Jajah Deso Milangkori

NAWATARA

Jajah Deso Milangkori adalah kegiatan yang memiliki banyak fungsi. Jajah artinya menjelajah, Deso adalah kawasan, Milang artinya memilah, menyibak, menyeleksi, Kori dari kata Kor dengan imbuhan -i. ‘Kor’ artinya telur Tumo(kutu rambut) yang biasa ikut nangkring di kepala. Jadi, ‘jajah deso milang kori’adalah kegiatan penjelajahan dari satu kawasan ke kawasan berikutnya untuk memunguti “kor kor (telur-telur tumo)” untuk diletakkan pada tempat yang semestinya dan tidak mengganggu keseimbangan. Pilihan kata ‘Kor’ sebagai perumpamaan bukan tanpa alasan, Kor yang merupakan telur kecil dan tersembunyi ini perlu ketelatenan dan ketelitian dalam menyibak dan menelusurinya.Continue reading

Abstrak Jaman

Abstrak Jaman ii

Di dunia ini terdapat dua wangsa besar yakni Wangsa Candra dan Wangsa Surya. Masing-masing bersama mengkontribusi kehidupan dengan cara yang berbeda.

Wuku adalah perhitungan dalam segala sudut pertimbangan. Sudut pertimbangan jasad sebagai tanda, sudut pertimbangan jiwa sebagai khazanah pengetahuan, sudut pertimbangan ruhani sebagai satu-satunya penyambung kepada segala titah

Pasaran adalah ruang berkumpul secara meriah untuk tujuan pertukaran barang kebutuhan, menimba ilmu, dan bersosialisasi antar masyarakat dari 4 penjuru mata angin. Barang yang dibawa untuk ditukarkan disebut dagang (nyuda pepegang/mengurangi bawaan). Pasaran ini sekaligus meningkatkan kualitas pengetahuan teknis, seperti mutu metalurgi, penyepuhan logam, penambangan tanpa merusak, ekstraksi tanaman menjadi makanan dan minuman, membuat kain lebih halus, pengolahan emas, perak, perunggu, tembaga. Ilmu kelautan dan perkapalan, perbintangan dan navigasi, pertahanan keamanan, seni budaya, tata bahasa dan sastra lesan maupun tulisan, dlsb.

Kawi adalah masyarakat yang memiliki ciri penyair, intektual, cerdas, cerdik, bijaksana, pintar, orang suci, hingga arti-arti lain seperti : burung hantu, planet venus, dan matahari.

Sejak hasta janma menguat dan mengakar sebagai jenis identifikasi besar, maka setiap lini hampir dipimpin/dikuasai oleh orang-orang yang ahli di bidangnya. Perkembangan masyarakat menuju Nabi Nuh, pengetahuan ini sudah semakin menghujam dan mengakar. Sehingga pencapaian-pencapaian pengetahuan dan kebudayaan terbentuk dengan sangat luar biasa maju.

Kemajuan-kemajuannya bukan hanya teknologi yang bersifat jasad seperti pesawat atau bangunan arsitektural. Namun juga teknologi internal seperti berbicara jarak jauh, berpindah secara cepat dari satu tempat ke tempat lain sekejap mata, berkomunikasi dengan binatang tertentu, memodifikasi genetika tanaman, mereka genetika hewan, dan masih banyak lagi.

Kehadiran Nabi Nuh adalah tengara jaman. Masyarakat yang saat sudah merasa sangat sempurna dengan segala pemahaman menjadi tidak menyadari perubahan jaman. Masyarakat pada saat Nabi Nuh turun adalah masyarakat yang sudah sangat menghormati pilihan dan cara hidup orang lain, sehingga tabu untuk memberi nasehat atau peringatan kepada orang lain, meski dianggap salah sekalipun. Sebab masing-masing menyadari bahwa kesalahan adalah hal yang wajar dilakukan oleh seseorang, dan setiap orang pasti akan belajar dari kesalahannya. Namun kesalahan-kesalahan yang dibiarkan tanpa peringatan akan membuat seseorang merasa diijinkan untuk lebih terbuai dalam kesalahan dan tidak hendak menuju perbaikan.

