasantikan yang menurut kita itu sudah benar menurut kita tapi menurut orang lain belum benar dan bagaimana laku kasantikan di jalan yang lurus?

Pertanyaan tersebut dijawab oleh Gus Anik, ada beberapa segmen kehidupan yang mempunyai 2 modal (hikmah dan kalimah). Hikmah adalah rumusan konsep kehidupan dan kalimah adalah membawa rumusan konsep kehidupan. Memaknai laku para nabi contohnya nabi Sulaiman, hikmah rohmaniah (surat sakti bismilahirahmanirohhim). Ada tiga aktor intelektual dalam kejadian tersebut yaitu nabi Sulaiman, ratu Bilqis, dan burung Hud-hud. Hud-hud di mata Nabi Sulaiman adalah binatang malas karena terus-terusan pacaran dengan markalah. Sedangkan menurut Markalah, Hud-hud tidak pernah ada waktu untuk dirinya. Untuk membuktikan loyalitas Hud-hud kepada Nabi Sulaiman dan Markalah, dia pergi dan menemukan kerajaan Ratu Bilqis kemudian dia mengintipnya. Hud-hud heran kenapa Ratu Bilqis kok menyembah matahari. Hud-hud yang sedang mengintai dari atas pohon tiba-tiba di dekati oleh Haida dan terjadi komunikasi antara kaduanya. Kemudian hud-hud kembali ke kerajaan Nabi Sulaiman bercerita tentang Bilqis tersebut, dan kemudian Nabi Sulaiman mengirim surat kepada Bilqis tersebut yang berisi bismilahirahmanirahim dan sudah diterima dan dibaca oleh Ratu Bilqis.

 

Dalam peristiwa tersebut ada 3 aktor yang mempunyai kecerdasan organik yaitu Nabi Sulaiman yang memiliki pola menyampaikan, burung Hud-hud intelejen dan Ratu Bilqis memiliki pola menerima. Kode laku kasantikan bagaimana gunung ditegakkan langit ditinggikan dan bumi dihamparkan itu cara bagaimana kita memperlakukan langit dan bumi. Alasan kenapa binatang dijadikan hikmah karena manusia punya mitra dengan hewan dan mencintai hewan bisa mendapatkan hikmah. Laku manusia tidak berpotensi mencederai sesama mahluk karena ada potensi cinta dan rohman. Perbarui kecantikan kita ketika orang lain belum menganggap cantik (terus berbuat baik).

 

Pak Budi juga membagikan sedikit pengalamanya ketika berencana ke Semak taddaburan di Kudus, “saya tidak ada kendaraan kemudian saya putuskan untuk menunda acara semak tadaburan bulan depan, tetapi sekitar jam 17.00 saya dikabari sudah mendapat jemputan grab ke Kudus. Ketika apa yang ditetapkan dan kita menerima merupakan laku kasantikan.”

Acara diselingi oleh perform dari Mas yoga pada pukul 12.45. Setelah perform tersebut moderator meminta kepada sedulur sedulur untuk memberi respon atau bertanya, dan mas Shohib bertanya tentang lebih dulu mana mencari Tuhan atau mencari jati diri dan tanda ditemukanya jati diri dan Tuhannya bagaimana? Pertanyaan tersebut di tanggapi oleh Pak Budi bahwa ukuran baik adalah menurut norma yang berlaku, kita mengikuti norma dan ukuran norma. Norma agama yang akhlaknya baik itu sudah termasuk cantik. Ada kesepakatan secara umum itu baik contohnya senyum dan kita juga punya kecenderungan baik. Kemudian Gus Anik juga merespon bahwa makrifat diawali sikap mempertanyakan. Contohnya Nabi Ibrahim yang melihat bintang, melihat langit dan ia heran siapa yang menciptakan dan ia juga berfikir setelah yakin siapa Tuhannya dia mengalahkan orang-orang yang tidak menyembah Tuhannya dengan cara merusak patung sesembahan. Kemudian setelah tahu siapa yang merusak Nabi Ibrahim dibakar hidup-hidup tapi tidak mati. Allah mempunyai sifat rahman dan kita hanya dititipi sifat rahman. Gus Anik juga menyampaikan bahwa kitab Taurat sudah mengenal angka-angka makanya orang Yahudi dianggap modern/canggih karena angka-angkanya. Kemudian pertanyaan terahir dari Mas Rian ilmu kasepuhan ada korelasi dengan laku kasantikan dan bagaimana cara menularkan ke generasi kanoman?

