MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– Menyambut Robbun Ghofur –

Kembali ke tema, Mas Agus yang baru saja menyulut rokok kemudian diminta oleh Mas Kasno untuk mengenalkan sedikit tentang Majlis gugurgunung dan juga memberikan pantikan-pantikan tema untuk didiskusikan dalam sinau bareng kali ini.Mas Agus sangat bersyukur bahwa keinginan bersama untuk berkegiatan Sinau Bareng malam ini bisa digelar di Gintungan. Malam ini menjadi sangat indah, sebab dihadiri oleh banyak pihak. Bukan hanya Mas Sabrang tetapi juga Mas Aniq, Pak As’ad, Mas Kafi, juga semua tamu-tamu pada malam hari ini bisa jadi juga merupakan tamu istimewa. Memang dalam lingkaran Majlis gugurgunung biasanya hanya sedikit namun malam hari ini cukup banyak pula yang turut melingkar.Terima kasih turut dihaturkan oleh Mas Agus kepada pihak-pihak Gintungan yang sudah repot untuk “menggelar tikar”, hal ini merupakan tanda bahwa sebuah keluarga tidak mungkin untuk tidak merepotkan satu sama lain, yang penting tidak membebani.

Sebuah penyampaian dari Pak Kiai Mahrun di depan merupakan sebuah pantikan yang sangat baik bahwa kita harus ibroh kepada ciptaan Allah yang bernama lebah. Dimana rumah lebah tidak pernah merusak yang lainnya bahkan di dahan yang kecil, di gunung-gunung, pepohonan, rumah-rumah.Menurut Mas Agus pribadi bahwa ini merupakan tanda yang diberikan oleh Allah pada kita semua. Manusia bisa bersociety seperti lebah atau semut, sebab An Naml dan An Nahl diberikan ruang khusus di Al qur’an.Mukadimmah malam hari ini diberi judul Masyarakat Lebah Me-Madu, berawal dari tulisan Tahaduts bin Ni’mah yang awalnya diberi judul peradaban robbun ghofur. Jika mau menjadi tatanan sosial masyarakat jangan hanya mengejar thoyib. Jangan pula hanya mengejar gemah ripah loh jinawi tetapi juga pengampunan dari Allah. Hal inilah yang biasa dikesampingkan. Pandangan umum tentang thoyib biasanya otomatis robbun ghofur. Padahal belum tentu ketika banyak gedung-gedung indah, segalanya menjadi mudah ialah robbun ghofur.

Sebab peradaban masa lampau di era Fir’aun persoalannya bukan hanya pada infrastruktur tetapi dia menuhankan dirinya. Hal ini lah yang menjadi persoalan berat. Maka di Gambang Syafaat diberikan ruang khusus untuk mendiskusikan tentang haman. Haman ini juga merupakan kawannya Fir’aun. Sehingga menjadi tengara bahwa mestinya manusia tidak hanya mengejar bangunan yang seolah itu sekedar rumah singgah, tetapi juga menganggap bahwa di dalamnya terdapat generasi kita yang harus kita isi dengan kemakmuran yang disengkuyung bersama-sama. Ada yang berposisi sebagai pekerja, ratu, prajurit dlsb.

 

Andhika Hedryawan

MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– Rahasia Tuhan dibalik Sinau Bareng –

Pak Carik malam ini turut membersamai pula, dan oleh Mas Kasno seketika diberi kesempatan untuk menyampaikan sesuatu. Pak Carik menceritakan bahwa baru pertama kali di Gintungan diadakan majlisan dengan kemasan seperti ini. “Biasanya ya ngaji pake peci, sarung, gak ada yang gondrong-gondrong” demikian salah satu respon beliau terkait sinau bareng di maiyah. Pak Carik dulunya merupakan murid dari Pak Kiai Mahrun. Di Mushola yang sama pula, meskipun bentuknya kali ini sudah lebih modern. Pak Carik juga sedikit penasaran tentang alasan pemilihan tempat ini. Menurutnya banyak tempat yang lebih bagus, “apakah akan ada rahasia yang terbuka?” Demikian sambil tertawa. Namun beliau juga penuh harap bahwa apapun yang akan terkuak atau terjadi setelah ini senantiasa mendapat barokah dari Allah SWT. Sedikit bercerita bahwa semenjak dahulu Pak Kiai Mahrun selalu berharap mushola ini menjadi sebuah tempat yang bermanfaat dengan berbagai kegiatan. Mungkin kegiatan ini menjadi salah satu bentuk doa yang dahulu terucap itu.

Putra Pak Kiai Mahrun yakni Ust. Shobirin juga sedang merintis sebuah pondok pesantren berbasis tahfidzul qur’an. Namun dengan konsep yang sedikit berbeda. Sebab diajarkan pula skill yang mampu mendukung tingkat kreatifitas santri untuk diterapkan kelak usai menjadi hafidz qur’an dan hidup di tengah-tengah jaman yang semakin sulit ini. Harapan-harapan yang tentu di-amin-i oleh semua yang hadir.Kemudian ada pula Mas Kafi yang diminta untuk turut merespon. Terpantik dari pertanyaan Pak Carik tentang rahasia apakah yang akan terkuak juga menimbulkan rasa penasaran bagi pribadi Mas Kafi.

Sedikit merefresh sebelum memasuki pembahasan lebih lanjut. Mas Yoga seorang performer dari Majlis gugurgunung membawakan sebuah lagu. Lagu dari Baraswara yang berjudul Pancarona dipilih untuk dibawakan.Hanya sejarak lima jengkal dari Mas Sabrang, Mas Yoga nampak sangat canggung. Namun di ruang pemakluman ini baik, benar memang bukan hal utama sebab keindahan lebih diapresiasi oleh dulur-dulur yang merasa bungah dan terhibur.