Di sinilah peran yang diemban Nabi Nuh menjadi sangat kompleks. Bukan hanya memperingatkan kaumnya kepada ketauhidan, yang secara kebudayaan menentang arus. Tapi juga peringatan ‘tersembunyi’ yang tidak bisa dibuktikan yakni dimulainya pengurangan usia manusia seiring perkembangan peradaban. Jika di jaman Nabi Nuh, rata-rata setiap orang berumur 900 tahun maka jikapun dia menumpuk kesalahan selama 100 tahun, dia masih berkesempatan menambahnya lagi selama 100 tahun lagi, dan jika masih ingin menambahnya lagi dia bisa gunakan 100 tahun lagi usianya untuk merasakan kebosanan, sehingga di 600 tahun berikutnya dia menjadi seseorang yang punya pengalaman akurat atas kesalahan sehingga lebih teguh memegang kebaikan. Namun, cara itu tidak bisa selamanya digunakan. Ketika nanti usia manusia makin singkat maka yang harus dilatih adalah kewaspadaan, mawas diri, kesabaran, dan keikhlasan. Dan itu harus dimulai jauh-jauh hari. Sehingga ketika saat itu tiba manusia sudah punya bekal untuk menyesuaikan diri.

PADEPOKAN HASTA JANMA

  1. Janma Tani
  2. Janma undagi
  3. Janma ujam dudukan
  4. Janma prajurit
  5. Janma pangniarik
  6. Janma baruna
  7. Janma mitra
  8. Janma pandito/kawi

Pemaparan tentang Hasta Janma : tulisan 01tulisan 02

SASTRA JENDRA HAYUNINGRAT PANGRUWATING DIYU

Struktur kerajaan yang beraneka warna daulat janma memiliki muara ilmu dari ajaran resi. Resi tidak bisa dilepaskan dalam struktur kerajaan yang kemudian disebut sebagai Janma Pandito atau Janma Kawi yang bertugas memberi nasehat ‘langit’.

Kedaulatan manusia disebut sebagai Empu, dan kedaulatan Raseksa disebut Denawa. Stereotip yang terbangun adalah Denawa sebagai bangsa kurang beradap dan Empu sebagai penyelaras dan mengatur dalam tatanan lebih mulia. Pada prakteknya sering terjadi kasus-kasus sebaliknya, meski demikian baik Denawa maupun Empu sepakat terhadap stereotip itu. Denawa menyetujui karena banyak golongan raseksa yang bernaluri memakan daging manusia sebagai penghangat tubuh, sehingga stereotip itu membantunya terasa legal dengan kebiasaannya. Namun secara mental spiritual, manusia janma lebih beruntung posisinya justru karena terinspirasi berbuat baik dengan bercermin pada prilaku para raseksa yang susah sekali beranjak menjadi bermartabat.

Bencana membuat perpindahan besar-besaran para empu ke berbagai penjuru.

-BANJIR BESAR & WARISAN-

Jawa tenggelam dan tampak terpecah menjadi kepulauan kecil-kecil. Para pengungsi yang berpindah jauh di daerah-daerah (kepulauan) terpencil mengabadikan nama Jawa dalam berbagai sebutan[1].

Dua gunung es raksasa di utara dan selatan terpapar hujan badai yang juga berkekuatan raksasa. Dua kutub ini bagai dapur air yang menunggu perintah untuk melelehkan diri. Benarlah, di saat perintah itu datang, lelehannya menciptakan arus air yang besar, ditambah hujan dan badai angin yang dahsyat. Kehadiran arus air menggulung-gulung bagai ombak dalam ukuran tidak wajar, sangat besar dan menakutkan. Langit menghitam dan kilatan-kilatan petir berpijaran dalam kejap-kejap yang menyilaukan. Gemuruh suara ombak, angin, guntur, menggetarkan bagai melepaskan sendi. Kapal Nabi Nuh tampak sangat kecil di tengah lautan gunung air. Hewan-hewan yang terbawa ikut tercekam ngeri. Tasbih, dan Takbir tanpa henti bergaung di dalam dada Nabi Nuh.