Direspon oleh Mas Agus bahwa tujuan utama memiliki kesaktian untuk bisa bermanfaat untuk orang lain. Jika perhiasan mayornya hanya untuk pamer malah tidak punya guna tapi jika untuk menghamba dan tidak mengancam orang lain itu bagus sebab masih terletak pada tempatnya. Ilmu tersebut untuk “berdiri”(menegaskan peran diri) tapi apakah peran tersebut untuk menggapai sampai salam atau sekadar untuk jumawa dalam kehidupan? Telah dianjurkan kepada manusia untuk mengemban pilar-pilar waktu untuk menyempaikan salam supaya tidak menjadi orang yang mengancam. Ilmu cantik yang perlu dipertahankan adalah ilmu salam.

 

Setelah terjadi pasinaon bareng, sudah waktunya untuk memuncaki acara. Pak Budi Maryono berpuisi dan pemberian kenang-kenangan berupa buku dan kalender kepada para narasumber dan beberapa penanya. Acara pada malam tersebut ditutup dengan talaman atau makan bersama sebagai bentuk rasa syukur.

 

Demikian reportase yang dapat saya buat semoga kita bisa tetap menjadi keluarga yang saling berguna dan semoga reportase ini bermanfaat.

 

CAHYA_MGG

Laku Kasantikan 2019

Tancep Kayon Majlis Gugurgunung 2019
”LAKU KASANTIKAN”

Laku Kasantikan 2019

Laku Kasantikan 2019

Laku Kasantikan Keluwarga Gugurgunung sebelumnya dilambari dengan sebuah Work Shop kecil yang mengulas tentang “Panyondro”, yaitu salah satu ilmu warisan leluhur yang didalamnya mengkaji tentang potensi diri yang dibagi menjadi 3 peran berdasarkan tanggal lahir penanggalan “Bulan”. Tiga peran tersebut adalah Peran Teknik yang mengoptimalkan tenaga, Peran Ide/Gagasan yang mengoptimalkan fikiran, dan Peran Spiritual. Tiga buah peran penting yang sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dalam bangunan adab. Tujuan dari Ilmu Panyondro ini antara lain, masing masing personal keluwarga gugurgunung hendaknya lebih memahami peran dominan apa yang ada pada dirinya, untuk kemudian mau dan mampu mencari pasangan berupa peran peran lainnya dalam adab sesrawungan. Diharapkan tiap tiap lingkaran sesrawungan tersebut yaitu bertemunya masing masing peran, membentuk lingkaran yang mencahaya/lingkaran yang “Purnama”.

 

Laku Kasantikan merupakan laku perjalanan keluwarga gugurgunung dengan niat langkah memperkaya kecantikan. Laku Kasantikan ini kemudian pada awal 2018 kemarin disepakati sebagai tema besar sinau bareng Majlis Gugurgunung. Secara alamiah, tema besar ini ternyata harus menggelindhing selama dua tahun atau dua kali Tancep Kayon. Tadaburnya terhadap fenomena tersebut, mungkin karena manusia setidaknya terdiri dari irisan raga dan jiwa, maka kecantikan yang perlu diperkaya setidaknya adalah kecantikan raga dan jiwa. Kemungkinan lain, apabila manusia  ternyata terdiri dari irisan raga, jiwa, dan sukma, bisa jadi Laku Kasantikan ini akan menjadi tema besar Majlis Gugurgunung selama tiga tahun. Dan seterusnya dengan berbagai kemungkinan kemungkinan lainnya.  Wallahu ‘alam

 

Laku Kasantikan 2018 Majlis Gugurgunung telah membuat pijakan pijakan berupa sub sub tema pada setiap bulannya, diantaranya :

