Membaca Kemesraan, Kemesraan Membaca

 

Berawal dari beberapa waktu lalu di dapur gegayuhan. Sedulur-sedulur Majlis Gugur Gunung memiliki angan-angan untuk mengajak Om Budi Maryono hadir melingkar di Majlis Gugur Gunung untuk membacakan cerpen. Hal tersebut pula yang memantik lahirnya tema “Membaca Kemesraan, Kemesraan Membaca” pada pertemuan rutin bulan Agustus nanti. Tema membaca kemesraan ini Insya Allah akan dibersamai oleh Om Budi Maryono yang akan membaca cerpen karya beliau, mari kita sambut dengan mesra dengan cara membaca ataupun terbaca.

Membaca merupakan hal yang umum kita lakukan sepanjang hari. Dimana setiap bacaan dapat kita untai sebagai pengalaman-pengalaman dan setiap pengalaman dapat mematangkan  kedewasaan dengan ngisep pupuh/sepuh.

Bertepatan pula bulan ini dengan hari kemerdekaan bangsa Indonesia, yakni tgl 17 Agustus 1945.  Angka-angka ini sendiri juga memiliki banyak penafsiran. Alqur’an surat 17 yakni Al – Israa memiliki arti perjalanan di malam hari dan pada ayat 45 juga memberikan sebuah keterangan tentang membaca. Selain itu angka tanggal dan tahun tersebut yakni 17.45 jika diartikan sebagai waktu, maka merupakan waktu memasuki surup/menjelang malam hari dimana biasanya para keluarga berkumpul untuk saling menjalin kemesraan.

Selain hari kemerdekaan, bertepatan pula dengan bulan Dzulhijah, dan hari raya Idul Adha jatuh pada tanggal 1 September 2017. Bulan Dzulhijah merupakan bulan haji, dimana diharapkan sepulang dari haji setiap lelakunya menjadi lelaku aji, lelaku yang dimiliki ketika menjadi “sepuh”. Juga berkaitan dengan Haji, haji dari kata aji, ngajeni / lelaku aji, diharapkan dapat menuju qorib, sohib. Bodo Qurban atau Idul Adha merupakan sebuah bentuk atau wujud rasa sayang nabi Ibrahim dan Ibu Hajar kepada nabi Ismail, dimana beliau merelakan apa yg beliau miliki.

Dari kisah ini dapat kita ambil sebuah pelajaran penting bahwa ternyata Cinta di sini bukan berarti selamanya harus memiliki, karena justru harus merelakan, harus berqurban.

Sebuah kisah tentang membaca dari Imam Ali Karramallahu yang pernah ditanya:”Apakah engkau mengenal Muhammad melalui Tuhanmu? Atau engkau mengenal Tuhanmu lewat Muhammad ?

Iman Ali Karramallahu menjawab :”Jika aku mengenal Tuhanku melalui Muhammad, niscaya Muhammad lebih  aku percayai dari pada Tuhanku.

Jika aku mengenal Muhammad melalui Tuhanku, maka aku tak membutuhkan Rasul lagi.

Tapi aku mengenal Tuhanku melalui Tuhanku (lewat ayat-ayat tanda kehadiranNya di alam semesta) lalu datanglah Muhammad untuk menjelaskan kepadaku apa yg dikehendaki oleh Tuhanku terhadapku.

Marilah duduk melingkar dan saling berbagi cerita untuk dapat dijadikan setiap pengalaman tersebut menjadi  sebuah bacaan yang semoga kita harap meningkatkan lelaku kita menjadi lelaku yang lebih aji serta meningkatkan kemesraan kita kepada sesama, pada Kanjeng Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam dan berujung pada kemesraan terhadap Sang Maha Cinta yakni Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.

Bacalah

Cucu : “Mbah, ini lagi pada ribut soal siapa yang berhak”

Simbah : “Berhak apa?”

Cucu : “Berhak ngasih tafsir”

Simbah : “Ooo…

Cucu : “Menurut njenengan Mbah, siapa yang berhak ngasih tafsir?”

Simbah : “Ya Mufassir

Cucu : “Mufassir itu siapa mbah?”

Simbah : “Siapa saja yang menjumpai segala macam bentuk bacaan petunjuk, peringatan, pelajaran, anjuran, dari yang ia jumpai sehari-hari untuk mendekat kepada kepada kebaikan, kesabaran, dan meningkatnya, ketaqwaan”Continue reading

MOCO (Membaca)

Majlisgugurgunung:: Yen siro jalmo mesthi iso moco, yen siro iso moco mesthi nduweni seserepan. Yen siro nduwe seserepan mesthi tuwuh tumindak apepaes ing kabecikan. Moco iku ketemune panggraito tumrap ing uni. Uni iku iso awujud aksoro, ananging dudu mung aksoro netro. Ananging ugo aksarane poncondriyo. Alam ndunyo lan jagad rat iku hananing aksoro kang datan biso disewolo, podho joyonyo, mungguho prapto arupo bathang kewolo. Aksoro rinakit lan rinonce dadi pupuh. Sak akehing pupuh dadi podo. Isepen pupuh minongko tondho siro iku jalmo. Nuwun
Jika anda insan, pasti bisa membaca, jika anda bisa membaca pasti punya serapan. Jika anda punya serapan pasti tumbuh tindakan menghias pada kebajikan. Membaca itu bertemunya rabaan hati kepada suara. Suara itu bisa berwujud aksara, akan tetapi bukan hanya aksara mata. Melainkan juga aksara semua panca indra. Alam dunia dan Semesta diadakan sebagai aksara yang mustahil dielak, sama kekuatan satu dengan lainnya, meskipun hadir berupa bangkai semata. Aksara terakit dan terangkai menjadi pupuh. Banyaknya pupuh menjadi lembaran. Seraplah pupuh sebagai tanda bahwa anda insan. Nuwun