Makin lama, hujan badai kian reda. Kilatan-kilatan sesekali masih nampak dibalik mendung hitam. Laut pun mulai tenang. Tapi yang benar-benar tidak pernah disangka adalah, peristiwa itu membuat wajah bumi yang lama terendam air dari lelehan kutub. Kota-kota yang gemilang dengan segala pencapaiannya bukan dibuat untuk mampu menahan ombak setinggi gunung. Manusia-manusianya hampir tak punya tempat berlindung dan menyelamatkan diri. Mungkin ada yang dikecualikan atas nama Kasih Sayang Allah.

Kemudian air mulai surut terserap bumi. Hamparan darat mulai tampak lebih jelas. Kapal Nabi Nuh tertambat di Gunung. Hewan-hewan yang terbawa banyak yang kondisinya tidak sehat, beberapa ada yang sangat lemah. Namun banyak juga yang tetap sehat. Namun Nabi Nuh yang dianggap tidak berpengetahuan oleh umatnya ketika itu, sesungguhnya benar-benar utusan Allah yang diberikan karunia pengetahuan yang sepadan dan bahkan lebih dari pengetahuan umatnya waktu itu. Yang dilakukan Nabi Nuh kemudian salah satunya adalah kembali ke pembiakan atau pembuahan benih-benih yang telah sebelumnya disimpan. Setelah berhasil dibuahkan, binatang-binatang itu dikembalikan ke habitat aslinya meskipun banyak wilayah yang kini telah terendam lautan.

Dalam kondisi habitat yang semakin menyempit, Nabi Nuh melakukan penyesuaian dengan kondisi yang baru ini. Yakni binatang-binatang dibuat jauh lebih kecil dari ukuran aslinya. Sedangkan dalam perkembangan zaman, pasca banjir juga sebuah transisi dimana manusia pun semakin kecil ukuran tubuhnya dan semakin pendek usianya.

Para pengikut Nabi Nuh yang tersisa menggunakan hewan-hewan yang dibawa dari kapal menjadi santapan. Karena kondisi pendaratan pasca banjir besar ini tidak memungkinkan tersedianya pangan. Dari titik pendaratan ini kemudian bermukim sementara, menata diri, membangun kehidupan dan mulailah terjadi penyebaran ke beberapa penjuru Eropa dimulai dari Turki. Ada yang ke Mesir, Persia, India, China, Yunani, Irlandia, dan Amerika. Sekian lagi kembali ke tanah asal usul bersama Nabi Nuh yakni ke Jawadwipa.

Kisah serupa bisa pula dibaca di : Nabi NuhBahtera & SatwaBanjir Besar.

-ERA BARU, TIKAR SUDAH DIGELAR-

Smoro berbahagia karena kini kekuatan terasa tampak seimbang bahkan berpotensi lebih kuat. Peristiwa banjir Nuh ibarat perekrutan masal besar-besaran  _seperti halnya Banujan yang tidak menunjukkan mutu kekhalifahan karena tertambat pada keterterikan hal-hal yang menutupi kebenaran_ sebab ruhani mereka tidak mau menguak hijabnya sendiri, dan justru terus-menerus menutupi peringatan yang benar maka mereka menjalani hukuman untuk membantu pihak-pihak positif sebagai katalisator yang bergabung di bawah pengawasan Smoro. Kekuatan gabungan ini menjadi makin ‘sempurna’ karena ditambah kedunguan dan kedangkalan para raseksa rakus. Mereka mudah diprovokasi dan segera melakukan tindakan brutal, bombongan, gegabah, dan merusak. Dalam beberapa hal kemunculan para raseksa efektif sebagai bentuk teror atau penciptaan disharmoni terus menerus atas upaya penyelarasan.

Smoro dan pasukannya tinggal di salah satu titik koordinat bumi yang tidak terduga oleh manusia. Tempat itu bagaikan benua kecil yang tidak mampu dideteksi dengan kemampuan teknologi jaman sekarang, yakni ketika teknologi telah makin condong ke jasad daripada batin.