– Malikinnas Ilahinnas

– Sinau Mulat

– Sambung Rohso

– Manajemen Bhinneka Tunggal Ika

– Dolanan ing Njaba

– Mencari Dewan Sepuh

– Paseban Muharram

– Nyuwun Jawah

– Sholawat Munajat Maulid Nabi Muhammad SAW

– dan lahirnya beberapa rintisan bidang usaha

 

Laku Kasantikan 2019 Majlis Gugurgunung juga kian membangun pijakan pijakan selanjutnya,  antara lain :

– Sengkud

– Sulit tapi Solid

– Kepawangan

– Tresno Wong Tuwo

– Mengarifi Jebakan

– Masyarakat Lebah Memadu

– Tajdiidu-n-niyaat :

   – Laras

   – Padhang Pranatan

   – Wungu

 

Sebuah laku yang ternyata tidak ringan, dalam perjalanannya ternyata Majlis  gugurgunung belum mampu bedhol kayon sampai pada bergulirnya 4 tema di tahun berikutnya, tepatnya tema “Mengarifi Jebakan” pada bulan Mei 2019. Sebuah tengara bahwa Majlis Gugurgunung mengalami proses berhenti tumbuh, berhenti berkembang, dan sepakat untuk Dorman.

 

Magical Momentun

Tahaduts bin-ni’mah, merupakan dhawuh dari Mbah Nun yang berisi beberapa  point, antara lain :

  • Kemesraan bumi dengan silaturrahmi surga
  • Ujian Tauhid
  • Syukur

Yang kemudian Majlis gugurgunung merespon dhawuh tersebut berupa sebuah tulisan dengan judul “Peradaban Robbun Ghafur”. Selanjutnya tulisan tersebut dijadikan mukadimah pada sinau bareng dengan tema “Masyarakat Lebah Memadu”. Tema yang Alhamdulilah dibersamai Mas Sabrang. Sekaligus tema yang menemani Majlis Gugurgunung menjalani masa dorman, masa intropeksi diri, masa perenungan, dan sebagainya.

Magical moment selnjutnya adalah :

Tajdiidu–n–niyaat

(Pembaharuan Niat)

Merupakan dhawuh dari Mbah Nun ke pada seluruh simpul Maiyah, untuk mengangkat hal tersebut menjadi tema besar pada rutinan  tiap tiap simpul pada bulan Agustus 2019.

Pijakan tema besar tersebut salah satunya adalah Tajuk yang dirilis oleh Yai Toto Raharjo; Kembali ke Spirit. Mentadaburi Surat Al – Qoshos ayat 77; Walaa tansa nashiibaka mina-d- dunyaa, bahwa perjuangan manusia sesungguhnya adalah menemukan jati dirinya, siapa dirinya sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah SWT.

Pijakan lain berupa panduan dari Mbah Nun mengenai “Jam’iyah Pengusaha Sorga”. Serta  4 Tajuk dari Mbah Nun, (1.Ihtimal; 2. Empat  Amniyat Bergembira dan Menikmati; 3. Air Kawah di Akhir Zaman; 4. Yang Percaya, Percayalah. Yang Ingkar, Ingkarlah). Yang garis besarnya adalah tentang “Manusia Nilai, Manusia Pasar, Manusia Istana/Kuasa”.

Bedhol Kayon

Tajdiidu-n-niyaat mempunyai galih yang sama dengan “Panyondro”, sebuah lambaran niat yang diperuntukkan untuk Laku Kasantikan. Untuk itu, saatnya majlis gugurgunung bangun dari masa dorman. Kembali me-remind beberapa proses sinau bareng gugurgunungan yang secara alamiah selaras dengan beberapa dhawuh tersebut. Kemudian segera melanjutkan rakaat-rakaat selanjutnya. Dan Majlis Gugurgunung menyepakati untuk “Bedhol Kayon”. Melanjutkan Laku Kasantikan dengan pijakan Magical moment tersebut, dengan menggelar tema antara lain :

 

LARAS, tema yang membahas tentang :

  • Mengingat kembali amanat utama dan gol utama dalam hidup dengan merunut jauh peradaban demi peradaban sejak sebelum era risalah Kanjeng Nabi Muhammad SAW hingga terus di ujung mula peradaban Nabi Adam AS.
  • Keluwarga Majlis gugurgunung mencoba membuat penegasan bahwa hidup di dunia ini sangat komplek dan serius, dan kehadiran para utusan itu untuk membuat yang komplek tersebut menjadi tertata dan membenderangi keadaan.
  • Betapa perlunya menyambungkan diri secara LARAS posisi diri kita sekarang dengan sejarah panjang dan serius alasan kita diciptakan.

