Nuansa Salam Nusantara II

Majlisgugurgunung:: Beberapa aspek salam yang telah diaplikasikan secara turun-temurun

  1. Permisi atau memohon ijin, dengan konsep bahwa kemanapun mengalami perjumpaan sangat dianjurkan untuk mengajukan ijin, meskipun hanya berjumpa saling berpapasan. Hal ini dengan asumsi bahwa kehadiran kita akan menjadi pengunjung bagi dunia pihak lain, begitupun sebaliknya. Maka sebagai yang hadir hendaklah menyampaikan ijin sebagai ikrar bahwa kehadirannya tidak untuk mengusik kehidupan yang lain.
  2. Mengabarkan bahwa hari ini adalah hari yang indah, adalah karena keberadaanmu yang ikut memperindahkannya. Dengan asumsi bahwa sebuah peristiwa hari akan menjadi indah karena segala unsur di dalamnya memangku harmoni dan saling mengindahkan. Keberadaan seseorang yang juga bagian dari unsur hari merupakan faktor yang sangat diakomodir karena dianggap ikut menentukan apakah hari akan indah atau kurang indah.
  3. Mendoakan bahwa dalam setiap kejadian yang indah hendaknya terserap dalam sanubari masing-masing orang untuk lebih terdorong mengembangkan keindahan dan mengemban langkah dalam konsep keindahan. Ini semacam doa keselamatan, bahwa hari senantiasa diawali dengan butiran-butiran dan tetesan-tetesan bening layaknya embun. Maka diharapkan hilangnya embun bukan karena menjadi keruh namun karena menguap menyatukan diri kepada dinamika hari.
  4. Semangat, bahwa setiap hari ataupun setiap perjumpaan layaknya pertemuan sinar fajar mentari kepada penghuni bumi. Dengan kemudian diekspresikan bagi para burung untuk menyalurkan gairah semangat tersebut dalam kicauan suaranya. Burung juga digolongkan sebagai aves (secara filologi berkait dengan ava, aiva, ayva, aywa, dlsb), dimana ayam termasuk di dalamnya. Kita semua tahu bahwa ayam sebagai salah satu golongan burung yang paling dini merespon hari dan menebarkan salam kegembiraan.
  5. Spirit harmoni, jika sapaan-sapaan ini terimplementasikan dengan apik dalam hiruk-pikuk kehidupan maka akan cepat terjadinya harmoni.

Continue reading