Benua kecil itu tidak hanya dihuni Smoro dan pasukannya. Akan tetapi juga didiami pihak-pihak yang diselamatkan karena pencapaian pengetahuan keikhlasannya. Disana mereka tidak berseteru sebab wilayah itu wilayah netral yang telah ‘diijinkan’ terlepas dari permainan bumi. Mereka semacam pengawas dan penyelaras. Mengapa kondisi seperti ini bisa terjadi? Ini uraian singkatnya :

Pengetahuan Hasta Jalma membuat hirarki kualitas yang dekat representasinya dengan tahapan-tahapan fitrah ruhani. Jalma – Janma – Datu – Ratu – Resi – Bagawan – Kawi. Rekaman proses ini tercatat dalam permainan Caturangga.

  1. Jalma : pengetahuan dasar naluriah. Yang didengar dan dilihat adalah yang berdasar perangkat indrawi.
  2. Janma : intensifikasi, optimalisasi sesuai jalur abiliti. Yang dilihat dan didengar adalah yang berdasar perangkat indrawi dengan pemahaman penglihatan batin.
  3. Datu : pengetahuan gabungan abiliti hasta Janma dalam seorang. Yang didengar dan dilihat keseimbangan anatara penglihatan indrawi dan batiniah.
  4. Ratu : pengetahuan gabungan paradatu dalam seorang. Penglihatan dan pendengaran adalah pandangan batiniah yang menyesuaikan dengan pandangan umum yang jasadiah
  5. Resi/Pandito : pengetahuan gabungan dari pararatu dalam seorang. Penglihatan batiniah dan melakukan kegiatan yang menjauh dari keputusan-keputusan jasadiah agar terjaga batiniahnya.
  6. Bagawan/Begawan : pengetahuan gabungan dari para resi dalam seorang. Yang didengar dan dilihat adalah seruan dan ekspresi batiniah dan menyembunyikan diri dari jalur aturan bumi yang jasadiah, tapi meranggeh informasi samawi dalam penyelarasan kehidupan bumi.
  7. Kawi : pengetahuan puncak manusia yang kembali menjadi manusia yang tidak mengetahui apapun tapi sekaligus mengetahui banyak hal, bisa melakukan apapun tapi sekaligus hanya boleh melakukan sedikit dalam batasan kemanusiaan. Menyangga kesabaran dan keikhlasan sehingga terlepas dari hukum dunia yang tersekat ruang dan waktu. Yang dilihat dan didengar hanyalah suara dan penglihatan batin sehingga makin nampak jelas ilusi bumi dan kasunyatan hakiki, tapi harus kembali menjadi manusia jasad bahkan tingkat jalma sebagai kodrat titah kehidupan dia turun/dilahirkan. Penyembunyian diri yang juga menahan diri ini ditempuh untuk mengkontribusi kehidupan dengan jalur bathiniah. Seorang Kawi yang terjaga ikhlasnya secara konstruktif menyambung karunia. Ibaratnya seribu orang jalma melakukan ingkar sehingga efeknya seharusnya membuat daun mengering, tanaman banyak hama, musim kering berkepanjangan, bunga-bunga gugur, sehingga membuat kekurangan pangan bisa dicegah dengan pengabdian batin seorang Kawi yang ikhlas.

Wallahu a’lam bishawab  

[1] A sunken land called Rutas was an immense continent far to the east of India and home to a race of sun-worshippers. Rutas was torn asunder by a volcanic upheaval and sent to the ocean depths. Fragments remained as Indonesia and the Pacific islands, and a few survivors reached India, where they allegedly became the elite Brahman caste.

