Syarqiyah wa Ghorbiyah

Re View,

Majlis Gugurgunung telah mencapai usia 9 tahun perjalanan. Detailnya,  2023 ini adalah perjalanan tahun ke 1 Windu ke II. Merupakan kelanjutan atau bisa jadi sebagai pengulangan siklus dari Windu I yang  kami rangkum sebagai (Windu Sakinah). Wallahu ‘alam, Kami menggelindhing saja.

 

2023 ini adalah tahun penting. Kami mencatat, Mbah Nun pernah menyampaikan bahwa kurikulum besar tahun ini adalah “Aktivasi Ruh”.  Dan Beliu bersama Marja’ Maiyah menyusun buku “Tawashshul”. Kemudian oleh seluruh anak cucu Maiyah pada seluruh simpul Maiyah di dunia mengamalkan Tawashshulan ini menjadi amalan rutin.

 

Ikhtiar Maiyah dan Budi Daya

Majlis Gugurgunung yang sejak awal berdiri menyepakati bersama sebagai kegiatan “Cangkruk Budidoyo”, tentunya Sendiko atas Dhawuh Marja’ tersebut. 2023 terus Istiqomah menjalankan Ikhtiar Maiyah berupa Sinau Bareng yang dikemas dengan Tawashshulan sebgai Asupan BUDI, dan kegiatan lainnya berupa karya literasi dan Berkebun serta Beternak sebagai Asupan DAYA. Keduanya kami niati sebagai upaya untuk “Aktivasi Ruh”.

 

Syarqiyah wa Ghorbiyah

Awalnya tema ini terpantik oleh peristiwa Gaza. Israel VS Palestina. Peristiwa yang mempertontonkan Kekejaman sebuah penjajahan yang sangat mengerikan.

 

Dampaknya,

Timur dan Barat ramai menyuarakan teriakan yang paling Fitrah dan Universal yaitu “Tangis”

Timur dan Barat sedemikan teraktivasi aset utamanya sebagai manusia yang paling Fitrah dan Universal yaitu “Kemanusiaan”.

Timur dan Barat bersama menyuarakan bahasa yang paling Fitrah dan Universal adalah “Kasih Sayang.

Timur dan Barat sedang dibikin ngeri oleh teknologi massal yang super canggih. Namun Barat dan Timur sedang takjub oleh teknologi yang dahsyat dan mutahkir yaitu “Kesabaran”.

 

Atau boleh kita perpanjang lagi analoginya dengan cara pandang, sudut pandang, sisi pandang, ruang pandang, dst yang lebih Universal lagi, semisal :

 

Timur terbit, barat tenggelam

Timur terang, barat kelam

Timur awal hari dimulai,

Barat awal malam dimulai

 

Timur purwa, Barat purna

Timur era peradaban Nabi Adam, Barat era peradaban Nabi Muhammad.

Timur mengabarkan terang, barat merindukan terang

 

Timur adalah kita beredar ke luar dan mencari Karunia-Nya

Barat adalah beristirahat dan menelisik ke dalam dan mengunduh maghfirah Nya.

 

Atau bahkan dengan sungguh sungguh meneguhkan Bismillahi Rodhiyatan Mardhiyah,

Timur dan Barat  adalah bentang Shirotunnubuwah.

Timur dan Barat adalah bangunan kesadaran atas Ihdinasshirotol Mustaqim.

 

Allahummahdina ya Hadi

Allahummahfadzna ya Hafidz

Alhhummaryzukna ya Rozak

 

Silahkan datang dari arah mana saja, melingkar untuk Tawashshulan dan Sinau Bareng tentang Syarqiyah Wa Ghorbiyah. Semoga senantiasa dalam lingkaran kesemestaan Rizki, Keterjagaan, dan penuh limpahan Hidayah.

SEKELUMIT TENTANG “TANCEP KAYON” MAJLIS GUGURGUNUNG

Gugurgunung memiliki tradisi tahunan yang diberi nama “Tancep Kayon”. Dinamakan demikian dengan landasan konsep bahwa Majlis ditutup. Ke depan akan dipungkasi atau dilanjutkan ditentukan pada saat “Tancep Kayon” itu. Jika tidak berlajut, maka Tancep Kayon sebagai upacara penutupan. Jika akan lanjut tahun depan maka Tancep Kayon dalam rangka menegaskan perjalanan proses satu tahun.