 

Andhika Hedryawan

MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– Anteng Meneng Manfaat –

Usai pembacaan doa wasilah dan munajat, Mas Kasno memperkenalkan sekilas tentang Majlis gugurgunung kepada jamaah. Sebab cukup banyak jamaah yang baru hadir pada malam ini. Dilanjut pula dengan pembacaan mukadimmah, yang dipersilahkan oleh Mas Kasno kepada mas Satrio. Mukadimmah tersebut merupakan bentuk tadabbur oleh Mas Agus terhadap surat An Nahl. Mukadimmah ini nantinya dapat dikaji bersama lebih meluas sebab konteks majlisan ini adalah sinau bareng, dimana semua bisa memberikan kontribusi berupa respon untuk tema malam hari ini. Menariknya tema malam ini juga akan sedikit diulas oleh Mas Sabrang Mowo Damar Panuluh. Sebuah kebahagiaan yang lama dirindukan bagi kami yang menanti kehadiran beliau secara jasadiah di sini. Ada pula Pak As’ad dari Suluk Surakartan Solo, Mas Aniq dari Ponpes RKSS Semarang yang juga seorang penggiat di simpul Gambang Syafaat, kemudian Mas Kafi sekeluarga bersama sedulur-sedulur Majlis Alternatif Jepara, juga Pak Kiai Mahrun dan Ust. Shobirin.

Pak Kiai Mahrun kemudian diminta untuk sedikit menyampaikan tentang gelaran acara pada malam hari ini. Pak Kiai Mahrun menyampaikan bahwa sekitar 40 hari yang lalu beberapa sedulur dari Majlis gugurgunung mengadakan acara disini, namun bertepatan dengan meninggalnya orang tua dari Pak Mahrun sehingga tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan anaknya yakni Ust. Shobirin baru pulang dari Lampung tadi pagi dan baru menyampaikan tentang kegiatan malam hari ini. Beliau merasa bahagia, bangga, bersyukur serta mengucapkan selamat datang kepada semua yang hadir. Beliau meminta maaf bahwa tempat yang disediakan hanya ala kadarnya saja. Kemudian beliau merasa senang dengan majlisan “pengajian” seperti ini meskipun tidak ada yang sarungan, pecian namun yang terpenting ialah niat dan hatinya.

Sedikit merespon tentang tema, penuh harap agar kita semua bisa mencontoh dengan makhluk yang bernama lebah. Madunya yang memiliki banyak manfaat, kekompakan yang luar biasa juga mendiami sebuah tempat tanpa merusak lingkungan tetapi juga memiliki kewaspadaan yang tinggi dimana dapat menyengat atau ngentup apabila diganggu. Anteng, meneng, lan manfaat.

 

Andhika Hedryawan

MASYARAKAT LEBAH ME-MADU
– Guyub Khas Keluarga –

Majlis gugurgunung di akhir bulan Juni lalu kembali menggelar rutinan. Waktu perhelatan seperti biasanya yakni malam minggu terakhir pada tanggal 29 Juni 2019 dengan tema “Masyarakat Lebah me-Madu”. Gintungan, Ungaran Kab. Semarang dipilih untuk menjadi lokasi perhelatan. Merupakan sebuah tempat yang baru pertama kali digunakan sebagai rutinitas Majlis gugurgunung. Tepatnya di pelataran kompleks Mushola Al Mazroah yang berdampingan dengan gedung Madrasah yang diampu oleh Mas Shobirin.

Segala persiapan mulai dari gelaran tikar, sound system, serta MMT sudah terpampang di tempat yang semestinya. Ruang transit, tempat parkir hingga kamar mandi pun tak luput dari perhatian masing-masing personal yang nggugurgunungi segala proses persiapan, termasuk dari tuan rumah sendiri yakni Mas Shobirin sekeluarga yang lilo serta legowo menyediakan tempat beserta kelengkapannya. Pembagian tugas baik yang berada di lokasi kegiatan, maupun di titik kumpul awal yakni kediaman Mas Agus alhamdulillah berjalan dengan baik. Memang hajatan ini hampir sama seperti biasa, semuanya berusaha untuk mengambil peran dalam hal membantu persiapan teknis maupun non teknis.

Tepat pukul 20.00, sementara Tim masih terbagi menjadi dua. Yakni di titik kumpul di kediaman Mas Agus serta di lokasi. Beberapa jamaah sudah mulai berdatangan satu demi satu. Mas Shobirin mengawali dengan sholawatan dan rebana oleh anak-anak asuhannya. Bahkan ditawarkan pula pada salah seorang jamaah yang bisa terbang-an untuk turut serta. Meskipun tanpa koordinasi, jamaah tersebut langsung bisa mengikuti irama alunan terbang yang menjadi pengiring sholawat.

Malam ini, selain dari warga gugurgunung sendiri, nampak sedulur-sedulur dari luar kota pun turut merapat di lereng gunung Ungaran ini. Seperti Semarang, Demak, Solo, Jepara, Slawi, Jogja, kendal, dll. Waktu kisaran pukul 20.45 Mas Kasno sebagai moderator membuka acara seperti biasa yakni diawali dengan doa wasilah oleh Mas Azam dan Mas Tyo dengan munajat maiyah. Suasana nan khusyuk sangat terasa, diiringi semilir hawa dingin lereng gunung Ungaran.

 

Andhika Hedryawan

Mengarifi Jebakan

MENGARIFI JEBAKAN

Majlis Gugurgunung | “Mengarifi Jebakan” | Sabtu, 25 Mei 2019 jam 21.00WIB | Aula Madrasah Dinniyah Baburrohman, Jl. Watu lembu, RT. 05 RW. 05 Lemah abang, Bergas, Ungaran, Kab. Semarang. | #MGGMei