NABI ADAM BUKAN ORANG ARAB

NABI ADAM BUKAN ORANG ARAB - 4 Juni 2017

NABI ADAM BUKAN ORANG ARAB

Kita semua terkadang punya imajinasi bahwa semua Nabi berasal dari Arab atau wilayah Timur Tengah. Namun sesungguhnya justru banyak Nabi yang tidak berasal dari Arab. Nabi Adam bukan berasal dari suku manapun di dunia, sebab ketika Nabi Adam diturunkan ke dunia untuk menjadi Khalifah belum ada satu suku dan etnis manusia. Nabi diyakini oleh beberapa bangsa berasal dari mereka. Tidak ada yang mampu membuktikan salah dan benarnya. Kita tidak disuruh untuk itu, tapi kita disuruh untuk menghormati cara dan upaya mereka yang ingin menjadi bagian sejarah kepada Sang Nabi dan Manusia pertama itu.

Di dalam tulisan ini, nabi Adam pun tidak berasal dari Timur tengah. Beliau berasal dari Kehendak Allah yang hendak mengutus khalifah di muka bumi. ‘asslembing’ jasad Nabi Adam dilakukan langsung di wilayah cyberspace yang Maha Agung dan Maha Canggih. Ketika kemudian diturunkan ke Bumi, hampir seluruh permukaan bumi beliau singgahi untuk sekaligus menemukan kembali Bunda Hawa kekasihnya. Kemudian setelah bertemu mereka berdua menetap di salah satu koordinatnya. Ada beberapa perpindahan demi perpindahan selama beliau berdua menjalani fungsi sebagai Khalifah. Lahirlah peradaban awal yang disebut juga peradaban Kawitan atau Purwa. Pada keturunannya yang bernama Nabi Idris, Nabi Adam telah meninggal. Perkembangan teknologi telah berkembang begitu hebat. Pengenalan tentang pengelohan besi, mineral tanah, pembuatan kain, telah dikuasai.

Pada kurun waktu berikutnya sepeninggalnya Nabi Idris peradaban terus berlanjut dan berkembang dengan baik abad demi abad. Peradaban makin sempurna membentuk sosial masyarakat, segala teknologi untuk mempermudah urusan hampir tidak ada yang tidak ditemukan. Alat transportasi laut, darat, udara, antar dimensi, bisa dijangkau. Sistem tata kota dan arsitektur sangat rumit dan canggih bisa dicapai. Penerangan dengan kekuatan cahaya yang mampu menerangi terus menerus bisa digapai. Seni, Budaya, Olahraga, Bahasa, Sastra, menemukan ruang dan gairah yang menggelora, semuanya tersentuh dengan kemajuan luar biasa. Kemampuan tinggi seperti telepati, telekinesis, dan teleport, adalah hal lazim saja di masyarakat itu. Dunia kesehatan, perbintangan, ilmu fisika, kimia, tak ketinggalan pula. Semuanya sangat maju dan mewah. Tampak pembangunan menyentuh ke segala bidang. Namun ternyata tidak menyentuh gairah pengabdian kepada Tuhan. Usia-usia mereka sangat panjang namun sangat pendek daya ingat mereka kepadaNya.

Salah seorang teknokrat dan ilmuwan genetika keturunan Nabi Idris di jaman tampil untuk mencoba memberi peringatan. Namun ia bukan kepala kabilah, bukan ketua adat, bukan kepala suku. Apalagi ia melihat mulai banyak ketimpangan kemanusiaan. Orang mulai merekayasa ilmu untuk kepentingan pribadi yang menjijikkan dan kotor. Seperti mereka kuda dengan manusia sebagai alat pemuas nafsu. Gairah berkeluarga semakin rendah, dan gairah melampiaskan nafsu dalam kesenangan-kesenangan yang sia-sia terus dimeriahkan. Kondisi hingar bingar seperti ini benar-benar menggelisahkan. Peradaban seakan memasuki fase istidraj dimana Tuhan sengaja menuruti terus kemauan mereka bukan karena sebagai limpahan karunia seperti sebelumnya, namun sebagai pembiaran atas kehendak mereka memuaskan diri hingga celaka sendiri. Sang Teknokrat inilah Nabi Nuh.

Agus Wibowo

Facebooktwittertumblr
Posted in Kembang Gunung.