Dikarenakan Tancep Kayon berada pada dua kemungkinan di atas maka ‘sifat’ Gugurgunung tidak banyak terlibat, lebih berjarak dan hanya mendapat laporan perkembangan saja atas segala proses yang ditempuh keluarga Gugurgunung. Semua hal direngkuh, dipikirkan, disunggi sebagai hajat bersama. Baik pra, saat, dan paska acara. Persembahan berupa perform, dan tanda kegembiraan lain dirembug tanpa melibatkan ‘sifat’. Yang membahagiakan, ternyata kegiatan ini senantiasa mendapat tanggapan dan respon dari berbagai pihak yang tidak hanya dari area Ungaran atau Semarang. Saudara Maiyah seperti dari Tuban, Pasuruan, Jogja, Kendal, misalnya, pada beberapa kali Tancep Kayon termasuk pada tahun ini ikut merasa terpaut untuk terlibat pada kegiatan ini. Bahkan, pada saat acara masih dihadiahi kunjungan dari puluhan Simpul yang turut serta ngombyongi upacara yang seolah-olah menjadi momen terakhir Majlis ini.

Pada tahun ini, tanpa dinyana saudara Magelang (Maneges Qudroh) menghadiahi dengan menghadirkan grup Jodo Kemil yang sudah sering memghiasi acara Maiyahan di Maneges ataupun Mocopat Syafaat.

Cara ini sudah menjadi tradisi yang berlangsung sejak tahun pertama perjalanan Gugurgunung. Tahun ini Tancep Kayon menjadi akan yang ketiga kalinya. Agar mengingat kembali proses, mengenang perjalanan, evaluasi, dan membangun sikap secara lebih tegas dari hasil bahasan dan gapaian yang telah ditempuh.

Menurut ‘sifat’ Gugurgunung, tradisi ini akan memberikan bukti secara akurat tentang bagaimana kreatifitasnya, tanggungjawabnya, solusi-solusi yang ditempuh, bagaimana kekompakan, sayuk rukunnya, menjaga irama, inisiatif dan kerjasama antar dan inter personalnya para wadyabala Gugurgunung. Bukti tersebutlah yang akan menjadi dasar bagi ‘sifat’ untuk menetukan apakah Majlis Gugurgunung perlu dilanjutkan atau tidak.

 

Tahun 2015 : Tancep Kayon – Sandal Peradaban

Tahun 2016 : Tancep Kayon – Kembul Malaikatan

Yang akan dilaksanakan tahun ini :

Tahun 2017 : Tancep Kayon – Serat Pamomongan

Sikap Majlis Gugurgunung

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 

Majlis Gugurgunung merupakan salah satu simpul resmi Maiyah. Meskipun Maiyah bukan bentuk padatan sebuah organisasi, baik ORMAS maupun ORSOSPOL atau apapun sebutannya.

Maiyah memang bukan organisasi melainkan organisme. Oleh sebab itu posisi Majlis Gugurgunung harus jelas secara mekanisme terlibat dalam gerak organisme tersebut. Bagi pandangan Gugurgunung, Maiyah merupakan organisme yang besar dan berkembang secara natural, memiliki keterhubungan yang baik antara satu dengan yang lain bukan karena jabatan politis atau posisi formal lainnya. Dengan dasar organisme pula, maka Majlis Gugurgunung menjunjung sikap untuk terintegrasi dan senyampang dengan koordinasi resmi yang disepakati secara organisme dengan tetap berpatokan pada pijakan segitigacinta.