 

 

‘Hasta Janma’ – lanjutan tulisan sebelumnya.

mandala-03

JANMA MITRA :

Adalah manusia yang memiliki kegembiraan dalam hal mengumpulkan dan menggandengkan satu dengan yang lain. Janma Mitra ini seolah-olah menugaskan dirinya untuk senantiasa membangun dan membuat metode meminimalisir dan mengangantisipasi potensi konflik, membangun harmonisasi, membuat kegiatan seni pertunjukan, merintis kebudayaan-kebudayaan yang konstruktif dan tepat sasaran. Janma Mitra lebih lintas batas, ia bisa hadir dimanapun tidak terbatas pada Padusunan atau Kalurahan tertentu. Ia termasuk jenis manusia yang menganggap desanya adalah seluas muka bumi. Oleh sebab itu selalu ada kerinduan dalam dirinya untuk mengenal, mengetahui, dan belajar hal-hal baru dan menakjubkan dari segala ruang-ruang. Meski demikian, seorang janma mitra tidak akan tiba-tiba mutlak sebagai pengelana yang melanglang buana. Yang seperti ini justru sering ditempuh oleh para janma Kawi/Pandhita.

Janma Mitra banyak lahir bentuk-bentuk menarik dan indah untuk menginspirasi masyarakat untuk saling terjalin. Ia mirip arsitek sosial budaya. Kreatifitasnya tinggi namun susah dipegang karena memiliki jiwa merdeka. Ia tidak mudah berpihak kepada manusia yang personal, namun sangat berpihak kepada kemanusiaan yang universal. Banyak dari Janma Mitra ini yang kemudian ditunjuk masyarakat padusunan untuk menjadi Dhukun / Dhukuh / Dhusun. Padanya masyarakat berharap akan ditata dan diatur dengan cara yang asyik dan menggairahkan melalui cetusan seni dan kebudayaan yang diripta (dibuat, digubah, dicipta) oleh Dhusun mereka.

JAMA BARUNA :

Baruna adalah laut, Janma ini memang memiliki spesifikasi kelautan namun tidak hanya itu. Kaitan dengan Baruna adalah angkasa. Janma Baruna selain mengakarabi laut juga memahami peta angkasa, perbintangan. Ia menjadi pihak yang merasa bisa berkontribusi kepada sosialnya dengan cara menjelalah laut dan memperdalam pengetahuan navigasi. Kemampuan yang dimiliki dan dikembangkan oleh janma baruna antaranya : Pengetahuan tentang perkapalan, Pengetahuan Navigasi, Perbintangan, Pengetahuan tentang seluk beluk/ anatomi laut, arah angin dan pengendaliannya, hingga pemetaan dan pengenalan nusa dan dwipa seberang dengan ciri dan perikehidupannya. Maka, jika ada pelaut pertama di muka bumi sangat dimungkinkan mereka berasal dari Bangsa kita. Mereka adalah leluhur kita yang melakukan pelayaran bukan untuk tujuan penaklukan dan menyerap kekayaan materi daerah yang ia kunjungi, namun untuk penjelajahan pengetahuan dan menyerap kekayaan ilmu yang mereka jumpai.

Dalam hal-hal tertentu, Janma Baruna ditugaskan oleh Keratuan untuk membawa serta warga janma yang lain untuk menyemarakkan nusa-nusa yang kosong ataupun untuk memberi warna bagi dwipa-dwipa yang dihuni oleh sosial masyarakat yang masih polos. Ini tugas yang tidak ringan, jika Anda ingin mengetahui salah satu hasil spreading _dengan data ini anda boleh tidak percaya, bahkan sangat boleh menolaknya_ rombongan ini untuk wilayah Timur lihatlah: warga Kepulauan di Samudra Pasifik (Polynesia ; Hawaii, Tahiti, Rorotongga, Wanuatu, dlsb), Bontok, Mogmog, Jepun Ainu, dan masih banyak lagi. Untuk wilayah Barat ; India (Jambudwipa), Iona(Yunani), Hawana, Kaba, Yatsattra (Yatsrib -> Madinah), Kenya, Mesir (Mizradesa), Maladewa, Madhaga Sekar /Magadha Sekar (Madagaskar), Ambarupa(Eropa) dan masih banyak lagi. Untuk wilayah Utara Ada Siberia, Eskimo, Alaska, Asia Tengah, dan ada beberapa lagi [perlu kajian khusus]. Untuk wilayah Selatan, sebuah pemukiman yang masih belum terkonfirmasi keberadaannya secara modern, namun disinyalir ada sebuah kawasan yang eksis yang luas, lengkap dengan sosial masyarakatnya yang maju dan tersembunyi, wallahu a’lam.

