Majlisgugurgunung:: Kulangkahkan kaki semeter demi semester, sekilo demi sekilo. Melangkah dan terus melangkah, hingga akhirnya aku kelelahan. Ku duduk dengan posisi bersila di bawah pohon beringin besar di tengah rimbunnya rimba. Kupejamkan mata sejenak, kunikmati sepi, hening dan sunyi ini. Sekilas terdengar suara lirih menyapaku; “siapa kamu? Kenapa kamu terus berjalan? dan kenapa sekarang kau terdiam bersila disini?”. Aku tetap diam tak menjawab, dan suara itu kembali terdengar; “siapa keluargamu? Dari mana asalmu? Sudahkah kau mengingat dan menjaga?”. Dan pertanyaan yang baru saja terucap membuatku tersentak hingga kubuka mata.
Pertanyaan demi pertanyaan yang kudengar tadi membuat hati dan pikiranku runyam. Benar juga, ngapain aku capek-capek terus berjalan, tapi kalu tidak berjalan menyusuri tiap lekuk jalan bagaimana aku bisa mengingat? Bagaimana mau menjaga sedang mengingat saja aku masih terus lakkukan. Masih terus kucoba membuka tabir demi tabir yang menutupi ingatanku. Bagaimana pula akau mau menjaga sedang diriku sendiri aku belum tahu pasti siapa, apalagi keluargaku. Siapa keluargaku? Dari mana aku? Dari mana sangkan paranku?Continue reading