Majlis maiyah gugurgunung Ungaran mengadakan rutinitas maiyahan pada Sabtu malam pada Minggu terakhir setiap bulannya. Pada bulan Agustus ini jatuh pada tanggal 26 Agustus 2017, bertempat di Art Cafe, Pringapus, Ungaran Kabupaten Semarang. Spesial pada malam hari ini ialah kedatangan sedulur-sedulur dari Jepara, Tuban dan Pak Budi Maryono seorang penulis tersohor yang berdomisili di Semarang. Sekitar pukul 21.00 WIB kegiatan dimulai dengan dibuka oleh Mas Dian sebagai moderator, dilanjutkan dengan doa wasilah dan munajat maiyah oleh Mas Tyo.Continue reading
Tag Archives: Membaca
Membaca Kemesraan, Kemesraan Membaca
Berawal dari beberapa waktu lalu di dapur gegayuhan. Sedulur-sedulur Majlis Gugur Gunung memiliki angan-angan untuk mengajak Om Budi Maryono hadir melingkar di Majlis Gugur Gunung untuk membacakan cerpen. Hal tersebut pula yang memantik lahirnya tema “Membaca Kemesraan, Kemesraan Membaca” pada pertemuan rutin bulan Agustus nanti. Tema membaca kemesraan ini Insya Allah akan dibersamai oleh Om Budi Maryono yang akan membaca cerpen karya beliau, mari kita sambut dengan mesra dengan cara membaca ataupun terbaca.
Membaca merupakan hal yang umum kita lakukan sepanjang hari. Dimana setiap bacaan dapat kita untai sebagai pengalaman-pengalaman dan setiap pengalaman dapat mematangkan kedewasaan dengan ngisep pupuh/sepuh.
Bertepatan pula bulan ini dengan hari kemerdekaan bangsa Indonesia, yakni tgl 17 Agustus 1945. Angka-angka ini sendiri juga memiliki banyak penafsiran. Alqur’an surat 17 yakni Al – Israa memiliki arti perjalanan di malam hari dan pada ayat 45 juga memberikan sebuah keterangan tentang membaca. Selain itu angka tanggal dan tahun tersebut yakni 17.45 jika diartikan sebagai waktu, maka merupakan waktu memasuki surup/menjelang malam hari dimana biasanya para keluarga berkumpul untuk saling menjalin kemesraan.
Selain hari kemerdekaan, bertepatan pula dengan bulan Dzulhijah, dan hari raya Idul Adha jatuh pada tanggal 1 September 2017. Bulan Dzulhijah merupakan bulan haji, dimana diharapkan sepulang dari haji setiap lelakunya menjadi lelaku aji, lelaku yang dimiliki ketika menjadi “sepuh”. Juga berkaitan dengan Haji, haji dari kata aji, ngajeni / lelaku aji, diharapkan dapat menuju qorib, sohib. Bodo Qurban atau Idul Adha merupakan sebuah bentuk atau wujud rasa sayang nabi Ibrahim dan Ibu Hajar kepada nabi Ismail, dimana beliau merelakan apa yg beliau miliki.
Dari kisah ini dapat kita ambil sebuah pelajaran penting bahwa ternyata Cinta di sini bukan berarti selamanya harus memiliki, karena justru harus merelakan, harus berqurban.
Sebuah kisah tentang membaca dari Imam Ali Karramallahu yang pernah ditanya:”Apakah engkau mengenal Muhammad melalui Tuhanmu? Atau engkau mengenal Tuhanmu lewat Muhammad ?
Iman Ali Karramallahu menjawab :”Jika aku mengenal Tuhanku melalui Muhammad, niscaya Muhammad lebih aku percayai dari pada Tuhanku.
Jika aku mengenal Muhammad melalui Tuhanku, maka aku tak membutuhkan Rasul lagi.
Tapi aku mengenal Tuhanku melalui Tuhanku (lewat ayat-ayat tanda kehadiranNya di alam semesta) lalu datanglah Muhammad untuk menjelaskan kepadaku apa yg dikehendaki oleh Tuhanku terhadapku.
Marilah duduk melingkar dan saling berbagi cerita untuk dapat dijadikan setiap pengalaman tersebut menjadi sebuah bacaan yang semoga kita harap meningkatkan lelaku kita menjadi lelaku yang lebih aji serta meningkatkan kemesraan kita kepada sesama, pada Kanjeng Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berujung pada kemesraan terhadap Sang Maha Cinta yakni Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.
MOCO (Membaca)
Musik, Ngaji, Membaca, nge-Game
Musik
Irama Kehidupan ini terus bergulir dari peradaban ke peradaban, dari suka ke duka, dari duka ke duka, dari duka ke suka, dari sendiri ke jamaah, dari berjamaah untuk ke Tunggal. Arus materialisasi terus menggunung. Terus berdiri untuk lebih tinggi dari yang dianggap tinggi.
‘Kenikmatan’ pada pemahaman terkini terletak secara lebih utama pada suatu yang dibangun dhohir/fisik. Sedangkan kenikmatan bathin tertambat dan makin karam dalam lautan patron katon (nampak). Setiap pribadi makin terlatih untuk berdiri ->DIRI daripada bersama ->SAMA. Setiap diri memiliki kiblatnya masing-masing. Kebenaran dan sesembahan (baca : kecintaan terdominan dalam kontrol kebijakan/laku) hidup masing-masing. Seakan kiblat kehidupan sudah berpindah dari Ka’bah sebagai simbol titik sujud yang sama menjadi milyaran smartphone yang setiap pemiliknya punya tempat sujudnya masing dan tekun berthowaf kepadanya. Simbol titik sujud yang memusat menjadi titik sujud yang terberai.Continue reading