Mengamati fenomena belakangan ini ada kecenderungan yang membuat wadyabala gugurgunung merasa bingung menentukan sikap. Oleh sebab itu ini ada rekomendasi untuk bersikap :

  1. Anjuran apapun yang berkaitan dengan sikap, ideologi, penyebaran informasi, dlsb, Gugurgunung sebagai salah satu simpul Maiyah memiliki etos ketaatan untuk melaksanakannya jika resmi merupakan perintah dari Imam Maiyah
  1. Jika ada pihak lain diluar Maiyah, yang ingin mengajak Gugurgunung untuk ikut menyebarkan ideologinya berupa apapun (meski sedekat apapun hubungan pihak tersebut dengan person-person Maiyah) maka dengan tanpa mengurangi rasa hormat, Gugurgunung bersikap pasif dan tidak ingin melibatkan diri.

 

  1. Gugurgunung sangat menaruh simpati, apresiasi, terhadap gerakan apapun yang punya cita-cita yang sama, dan siap bekerjasama jika telah terjadi hubungan kesepahaman yang jelas dan terikat secara indah. Hubungan komunikasi dengan jalur WA atau pesan Jalur Pribadi adalah pesan yang mewakili pribadi dan bukan mewakili antar organisasi. Sehingga tidak bisa menggerakkan dan mempengaruhi kebijakan majlis secara organisasi. Komunikasi akan lebih dihormati jika terlebih dahulu berdiskusi dan bermuwajahah, hal ini agar jelas posisi dan pengenalan masing-masing secara adil.

 

  1. Gugurgunung sebagai simpul Maiyah hanya bermakmum kepada Imam Maiyah. Perintah, anjuran, himbauan, nasehat, jika semuanya berasal dari sang Imam maka menjadi Hak bagi Gugurgunung untuk bermakmum dan mengindahkannya. Ini adalah sikap baku untuk mempertahankan integritas dan terkoordinasi.

 

  1. Majlis Gugurgunung menimbang bahwa sebuah sikap tanpa koordinasi resmi merupakan kebijakan yang abu-abu yang _meski tidak mendo’akan_ namun bisa menimbulkan kesimpang-siuran masal dan menambah potensi polemik wacana hingga konflik intra maupun intern dengan tidak ada satupun pihak yang diketahui bisa ditunjuk sebagai yang paling bertanggungjawab.

 

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Demikian sikap Majlis Gugurgunung
Ungaran, 24 Juli 2017

PERCAKAPAN JABANG BAYI KEPADA DIRI

Pemantik :

Naskah Teater Singkat / Monolog

PERCAKAPAN JABANG BAYI KEPADA DIRI

Ada sedikit cerita tentang percakapan antara manusia dari lahir hingga tua dengan Jabang bayinya. Ketika seorang manusia tersebut terlahirkan di dunia dan menjadi bayi maka dia berkata kepada Janinnya. Dialog Jabang Merah kepada Jabang Bayi.

 

Jabang Merah : “Bersyukurlah kita yang telah diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan, walaupun belum banyak yang bisa kita perbuat, kita sadar bahwa masih sulit untuk mengucap syahadat namun hati sungguh telah bersaksi”

Lalu seiring berjalannya waktu si bayi telah menjadi seorang anak. Dan si anak tadi berbicara dengan si Janin. Dialog Jabang Jingga kepada Jabang Bayi :

 

Jabang Jingga : “aku sudah diberi kenikmatan bahwa aku dapat berbicara, berjalan bukan hanya sekedar membuka dan memejamkan mata”

Jabang bayi : “ baguslah, tapi semoga tingkah laku dan ucapanmu tetap berkesesuaian dengan kesaksianmu”

Lalu ketika mulai beranjak remaja berkata lagi kepada si Janin, ia mulai bisa berpolah tingkah dengan pilihannya. Mulai bisa berfikir dan menganalisis persoalan, hingga mengenal cinta kepada lawan kelamin. Dialog Jabang Kuning kepada Jabang Bayi :

 

Jabang Kuning : “aku telah bisa merasakan yang namanya cinta, lengkap sudah hidupku”

Jabang Bayi : “Kita ini sudah diberi stempel untuk menjadi abdi Gusti Allah, semoga hatimu masih sejalan dengan itu”

Jabang Kuning : “Tenanglah, kita ini sedang hidup didunia, tak perlulah sebentar-sebentar berbicara demikian”

Jabang Bayi : “Tapi kita perlu sebentar-sebentar mengingat demikian”

Jabang Kuning : “Kenapa?”