Catatan :

Bangsa Kawi membangun konsentrasi tetular untuk membangun kesejahteraan bersama dengan beberapa model disesuaikan kondisi topografi, kapasitas masyarakatnya, kecenderungan dan sudut pandang masing-masing.

Di wilayah ke Timur, konsentrasi diletakkan pada harmonisasi kepada alam. Cara berburu yang bermartabat, menjaga keseimbangan jagat, kerukunan hidup kepada segala elemen dan entitas, sistem kemasyarakatan ruhani. Ke wilayah Timur, dikonsentrasikan ke wilayah teknis pragmatis, seperti bercocok-tanam, arsitektural, hingga ke literasi sebagai sarana memperkaya kebutuhan aset kemanusiaannya.

Maka di bilahan Barat cenderung dibangun sistem masyarakat jasadi. Oleh sebab itu kemudian berkembang menjadi masyarakat yang mengembangkan diri sebagai sebuah kerajaan dengan mengurusi secara struktural ketahanan pangan, pendidikan, arsitektural, hingga seni dan budaya.

Antara masyarakat ruhani dan masyarakat jasadi kurun waktu mengalami perkembangannya sendiri-sendiri. Yang nampak secara lahir pencapaian dan perkembangannya adalah masyarakat jasadi yang di wilayah Barat. Sedangkan perkembangan masyarakat ruhani, secara lahir nampak tak mengalami dinamika, statis dan bahkan dianggap di kemudian hari sebagai masyarakat primitif atau terbelakang. Kelak ini harus bertemu, dan menemukan keseimbangan peradaban wajah dan aurat peradaban, antara tampak dan tersembunyi, antara yang bisa dikuakkan dan yang perlu dijaga. Antara Pikiran dan hati. Antara lahir dan bathin.

JANMA UNDHAGI :

Janma ini adalah orang yang merasa bisa total berkontribusi dalam hal teknologi. Baik teknologi sederhana berupa kerajinan dan alat-alat rumah tangga yang sederhana hingga kepada teknologi yang mutakhir dan rumit. Janma Undhagi yang berperan dalam hal peralatan, kerajinan, kriya, permekanikan. Untuk mengukur salah satu legenda teknologi bangsa kawi yang didukung oleh Janma Undhagi ialah Wimana yang kini sering disebut sebagai piring terbang yang misterius. Maka janma Undhagi berisi manusia dengan karakter reseracher, observer, tekhnokrasi, mekanikal, hingga pengeksplorasi sebanyak-banyak unsur materi.

Dalam tataran Kadusunan Janma Undhagi mengkreatifi kebutuhan sehari-hari dengan alat-alat yang mempermudah, seperti gerabah, anyaman bambu, penerangan, juga peralatan dengan pengetahuan metalurgi seperti pisau, cangkul, sabit, mata luku. Kebutuhan sandang seperti tenun, pengolahan kulit binatang yang disamak, kulit atau serat pepohonan yang dijadikan bahan sandang.

Dalam tataran Kalurahan, menambah kreatifitasnya pada teknologi penyimpanan bahan pangan, teknologi pengairan.

Dalam tataran Kademangan, menambah dengan teknologi transportasi, perhiasan sebagai sesandhingan ritual peribadatan, kepeng (mata uang sebagai peranti peribadatan), pengolahan logam untuk kebutuhan pemerintahan maupun masyarakat umum, seperti bokor, tempayan, wajan wajan, yang pada tingkat padusunan dan kalurahan lebih senang menggunakan tanah.

Dalam tataran Kadipaten dan Keratuan, teknologi lebih dikonsentrasikan pada hal-hal yang lebih rumit, penggabungan pengetahuan fisik maupun metafisik yang diejawantahkan dalam teknologi materi. [Ulasan ini panjang dan lebar].

Janma Undhagi membuat pembagian tugas kreatifitas ini dalam 4 kategori :

Undhagi Bumi, Undhagi Kuwaya, Undhagi Agni, Undhagi Barata. Ini adalah pembidangan yang terkait dengan konsentrasi bahan baku.