PADHANG PRANATAN, tema yang membahas tentang :

  • Mengupas makna Negeri, sebuah kawasan nilai yang dipenduduki oleh manusia manusia yang menjaga nilai.
  • Memahami tugas dan peran yang perlu dirintis, dijalankan, dan dibangun dengan semangat menggapai suatu penataan yang berpendar cahaya rahmat Allah SWT.
  • Tadabur QS. Al Balad, untuk menemukan jawaban jawaban tentang Rahmatan Lil Bilad, serta rumusan rumusan menuju kembali pada Al Balad Al Amin.

 

WUNGU, tema yang membahas tentang :

  • “Ngambrukke roso wegah, Nungkulke roso pasrah, numungkul kanthi lilah”.
    “Merubuhkan rasa malas, menundukkan rasa pasrah, menunduk dengan lilah”
  • Pengembaraan diri melalui “Diri yang‘Ain atau Kifayah”
  • Selimut bagi Jiwa, Raga, dan Sukma
  • Wirid Akhir Zaman sebagai Convetter.

 

Pilihan 3 Daur (1. Revolusi Sosial, 2. Revolusi Kultural, 3. Revolusi Spiritual)

Seusai menggelar 3 tema pada 3 workshop, Alhamdulilah Majlis Gugurgunung juga telah menyampaikan pilihan sikap atas pilihan 3 Daur, demikian :

 

Sanubari pergerakan gugurgunung sejak dirintis hingga saat ini adalah yang ke dua, yakni :

  1. Revolusi Kultural

Thariqat             : Pendewasaan dan perluasan sinau bareng

Pelaku Utama : Masyarakat Maiyah

– Makrifat           : Pembaharuan mental dan kejiwaan masyarakat dan bangsa. Ketangguhan di dalam sistem negara apapun.

– Bisyaroh            : Waktu

Model rintisan DAUR yang secara ciri sudah pada DAUR kedua, tetap mengiringi perjalanannya dengan DAUR ketiga : Revolusi Spiritual. Harapannya, jika sudah tersusun kondisi masyarakat Maiyah yang secara Kultural dan Spiritual merasuk ke aspek Sosial sehari hari, lambat laun akan berevolusi pada skala yang lebih luas, dan dalam kehendakNya hal kecil dan sepele akan menjadi hal besar dan mahal.

 

Tancep Kayon

Tancep Kayon, sesungguhnya bisa diperistiwai menjadi sedih, namun juga peristiwa yang menggembirakan. Mengapa bisa diperistiwai secara sedih, sebab landasan utama menjalani Tancep Kayon sebenarnya bukan dalam rangka merayakan apapun, tetapi justru mengevaluasi diri, apakah kegiatan Majlis Gugurgunung selama setahun akan dilanjutkan atau tidak. Menilik pada apa yang sudah mampu diimplementasikan atau minimal ada atau tidak pertumbuhan. Apakah dengan adanya Majlis Gugurgunung mampu mempererat persaudaraan, atau malah justru terjadi perselisihan, baper-baperan, dll. Apakah kita mampu menikmati persaudaraan atau justru mencederai persaudaraan.

Namun kali ini, menilik dari fenomena yang terjadi pada kurun waktu 1 tahun perjalanan Laku Kasantikan yang ke dua ini, maka Tancep Kayon tahun ini kita peristiwai sebagai rasa syukur. Sebuah konsep acara yang sederhana, yang bermaksud mengajak keluwarga dalam hubungan Darah dan Daging, keluwarga dalam hubungan Udara dan Surya, keluwarga dalam hubungan Tanah dan Air, keluwarga dalam hubungan Bumi dan Langit, untuk melingkar bersama, mensyukuri segala karuniaNya.