Jabang Bayi : “Karena sesuatu yang kemudian menjadi lama hanya dimulai dengan awal yang sebentar. Kita lupa secara berangsur-angsur dan lama karena pernah ada satu hal singkat yang kita biarkan tumbuh dan melenakan. Bisa tentang kepandaian, bisa tentang ketenaran, bisa tentang cinta kepada fatamorgana dunia”

Jabang Kuning : “Tidak ada yang salah dengan dunia, kita semua belajar darinya karena kita masih menjadi penghuni dunia, itulah laku”

Jabang Bayi : “Namun, tetaplah Laku dalam kebeningan. Laku Wening. Kuning”

Lalu ketika si remaja merasakan kekecewaan cinta di dunia si Janin lalu berkata kepada dirinya sendiri. Dialog Jabang Ijem kepada Jabang Bayi :

 

Jabang Ijem : “Apa yang kurang dari diriku? Kasing sayang, perhatian, cinta, fisik yang sempurna, kepandaian, harta kekayaan, ketenaran? Semua sudah ada pada diriku, apa yang ia cari sehingga bisa dengan sangat bodoh dan keji mencampakkan aku?”

Jabang Bayi : “Itulah sedikit cara untuk mengingat kembali, bahwa setiap persoalan itu tidak akan selalu sesuai dengan apa yang diharapkan”

Jabang Ijem : “Aku tidak berharap banyak, aku hanya ingin bersamanya”

Jabang Bayi : “Tapi dia tidak ingin bersamamu”

Jabang Ijem : “Kenapa?”

Jabang Bayi : “Karena, kamu masih menyangka bahwa keinginan dan imajinasi keindahanmu adalah terbaik dan diam-diam menuntut kepada orang lain untuk melayanimu, sedangkan kamu terus dilayani, kamu tak mengenal kekecewaan dan pengorbanan”

Jabang Ijem : “Tidak! aku tidak pernah menuntut apapun, aku akan memberi apapun untuknya”

Jabang Bayi : “Apakah kau sanggup memberinya kebebasan memilih yang ia cintai meski ia bukan dirimu?”

Jabang Ijem : “Tidak, itu yang aku tidak sanggup”

Jabang Bayi : “Sesungguhnya banyak yang kamu tidak akan sanggup kepada hal-hal yang membuatmu rugi atau kecewa karena sesungguhnya kamu masih remaja yang hanya sanggup berbuat sesuatu ketika berimbas pada keuntunganmu. Entah menjadi makin kelihatan baik hati atau makin kelihatan sempurna. Kamu perlu belajar menenangkan diri. Idi ing Jenjem : Bersungguh-sungguh dan tenang”

Jabang Ijem : “hmmh”

Ketika si remaja beranjak dewasa lalu memiliki sebuah keberhasilan karir, lalu sombong kepada si Janin yang terlalu banyak menasehatinya. Dialog Jabang Milangit kepada Jabang Bayi :

 

Jabang Milangit : “Wahai.. kini lihatlah aku. Sebagai orang yang sukses merintis dan meniti karier. Aku punya kekayaan, punya pengagum, punya anak dan istri yang mengagumiku pula, punya yayasan untuk para terlantar. Itu karena aku adalah teladan kehidupan, bisa bangkit dari keterpurukan, dan tidak cengeng sedikit-sedikit sambat sama Tuhan”

Jabang Bayi : “Dirimu kurang adanya, karena kurangnya kehadiran Gusti Allah dalam setiap pilihan hidup dan langkah kebijakanmu, yang ada hanya dirimu memuliakan dirimu sendiri”

Jabang Milangit : “Kamu pendengki”

Jabang Bayi : “Hanya pendengki yang memahami petuah sebagai kedengkian”

Jabang Milangit : “Kamu iri dan berusaha tetap menang”

Jabang Bayi : “Hanya yang takut kehilangan baju yang menuduh orang telanjang sebagai calon maling. Pada yang butuh pengagum sebanyak-banyaknya yang pintar menuduh ‘iri’ kepada yang tidak ikut mengagumi, padahal kau sendiri yang iri”

Jabang Milangit : “haaahhh…!!!!”