JANMA KAWI/ PANDHITA :

Terakhir adalah Janwa Kawi atau Janma Pandhita, ini adalah jenis manusia yang memiliki cakrawala ruhani yang tajam dan bening. Janma Kawi memiliki visi masa depan dan masa lalu. Bisa berkomunikasi lintas dimensi antar makhluk di wilayah pertala. Juga dianggap bisa berkomunikasi kepada langit sebagai jalur petuah untuk diimplementasi di Bumi. Kelak cara ini banyak peniru dan tidak bisa dibedakan mana yang asli dan mana yang pura-pura.

Janma Kawi memiliki keistimewaan dalam keruhanian. Ia yang kemudian menjadi Beghawan, Resi, dan banyak sebutan lain yang intinya meletakkan Janma Kawi sebagai seseorang yang terbukti handal dalam hal penempaan hati dan kecenderungan hidupnya yang lebih senang menekuni laku keprihatinan. Pandhita berasal dari istilah Pandhe dan Hito, ‘Pandhe’ artinya = Tukang menempa, dan ‘Hito’ artinya Hati, jadi Janma Kawi juga disebut sebagai Janma Pandhito karena kekuatan bathinnya yang sanggup menempa hati agar tetap bersih dan berkesesuaian dengan kehendak Tuhan. Laku prihatin adalah menyedikitkan kehendak diri agar dikucuri ilham pemikiran, kata-kata, perilaku, dan perjalanan jiwa raga pada sebuah kehendak Agung yakni kehendak Tuhan sendiri.

-o0o-

Demikian setoran hari ini melanjutkan uraian tentang Hasta Janma. Untuk terminologi ‘Jajah Desa Melangkori’ mudah-mudahan bisa tersaji pada seri tulisan berikutnya.

TIM GUGURGUNUNG

07 JULI 2017

HASTA JANMA / 8 JENIS MANUSIA & JAJAH DESO MILANG KORI

aborigeny-indonezii-8-18

Untuk membangun ketahanan sosio kultural pada semua lapisan desa baik yang luas maupun yang tidak. Masyarakat menggunakan “OS” : hasta janma, yakni “Operating System” yang berisi 8 pilar ketahanan sosial budaya masyarakat. Tidak setiap padusunan ada 8 jenis manusia ini maka perlu interaksi antar dusun untuk bisa menemukan 8 pilar ini pada tingkat Kalurahan. 8 pilar ini juga penjaga martabat kemanusian dan martabat kehidupan. Dengan manusia bermartabat maka akan tergelar kehidupan yang bermartabat dan dengan manusia yang tidak bermartabat maka kehidupan pun tidak memiliki martabat yang baik.

Hasta janma juga bisa disebut sebagai : 8 jenis manusia penjaga martabat kehidupan. Ketika hajat kehidupan manusia masih dibangun dengan kesadaran martabat, 8 jenis manusia ini akan selalu dicari untuk menjadi pilar-pilar pertahanan nilai masyarakat. Delapan pilar tersebut adalah :

JANMA TANI :

Seseorang yang menugasi dirinya untuk berkontribusi di wilayah pertanian, bercocok tanam, peternakan, perikanan, pengelolaan air dan tanah. Janma tani akan memiliki ketajaman dalam hal ilmu titen berkaitan dengan musim yang baik dan yang kurang baik pada jenis tanduran. Dia akan menjadi bahan rujukan dalam hal-hal berkaitan dengan pertanian, perikanan, peternakan, dan kaitannya.

Hal-hal yang dikonsultasikan adalah seputar pranata mangsa (tatanan musim), dalam urusan Tani antaranya : kapan mulai tanam, benih apa yang baik untuk ditanam, penanggulangan penyakit tanaman, ikan-ikan dan binatang ternak. Hingga masa panen. Semuanya dengan adab dan perhitungan yang tidak dalam skala orientasi sempit keuntungan materi namun dalam skala orientasi laba kemanusiaan. Yakni memenuhi sisi yang utuh, laba secara materi tidak kehilangan laba kemanusiaan. Panen secara materi juga sekaligus panen kasih sayang, panen rasa syukur, panen kegembiraan lahir dan bathin.

JANMA UJAM DHUDUKAN :

Seseorang yang menugasi dirinya untuk berkontribusi di wilayah kesehatan dan pengobatan. Ia merasa mendapatkan karunia ilmu dari tuhan dalam bidang tersebut dan ingin dipergunakan kepada seluas-luas makhluk Tuhan pada batas yang bisa ia jangkau. Seorang Janma Ujam Dudukan akan memiliki kepiawaian dalam meracik tanaman, dedaunan, akar-akaran yang bisa berguna untuk menjaga agar tubuh bisa bekerja secara optimal. Upaya menyembuhkan untuk tubuh yang sedang ditimpa sakit. Dan mempertahankan agar metabolisme dan sistem kerja tubuh tetap baik dan berusia panjang. Janma Dudukan pada intinya membantu memerbaiki kondisi manusia yang sakit untuk bisa kembali sehat. Ada 3 jenis sakit yang sering menimpa manusia, 2 diantaranya bisa diupayakan penyembuhannya dan 1 yang tidak bisa. Yang pertama sakit yang bersifat medis, jenis ini bisa diupayakan penyembuhannya. Yang kedua : Sakit yang bersifat non-medis, seperti teluh, tenun, santet, dlsb. Inipun masih bisa diupayakan penyembuhannya. Yang ketiga sakit akibat karma : yang ketiga ini harus dijalani oleh yang bersangkutan karena sakitnya itu berfungsi membersihkan dirinya dari resiko penyakit hati yang merusak bukan hanya jiwa, raga namun juga ruhaninya.

JANMA PRAJURIT :

Adalah seseorang yang memiliki karakter WIRARASA yang dominan, pada karakter tersebut ia ingin mengkontribusikan kepada masyarakat. Wirarasa adalah rasa keperwiraan, ketangguhan, keperkasaan, kepiawaian dalam olah kanuragan dan pertandingan mengadu kekuatan di medan laga. Seorang janma prajurit seakan-akan menjadi pihak yang paling siap memasuki ‘Jurit’ (peperangan) karena kesiapan dan kapabilitasnya dalam hal tersebut. Di tengah masyarakat, sebab dahulu pada tingkat petani saja memiliki wirarasa, maka untuk janma prajurit keunggulannya adalah kemampuan keperwiraannya yang di atas rata-rata. Ia bisa menjangkau pengetahuan kesaktian, pandai mengatur strategi dan siasat, bisa mengayomi dan  sehingga layak ditunjuk sebagai pihak yang bukan hanya mahir dalam dunia keparajuritan namun memiliki sikap pamomongan yan lembah manah andhap asor.

JANMA PANYARIK :

Janma ini adalah janma yang kuat dalam hal literasi, kepustakaan. Panyarik atau pangniarik ini kemudian tersisa sebagai istilah ‘carik’ pada jaman sekarang. Setiap desa memiliki Janma panyarik yang diambil dari seseorang diantara padusunan dalam kawasannya. Bersambung…

Masih ada 5 Janma yang lain yang belum diurai dalam tulisan ini. Sebagai cicilan hari ini, 3 janma dahulu. Besok disambung tentang Janma Panyarik dan ke 4 Janma yang lain dan kaitannya dengan Jajah Deso Milang kori.

TIM GUGURGUNUNG

06 JULI 2017

The World Constructed Through Pain (Dunia dibangun melalui rasa sakit)

majlisgugurgunung.com:: 30 Januari 2016-Bertempat di Gedung taman bermain Qomaru Fuady – Balongsari. Cangkruk budi doyo di majelis gugur gunung ini diawali dengan tartil surat surat Al Kahfi oleh Mas Patmo, dilanjutkan dengan pembacaan Tahlukah dan Wabal yang dipimpin oleh Mas Tyo. Suasana begitu kusyu saat pembacaan Tahlukah dan Wabal, jama’ah juga terlihat begitu menikmati kekhusyukan malam itu. Setelah Tahlukah Wabal selesai dibacakan, dimulailah dengan tema dunia dibangun melalui rasa sakit.

Continue reading