Kemudian Manusia beranjak lagi ke tahap berikutnya. Menjadi Tua dan menemui banyak peristiwa yang menyadarkannya bahwa keagungan dan keluhuran tidak terletak semata pada keagungan dan keluhuran dirinya di mata orang. Namun bagaimana oranglain merasa damai dan tenang dengan kehadirannya. Si Manusia mulai melihat segala hal dengan kacamata ketuhanan. Kemudian ia berkata kepada si Janin. Dialog Jabang Wulung kepada Jabang Bayi :

 

Jabang Wulung : “Kehidupan memberikan pelajaran dan pengajaran, ternyata intinya kita mesti menebarkan Salam seluas-luasnya”

Jabang Bayi : “Kehidupan akan menjadi makin indah dan luas dengan makin banyaknya pemikiran dan perilaku seperti itu”

Jabang Wulung : “Kenapa tidak banyak yang mau melakukannya?”

Jabang Bayi : “Karena perlu proses panjang untuk mencerna hikmah, dan setiap orang punya kemampuan yang berbeda-beda dalam mencernanya. Ada yang cepat ada yang lambat pula”

Jabang Wulung : “Apa yang menyebabkan? Kenapa ada yang cepat ada pula yang lambat ?”

Jabang Bayi : “Karena setiap orang berbeda dalam melihat waktu. Ada yang melihat waktu sebagai sangat singkat sehingga hanya akan memilih hal-hal yang baik dan bermanfaat. Ada pula yang melihat waktu sebagai sangat lama maka ia akan merasa memiliki waktu untuk mengumpulkan, menimbun, hal-hal yang sia-sia”

Jabang Wulung : “Contohnya?”

Jabang Bayi : “Ia tidak menikmatinya di kemudian hari bahkan bisa menyesalinya, jika demikian itulah sia-sia”

Jabang Wulung : “hmmh” berkernyit

Kemudian senja kala tiba dan si manusia ini ketika sudah beranjak tua yang fisiknya sudah tidak sekuat dulu berkata kepada si Janin. Dialog Jabang Wungu kepada Jabang Bayi :

 

Jabang Wungu : “aku sudah lemah, tidak berdaya, dan ternyata benarlah ucapanmu selama ini”

Jabang Bayi : “Ucapanku adalah ucapanmu yang perlu kau temukan kebenarannya selama ini”

-o0o-

Sebagai Naskah persembahan yang disiapkan untuk Pakde Fuad di acara Fuadussab’ah 8 JULI 2017. Keluarga gugurgunung mengucapkan sugeng ambal warso yang ke – 70, terimakasih kami ucapkan kepada panjenengan yang telah menjadi guru yang menemani dan mengajarkan kepada kami hikmah Kitab, juga suri tauladan perilaku utama penjenengan. Semoga diperkenankan oleh Allah SWT kepada Panjenengan umur yang panjang dan maslahat untuk menjadi berkah ilmu bagi kami semua.

OLEH-OLEH ‘KURMA’ WARGA MAIYAH

OLEH-OLEH ‘KURMA’ WARGA MAIYAH

OLEH-OLEH ‘KURMA’ WARGA MAIYAH

Tulisan ini adalah catatan kesan dari karunia perjalanan. Semoga sebagaimana seperti yang saya harapkan, catatan ini menjadi oleh-oleh bagi keluarga Maiyah. Jikapun oleh-oleh ini menggembirakan dan bisa dinikmati tentulah saya merasa senang dan bahagia. Jikapun tidak, tentunya saya tidak boleh nestapa apalagi memaksa. Berikut catatan saya bagi dalam 2 sub judul. Sub judul yang pertama adalah catatan perjalanan ketika berada di Madinah dan catatan kedua ketika berada di Mekkah.

Ngalah Membuka Berkah

Sejak awal keberangkatan umroh, saya berusaha untuk selalu perbanyak sholawat dan memberi pelayanan kepada siapapun saja para jamaah yang membutuhkan, termasuk hal-hal kecil misalnya membantu memasang safety belt di pesawat, membantu tour leader membagi makanan di dalam bus, memberi obat-obatan yang membutuhkan, dsb.Continue reading